Aku Hary. Ingat kisah Hadiah
Untuk Istriku ? Namun kali ini aku tidak menceritakan pengalamanku dan istriku
dulu, melainkan justru pengalaman keluarga temanku, Ferry
Ya, Ferry yang dalam kisah Hadiah
Untuk Istriku itu. Ferry yang bersama-sama denganku memberikan kepuasan seksual
pada istriku di villa itu.
Sejak kejadian di villa itu,
justru Ferry lebih terbuka mengenai keluarganya dan seluruh pengalaman
kehidupan seksualnya, termasuk apa yang akan aku ceritakan ini.
Pengalaman seksualnya dimulai
justru dari kebiasaannya dipijat. Ferry memang memiliki juru pijat langganannya
yang setiap minggu memijatnya. Juru pijat itu seorang lelaki seumuran
dengannya. Ferry memang mengambil juru pijat lelaki karena tidak ingin ada anggapan
negatif, baik dari tetangga sekitarnya ataupun dari Dina istrinya sendiri.
Namun justru disinilah awal mula petualangan seksual dirinya dan istrinya itu.
Inilah kisah dan pengalaman
selengkapnya sebagaimana yang dia ceritakan kepadaku.
Seperti yang sudah-sudah, Ferry
rutin menggunakan jasa juru pijat. Darwis nama si juru pijat itu. Ferry
terkesan dengan kemampuan Darwis dalam memijat karena dia sangat ahli dan bisa
menghilangkan kepenatan Ferry yang sehari-hari bekerja sebagai seorang sopir di
perusahaannya tempat bekerja.
Kejadian diawali saat satu hari
di hari Minggu. Ferry menawari Dina istrinya untuk mencoba pijatan Darwis.
Mulanya Dina menolak, karena merasa risih dipijat oleh seorang juru pijat
lelaki. Namun karena Ferry mendesak, akhirnya istrinya itupun menerima, dengan
syarat ditemani olehnya.
Maka mulailah Dina dipijat. Hanya
mengenakan sehelai kain penutup tubuhnya, Dinapun mulai menerima pijatan
Darwis. Awalnya Dina terlihat canggung dan risih, namun dengan keahlian Darwis,
akhirnya Dinapun mulai menikmati pijatan si juru pijat lelaki itu.
Sebenarnya, kalau pada awalnya
Dina merasa risih dan agak sungkan dipijat oleh Darwis, namun semakin lama Dina
merasakan nyaman juga dengan pijatan lelaki itu. Dan tanpa diketahui Ferry,
sesungguhnya diam-diam Dina merasakan ada sesuatu yang asing pada setiap
sentuhan jari tangan lelaki itu. Sesuatu yang muncul begitu saja tanpa
diinginkan dan disadarinya pada awalnya. Gerakan jari tangan lelaki itu,
mengalirkan desiran-desiran aneh dalam dirinya. Desiran-desiran yang membuat
tubuhnya terasa agak meradang. Desiran-desiran yang tanpa sadar membangkitkan
hasratnya. Dan keadaan itu terus meningkat sampai akhirnya Dina selesai
dipijat.
Sampai di situ, Dina harus
berjuang mengendalikan dirinya yang seakan lepas kontrol. Sampai selesai
dipijat, Dina tak berani bangkit dan tetap berbaring telungkup untuk menutupi
perubahan pada dirinya, terutama di raut mukanya. Dina tak ingin Ferry
mengetahuinya
Dan pijatan keduapun seharusnya berlangsung
seminggu kemudian. Namun karena Dina menolak dan tak ingin mengalami apa yang
dirasakannya minggu lalu. Walau sesungguhnya, penolakan itu tidaklah penuh,
karena sebagian hatinya menginginkan apa yang dirasakannya minggu lalu
dirasakannya kembali. Dina ingin, Ferry kembali memaksanya. Dan hal itu…tak
terjadi kali ini.
Dan di minggu berikutnya,
kejadian itu berawal.
Kali ini Dina merasakan suatu
ketegangan. Ketegangan yang sama dirasakannya pada saat pertama kali dipijat
lelaki itu. Hanya ketegangannya kali ini berbeda bentuk, dan itu hanya Dina
sendiri yang mengetahuinya.
Sentuhan pertama sudah membuat
Dina harus memejamkan matanya. Sentuhan jari-jari tangan Darwis dipermukaan
kulit punggungnya yang putih dan mulus itu. Sentuhan yang kembali membangkitkan
desiran-desiran aneh dalam diri Dina. Desiran-desiran yang membuat jalan
napasnya seakan tersendat.
Entah mengapa, dipijatan kali ini
Dina merasakan kalau pijatan Darwis tak seperti sebelumnya. Pijatan lelaki itu
kali ini seperti tak sungguh-sungguh memijat layaknya seorang pemijat, namun
seperti sebuah usapan dan belaian saja. Hanya tekanan-tekanan kecil saja di
bagian punggungnya yang terbuka.
Andai saja dirinya tak
menginginkan, sudah pasti dirinya akan keberatan dengan apa yang dilakukan
lelaki pemijat itu. Namun Dina hanya diam, karena memang sesungguhnya dirinya
menginginkan dan menikmati apa yang dilakukan lelaki itu.
Dan Dina semakin sulit menahan
rasa sesak di dadanya. Rasa sesak karena dirinya harus mengendalikan jalan
napasnya yang semakin meningkat, namun berusaha disembunyikannya.
Dina semakin tak berdaya,
manakala gerakan jari tangan Darwis di punggungnya itu sudah semakin jauh
mengarah ke bagian depan. Gerakan yang terselubung namun cukup disadari oleh
Dina. Gerakan yang seakan tak disengaja, namun Dina mengetahui pasti kalau
lelaki itu sengaja melakukannya.
Dan Dina hanya mampu menggigit
bibir bawahnya sendiri manakala jari tangan Darwis benar-benar mengarah ke
perbatasan antara tulang rusuk bagian dalamnya dengan kaki bukit payudaranya.
Sekujur tubuhnya terasa mulai meradang merasakan desiran-desiran yang semakin
kuat, membuat aliran darahnya terus meningkat. Dan keadaan itu sungguh-sungguh
tak mampu dikendalikannya manakala akhirnya Dina merasakan jelas-jelas kalau
Darwis memang melakukan sentuhan di kaki bukit payudaranya.
Sentuhan yang terus berlanjut dan
semakin dalam. Semakin turun dan semakin mengarah. Dina benar-benar dibuat tak
berdaya. Tanpa sadar dan kendalinya, Dina merasakan bagian bawah tubuhnya sudah
basah. Basah pada bagian organ keintimannya. Basah oleh gairah yang
terbangkitkan oleh sentuhan lelaki itu.
Untungnya, “siksaan” itu segera
berakhir. Lelaki pemijat itu menyudahi kerjanya di bagian tubuhnya. Kini Darwis
mulai melakukan pijatan di bagian bawah, di kedua kaki-kaki Dina. Untuk sesaat
Dina bisa bernapas lega.
Ternyata, Dina hanya mampu
bernapas lega sesaat. Ya, sesaat. Karena saat Darwis mengurut bagian bawah
tubuhnya itu, “siksaan” lain kembali menderanya, bahkan semakin kuat.
Kalau pada pijatan dua minggu
lalu, Darwis hanya memijat sampai ke bagian sepertiga pahanya saja, namun kali
ini….lebih jauh. Dina menyadari dengan pasti, kalau lelaki itu menggerakkan
tangannya jauh lebih ke atas lagi. Bergerak menyelusup jauh ke atas ke balik
kain yang menutupi tubuhnya. Gerakannya semakin lama semakin jauh. Dan Dina…sungguh
menyadarinya, namun tak berdaya menghentikannya.
Dina hanya bisa menahan napas
saat lelaki pemijat itu semakin jauh bergerak naik. Turun kembali sampai ke
lekukan kedua lututnya, lalu naik lagi ke atas dan semakin mendekati ujung
pangkal paha bagian atasnya. Terus dan semakin dekat. Dina semakin tegang
sekaligus…ingin lelaki itu bergerak semakin jauh. Namun sampai beberapa
gerakan, lelaki itu hanya bergerak sebatas beberapa inci dari pangkal paha.
Dina terus menunggu dan terus menunggu, namun belum juga didapatkannya. Gerakan
tangan lelaki itu tetap tak beranjak dari posisi, hanya beberapa inci dari
posisi akhir yang diinginkan Dina. Putus
asa, dirinya menginginkan lelaki itu “menyelesaikan” gerakannya.
Andai saja dirinya bukan
siapa-siapa. Bukan seorang wanita bersuami. Andai saja dirinya tak sedang
berada di dekat suaminya. Dan andai saja… Ya andai saja dirinya bebas dari
segala tuntutan norma dan aturan sebagai seorang istri, tentu Dina sudah
meneriakkan apa yang diinginkannya. Dina akan meneriakkan agar lelaki pemijat
itu melakukan langkah akhir. Langkah akhir yang saat ini sangat diinginkannya.
Dan dengan sudut matanya, Dina melirik ke belakang dimana Ferry suaminya masih
duduk menemaninya.
Namun rupanya, apa yang
diinginkan Dina untuk saat ini nampaknya harus ditelannya bulat-bulat. Dina tak
lagi mempunyai harapan untuk mendapatkan keinginannya. Apalagi kini gerakan
tangan lelaki itu justru semakin menjauh dari posisi yang diinginkannya. Lelaki
itu justru kini mengarahkan gerakannya kembali ke kedua tumitnya. Lelaki itu
justru kini…menjauh. Dina hanya mampu menggigit bibirnya sendiri dengan sejuta
kekecewaan.
“Akh” tanpa sadar Dina terpekik
saat merasakan lecutan dalam dirinya karena tanpa diduga, dengan gerakan
tiba-tiba, Darwis…bergerak naik dan langsung… menusuk pangkal pahanya. Dengan
spontan Dina menoleh, bukan hendak memprotesnya, namun lebih mencari sosok
suaminya yang semula duduk di kursi dekat pintu masuk kamarnya. Dan tatkala tak
dijumpai sosok suaminya, pandangan Dina kini beralih ke lelaki pemijat itu.
Pandangan yang bimbang apakah akan memprotes tindakan lelaki itu
ataukah…membiarkannya. Dan…dengan sikap yang terbaca, Dina tak melakukan protes
apa-apa. Dina bahkan menunggu tindakan selanjutnya dari lelaki itu.
Rupanya Darwis menggunakan
kesempatan saat suaminya keluar. Dan apa yang dilakukan lelaki itu, justru
memang yang diinginkannya. Entah karena sudah di belenggu hasrat atau memang
dirinya sudah hilang kesadaran, Dina justru kali ini senang dengan ketidak
hadiran suaminya itu. Dan kesempatan itu tak ingin disia-siakannya. Dina ingin
merasakan sesuatu yang berbeda. Berbeda getaran dan sensasinya. Berbeda rasa
dan kenikmatannya. Berbeda lelaki yang melakukannya.
Satu gerakan saja, membuat Dina
harus menahan pekikannya. Satu gerakan yang membuat tubuhnya tersentak untuk
kemudian bergetar hebat. Satu gerakan yang tiba-tiba namun tidak kasar. Satu
gerakan sentuhan dan diikuti sapuan di permukaan selangkangnya yang membuat
Dina tanpa sadar merenggangkan kedua pahanya. Satu gerakan yang melambungkan
sukmanya. Satu gerakan yang….
“Mmmhhh” tak kuasa Dina
melepaskan segala apa yang dirasakannya. Lelaki pemijat itu benar-benar telah
menerbangkannya ke awang-awang. Gerakan jari tangannya demikian lihainya,
bergerak-gerak lembut dan perlahan namun dengan tekanan yang menentukan.
Gerakan dan tekanan yang sangat tepat membuat pinggul bulat Dina terangkat
tanpa sadar. Satu dua gerakan yang terukur dan akhirnya…
Dina hanya mampu menggigit bantal
yang menjadi penyangga kepalanya. Jari-jari tangannya meremas kuat kedua tepian
bantal itu saat dengan beraninya lelaki pemijat itu menyelipkan jari-jari
tangannya di lipatan celana dalamnya. Bergerak sedikit dan menyingkirkan bagian
celana dalamnya, persis di posisi yang tepat. Dina tersentak tak percaya saat
dirasakannya jari-jari lelaki pemijat itu…menyelusup masuk ke dalam…liang
kewanitaannya !
Menusuk dalam dan dalam sekali.
Dina sampai menarik pinggul bulatnya ke belakang hingga bongkahan pantatnya
semakin terangkat naik. Kedua pahanya semakin merenggang. Dina hanya mampu
menahan napas saat jari-jari tangan lelaki itu bergerak-gerak lincah di dalam
rongga kewanitaannya, sementara jari lainnya menari-nari memijat dan
menggelitik bagian tersensitif di luar rongga kewanitaannya. Dina hanya mampu
diam dan terus diam merasakan seluruh perasaannya yang demikian menggila.
Darwis terus melakukan gerakan-gerakan nakal di bagian terintim dirinya. Dan
Dina….semakin tenggelam. Tenggelam dalam ketidak berdayaannya. Tenggelam dalam
ketidak sadarannya. Tenggelam dalam ketidak ingatan akan dirinya. Dina lupa
segala-galanya.
“Mmmhh…mmhhh” berkali-kali
rintihan tertahannya meluncur seiring dengan semakin lihainya gerakan jari
tangan lelaki pemijat itu di organ kewanitaannya. Pinggul bulat Dina tanpa
kendali bergerak-gerak seakan memberi isyarat kalau dirinya amat sangat
menikmati apa yang dilakukan oleh lelaki pemijat itu. Gerakan yang memberi
isyarat agar lelaki pemijat itu semakin memberi segala sesuatu yang
diinginkannya. Gerakan yang memberi isyarat agar lelaki itu terus melakukannya
hingga akhir.
Namun sayang, Dina harus kecewa.
Bertepatan dengan suara daun pintu yang terbuka, Dina merasakan lelaki pemijat
itu menarik tangannya dengan cepat. Meninggalkan posisinya semula. Meninggalkan
dirinya yang berada tergantung di awang-awang tanpa terselesaikan. Meninggalkan
dirinya yang hanya bisa menggigit bibir bawahnya sendiri dengan segudang
kekecewaan. Dina sangat kecewa karena merasa tak terselesaikan.
“Sudah pak. Selesai memijatnya” terdengar
ucapan lelaki itu. Dina hanya bisa diam. Hanya bisa pasrah. Dan hanya bisa
kecewa karena digantung tanpa penyelesaian.
Sampai Darwis pulang, Dina hanya
bisa berbaring dengan segala perasaan yang dialaminya. Ingin rasanya dirinya
minta diselesaikan oleh suaminya sendiri, namun Dina tak berani. Khawatir
suaminya bertanya-tanya, mengapa selesai dipijat dirinya meminta. Khawatir akan
dugaan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam benak suaminya. Akhirnya Dina
hanya mampu diam hingga terlelap karena kelelahan sendiri.
Sebenarnya, tanpa juga diketahui
oleh Dina juga, Ferry suaminya sudah mengetahui apa yang dialami dan dirasakan
Dina, istrinya itu. Sejak minggu pertama, Ferry membaca apa yang dialami oleh
istrinya itu. Dan pada saat itu, sesungguhnya Ferry merasa cemburu juga melihat
Dina istrinya itu justru menikmati pijatan Darwis dengan cara yang berbeda.
Akibat didera rasa cemburu,
itulah kenapa pada minggu berikutnya Ferry tidak memaksa Dina untuk dipijat.
Namun uniknya dan anehnya, pada hari-hari menjelang minggu ke tiga, justru
Ferry merasakan sesuatu yang berbeda. Ferry seolah merasakan sensasi dan gairah
tersendiri menyaksikan Dina menikmati sentuhan lelaki lain. Sensasi yang
akhirnya menghadirkan imajinasi akan variasi kehidupan seksuilnya. Ferry ingin
mencoba petualangan baru dan nampaknya istrinya itu memungkinkan. Oleh
karenanya, di minggu ke tiga ini Ferry membujuk Dina untuk mau di pijat lagi.
Dan gayungpun bersambut.
Dan tadi, Ferry benar-benar
merasa sangat luar biasa. Sensasi yang dialaminya dan ketegangan serta daya
tarik seksualnya benar-benar memuncak manakala diam-diam setelah dirinya
pura-pura keluar lalu diam-diam mengintip dari celah-celah lubang angin di
bagian atas pintu kamarnya, dengan jelas dirinya melihat dan mendengar apa yang
dialami Dina istrinya itu. Hampir saja dirinya membiarkan Dina menyelesaikan
apa yang tengah dinikmatinya bersama lelaki pemijatnya itu. Bukan hanya
penyelesaian yang sepihak dan sebatas permainan jari tangan, namun lebih dari
itu. Namun Ferry tak ingin terburu-buru dan gegabah. Biarlah waktu nanti yang
menyelesaikannya.
Satu minggu berikutnya kembali
Dina dipijat. Kalau biasanya di hari Minggu, namun kali ini dimajukan, menjadi
Sabtu sore. Ferry sendiri yang menginginkan hal itu.
Antara takut akan digantung
seperti minggu sebelumnya dengan kerinduan untuk merasakan kembali apa yang
dirasakannya minggu lalu. Dina sangat berharap, di kali ini dirinya bisa
terselesaikan, entah bagaimana caranya nanti. Demikian juga halnya dengan
Ferry. Dirinya berharap, kali ini semuanya bisa berjalan hingga akhir dan dapat
mengalami suasana dan nuansa baru dalam kehidupan seksual suami istrinya.
Apalagi kini keadaan sangat mendukung, karena sejak Sabtu pagi tadi kedua
anaknya yang sudah duduk di bangku SMA dan SMP sedang berlibur di rumah orang
tua Dina. Tinggallah mereka hanya berdua saja di rumah.
Jam tujuh malam, Darwis datang.
Setelah berbincang sesaat, acarapun dimulai. Kalau sebelumnya Ferry mendahului
dipijat oleh Darwis, namun kali ini Ferry menyilahkan Darwis untuk langsung
memijat Dina. Untuk tak menimbulkan kecurigaan istrinya, Ferry tetap menemani
Dina dipijat. Duduk tenang di sudut kamar dekat pintu kamar. Namun diam-diam,
mencuri pandang di balik kamuflase bacaannya.
Sampai beberapa saat, acara
pijatan berlangsung seperti biasanya. Dina rebahan telungkup dengan selembar
kain yang menutupi sebatas punggung dan betisnya, sementara Darwis terus
memijat. Ferry mencari cara dan alasan untuk memberi moment dan kesempatan agar
apa yang menjadi fantasinya tercapai. Demikian pula sebaliknya Dina. Dia berharap
menemukan moment yang tepat untuk bisa mendapatkan apa yang tak didapatkannya
di minggu lalu.
Sampai akhirnya Ferrypun
mendapatkan ide. Pura-pura beberapa kali menguap kantuk, Ferry memberi alasan
dan kesempatan. Dengan gerakan yang meyakinkan Ferry berpura-pura
terkantuk-kantuk sampai bahan bacaannya terjatuh, dan itu diamati oleh Dina
istrinya, namun dia diam saja.
Tiba saatnya Ferry menjalankan
skenario berikutnya. Dengan pura-pura terhuyung-huyung, Ferry melangkah keluar.
Sambil berjalan ke arah sofa, dimatikannya lampu ruangan tengah itu. Cukup
cahaya dari kamar tidur yang menerangi ruangan tempat bersantai itu. Pintupun dibiarkannya terbuka sebagian lalu
dirinya rebahan di sofa dengan tetap bisa saling melihat ke dalam kamar dan
juga sebaliknya. Perlahan namun pasti, Ferry berpura-pura terlelap dalam tidur
namun dengan sedikit memicingkan mata tetap mengawasi ke dalam kamarnya. Belum
ada gerakan beberapa saat. Baik Ferry maupun Dina saling menunggu hingga
akhirnya….
“Sebentar” ujar Dina sambil
memberi isyarat agar Darwis menghentikan dahulu pijatannya. Dina bangkit sambil
melilitkan kain ke tubuhnya lalu melangkah mendekat ke suaminya. Dari celah
matanya, Ferry bisa melihat istrinya tengah menuju ke arahnya. Ferrypun
langsung merapatkan kedua matanya saat Dina semakin mendekat dan pura-pura
tertidur pulas.
“Mas…mas” Dina mencoba
membangunkan, namun Ferry tetap diam, seakan sangat terlelap. Sekali lagi Dina
coba membangunkan, namun Ferry tetap diam. Dina akhirnya kembali melangkah
masuk dan…dia menutup lebih rapat pintu kamar tidurnya seperti takut terlihat
dari luar. Ferry menunggu sesaat dengan penuh ketegangan.
Setelah dirasa cukup, Ferrypun
bangkit perlahan dan mendekat ke pintu kamar tidurnya. Dicoba memeriksa celah
pintu, ternyata tak ada celah, walau tak tertutup sampai penuh. Didekatkannya
telinganya untuk mencoba mendengarkan suara dari dalam. Hening, tak ada suara.
Ferry diam sejenak, lalu dengan gerakan yang sangat hati-hati, sofa kecil yang
ada di dekat pintu kamar tidurnya dia angkat dan diletakkan di depan pintu
Dengan gerakan perlahan dan
hati-hati, Ferry menaiki sofa itu dengan perasaan tegang. Perlahan di angkat
wajahnya sampai dapat melihat ke dalam kamar tidurnya melalui celah ventilasi
pintu kamar tidurnya. Dan terlihat, Dina sudah kembali telungkup melanjutkan
pijatannya. Posisi rebahan Dina cukup tepat agak menyamping dengan kaki ke tepi
luar tempat tidurnya. Lampu kamarpun tidak dimatikan, semua seperti biasanya.
Dan kembali seperti minggu lalu,
Ferry menyaksikan istrinya itu tengah menikmati pijatan Darwis. Bahkan
kini…ya…kini, dengan jelas Ferry dapat melihat gerakan jari tangan Darwis sudah
lebih jauh lagi dibandingkan minggu sebelumnya. Dan kali ini, dikala dirinya
tak ikut hadir di kamar itu, gerakan Darwis tak terlihat lagi seperti tengah
memijat seperti sebelumnya, namun…lebih tepat dikatakan…membelai. Ya, lelaki
pemijat itu kini dengan jelas bukan lagi sedang memijat melainkan…sedang
membelai-belai. Membelai-belai punggung Dina yang terbuka. Belaian yang lalu
mengarah ke bagian depan tubuh istrinya itu. Dan Dina…tak menolaknya, bahkan
terlihat jelas…menerimanya.
Dengan perasaan tegang
sekaligus…gairah, Ferry dapat melihat gerakan jari-jari tangan lelaki pemijat
itu semakin berani mengarah ke depan menuju gundukan kedua payudara Dina.
Sementara Dina sendiri memang…menikmatinya. Bahkan dalam satu gerakan…Dina
mengangkat sedikit badannya, memberi ruang bagi Darwis. Jelas dan sangat nyata
terlihat oleh Ferry, kalau istrinya itu semakin mengangkat dadanya
hingga….tergantung. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Darwis. Dengan pasti
lelaki pemijat itu bergerak maju dan….
“Mmmmhhh” terdengar suara
rintihan Dina saat tangan Darwis akhirnya… untuk pertama kalinya menyentuh
payudaranya. Bukan hanya menyentuh, bahkan… menggenggamnya !
Sungguh suatu perasaan yang sulit
dilukiskan yang dirasakan oleh Ferry saat ini. Perasaan aneh sekaligus sangat
membangkitkan hasrat birahi menyaksikan untuk pertama kalinya Dina istrinya
berada dalam rengkuhan lelaki lain. Dan Ferry semakin tenggelam dalam seluruh
perasaannya, manakala menyaksikan Dina istrinya sangat menikmati hal itu.
Rintihan Dina walau berusaha disembunyikan, terdengar jelas oleh Ferry. Bahkan
kini, Dina terlihat menggelinjang dalam dekapan Darwis.
Dina sendiri sudah semakin
tenggelam dalam buaian rasa nikmat. Nikmat dan sensasi yang menggila. Seluruh
tubuhnya terasa menggigil merasakan gelitikan dan pilinan jari tangan lelaki
pemijatnya itu di kedua putting payudaranya yang sudah mengeras. Dina hanya
bisa memejamkan kedua matanya sambil berusaha menahan rintihannya merasakan
permainan jari-jari tangan lelaki asing di kedua payudaranya itu. Terasa sangat
berbeda, asing dan penuh misteri namun sangat nikmat. Belaian, remasan,
gelitikan dan pilinan jari tangan Darwis benar-benar melambungkan sukmanya.
Walau hanya berlangsung beberapa
menit saja, namun tindakan lelaki pemijatnya itu telah mengantarkan Dina ke
puncak gairahnya. Dan tatkala Darwis mulai bergerak ke bawah, Dinapun….bersiap.
Ferry menyaksikan, Darwis mulai
menyentuh kedua kaki istrinya. Dari apa yang dilihatnya sesaat tadi, Ferry
dapat memastikan kalau segala sesuatunya akan berakhir sesuai dengan
fantasinya. Dan itu semakin terlihat manakala dengan gerakan pasti, Darwis
mulai memijat kedua kaki Dina. Bukan, bukan memijat, tapi… membelai ! Ya,
membelai. Sambil bergerak membelai kedua paha paha mulus Dina, Darwis
menyingkap kain yang menutupi bagian tengah istrinya itu lebih tinggi lagi. Hal
yang tidak dilakukannya saat dirinya hadir di kamar itu. Dan hal itu
ternyata…tak ditolak oleh Dina.
Satu dua gerakan, Ferry melihat
belum sesuatu yang berarti. Namun digerakan berikutnya….Ferry menahan napasnya.
Terlihat dengan jelas, Darwis mulai mengarahkan gerakannya ke pangkal paha
Dina. Dari balik kain yang masih menutupi sebagian bongkahan pantat Dina, Ferry
dapat menyaksikan gerakan-gerakan tangan lelaki itu dari gelombang-gelombang
kain penutup tubuh bagian bawah istrinya itu, dan Ferry dapat memastikan kalau
Darwis sudah berhasil menggapai tujuannya…pangkal paha Dina. Hal itu terlihat
juga dari gerakan pinggul Dina yang terangkat naik. Juga dengan gerakan kedua
paha putih mulus Dina yang merenggang. Ditambah lagi dengan…erangan dan
rintihan tertahan istrinya itu.
Ferry benar-benar memuncak dalam
amukan gejolak birahinya, namun dia tetap berusaha bertahan, walau lututnya
terasa lemas. Sementara Dina sendiri semakin tenggelam semakin dalam. Apa yang
dirasakannya minggu lalu, kali ini terasa jauh lebih hebat. Rasa penasaran,
tertantang dan ketegangan, justru semakin melipat gandakan kenikmatannya. Dan
tatkala kembali dirasakannya jari tangan Darwis berusaha menyelusup masuk ke
dalam liang kewanitaannya yang sudah sangat basah itu, Dinapun memberi jalan
dengan semakin merenggangkan kakinya.
“Mmmhhh…mmmhhh” hanya itu yang
dapat dilakukannya merasakan gerakan jari tangan Darwis yang mulai menyelusup
masuk ke dalam liang kewanitaannya. Terus masuk semakin dalam, mengalirkan rasa
nikmat dan sensasi yang sulit dilukiskan. Sementara bagian tonjolan daging yang
terletak di luar liang kewanitaannya, terus mendapat stimulasi dan rangsangan
yang intens dari jari-jari tangan lelaki itu. Dina sampai meregang manakala
lelaki itu dengan lihainya mengkobinasikan gerakan jari tangannya baik yang
berada di luar maupun yang berada di dalam rongga kewanitaannya. Pinggul
bulatnya semakin terangkat naik dan mulai memberikan respon gerakan.
Dina hanya bisa merintih dan
mengerang pelan, merasakan semua sensasi, ketegangan dan kenikmatannya. Terasa
sangat lihai sekali Darwis menggerak-gerakkan jari tangannya membuat Dina tanpa
sadar sudah mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi hingga kini posisinya
menungging dengan dada dan kepala rebah.
Gerakan itu terus berlanjut
sampai akhirnya….Dina merasakan kalau lelaki itu ingin melepas penghalang
satu-satunya yang menggangu segala gerakannya. Dan Dina menyilahkan lelaki
itu…menarik celana dalamnya. Dina memberi jalan sampai akhirnya…terlepaslah
celana dalamnya dan entah tercampak di mana. Dina semakin tak kuasa
mengendalikan dirinya, sementara Ferrypun semakin memuncak menyaksikan semua
ini. Apalagi saat Darwispun menyingkirkan kain penutup bagian bawah tubuh Dina
tanpa ditolak oleh Dina, maka kini terbukalah seluruh tubuh indah istrinya itu.
Dina telungkup menungging dalam keadaan polos tanpa penutup sedikitpun, dan
Dina…menerima !
Dina sendiri, anehnya tak lagi
merasa canggung dan malu demi menyadari dirinya kini sudah polos tanpa penutup
tubuh sama sekali. Apalagi, saat ini dalam posisinya dan dalam posisi lelaki
pemijatnya itu, Dina dapat memastikan kalau bagian organ kewanitaannya pasti
tengah terpampang bebas dan jelas di hadapan lelaki itu. Namun Dina sudah tak
perduli lagi dan apalagi malu. Justru dirinya kini sangat bergairah dan semakin
bergairah justru saat menyadari akan kepolosan tubuhnya ini dan tengah ditonton
lelaki itu.
Kembali Darwis melakukan
kerjanya. Jari tangannya sesaat mengusap permukaan vagina Dina yang kini
terpampang jelas. Nampak kemerahan dengan bibir kemaluan yang sudah terbuka.
Dengan jelas sekali, Ferry
menyaksikan lelaki pemijat itu kembali memasukkan jari tangannya ke dalam
lubang vagina istrinya. Tidak hanya satu, tapi….dua. Tidak….bukan dua,
tapi…tiga. Oh ternyata…empat ! Gila ! Dina sampai mengerang dan meliukkan
pinggul bulatnya merasakan tusukan empat jari tangan lelaki pemijatnya itu.
Dari belakang, Ferry dapat menyaksikan kalau lubang kemaluan istrinya itu
sampai meregang penuh untuk dapat menampung keempat jari tangan lelaki
pemijatnya itu. Dan tatkala Darwis mulai bekerja, terdengar suara kemerocok
dari vagina istrinya pertanda kalau Dina benar-benar berada dalam puncak
gairahnya.
Dina sendiri benar-benar tak
kuasa lagi menahan seluruh perasaannya. Tindakan nakal lelaki itu yang
membenamkan keempat jari tangannya ke dalam liang vaginanya, justru terasa
sangat nikmat. Nikmat karena terasa penuh dan meregang habis. Dan lebih nikmat
lagi saat keempat jari tangan lelaki itu bergerak liar di dalam lubang
kemaluannya. Dina hanya bisa merintih tertahan sambil meliuk-liukkan pinggulnya
tanpa sadar.
Dan selanjutnya, apa yang
disaksikan oleh Ferry benar-benar membuat jantungnya seakan hendak berhenti.
Darwis tak hanya mengorek-ngorek lubang vagina istrinya itu akan tetapi
kini….lelaki itu mendekatkan wajahnya ke selangkangan Dina dan akhirnya…mencium
selangkangan istrinya itu. Bukan cuma mencium, tapi…menjilati dan mengulum
vagina Dina ! Uuukhh….Ferry benar-benar
tak kuat lagi rasanya.
Bahkan akhirnya, Darwis tak hanya
menggarap selangkangan Dina, tapi juga payudara istrinya yang tergantung bebas.
Ferry benar-benar hampir tak kuat menyaksikan istrinya digarap oleh lelaki
pemijatnya itu. Sementara Dina sendiri justru sebaliknya, dia semakin tenggelam
dalam sejuta kenikmatan merasakan apa yang dilakukan lelaki itu. Sementara
payudaranya diremas dan dipilin-pilin putingnya, jilatan, gelitikan lidah,
hisapan dan gigitan-gigitan kecil dirasakannya di clitorisnya. Ditambah lagi
dengan kocokan keempat jari tangan lelaki pemijatnya itu di liang kewanitaannya
membuat Dina memuncak. Dia…ingin segera diselesaikan !
Darwis nampaknya lelaki yang
sangat berpengalaman. Tanpa meminta, lelaki itu tahu kapan si wanita
menginginkan penyelesaian. Dengan cepat lelaki itu melepaskan garapannya di
tubuh polos Dina, lalu dengan cepat juga dia melucuti pakaiannya sendiri hingga
sama-sama…bugil ! Ferry tercekat menyaksikan semua itu. Lututnya gemetar.
Terlihat kini di dalam kamar tidurnya, istrinya bersama dengan lelaki selain
dirinya dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Ferrypun menyaksikan batang
kemaluan lelaki pasangan bercumbu istrinya itu sudah menegang penuh, dengan
tonjolan urat-urat besar di sekeliling batangnya. Ukuran batang kemaluannya tak
jauh berbeda dengan ukuran batang kemaluan miliknya. Hanya diameternya yang
lebih besar, sekitar 5 cm-an sedang miliknya, 4 sampai 4,5 cm-an.
Ferry semakin terpaku saat
menyaksikan istrinya membalikkan badan. Kini posisi Dina telentang menghadap ke
lelaki itu. Terlihat Dina memandang dengan penuh gairah batang kemaluan lelaki
itu. Batang kemaluan lelaki lain pertama yang dilihatnya, membuat Dina terlihat
sangat bergairah.
Penantian berjalan dengan cepat.
Ferry menyaksikan Darwis langsung bersiap diantara kedua paha mulus istrinya
itu, sementara Dina bersiap menerima masukan pertama dari lelaki asing dengan
tak sabar. Kedua kaki mulus istrinya itu sudah membuka memberi jalan pada
lelaki itu. Kedua lututnya menekuk ke atas sambil mengangkang penuh. Dina
nampaknya sudah demikian menggebunya hingga tak perduli lagi kalau dihadapannya
adalah lelaki lain. Bahkan saat lelaki itu menyempatkan memandangi
selangkangannya yang berbulu halus dan tidak terlalu lebat itu, Dinapun tak
keberatan atau merasa malu.
“Ssshh…uuuukkkhhh” erangan Dina
tak mampu ditahannya. Dengan jelas Ferry menyaksikan batang kemaluan lelaki itu
mulai membenam masuk ke dalam lubang kemaluan istrinya. Sementara Dina sendiri,
merasakan sensasi dan kenikmatan tersendiri menerima masukan pertama dari
lelaki lain. Dina merasakan liang kewanitaannya terasa penuh dan terganjal,
namun sangat nikmat. Perlahan sekali Darwis membenamkan batang kemaluannya.
Perlahan pula Dina merasakan kenikmatan yang semakin kuat seiring semakin
dalamnya batang kemaluan lelaki itu memasuki liang kewanitaannya sampai
akhirnya…
“Akh” pekikan kecil Dina
mengiringi selesainya benaman batang kemaluan Darwis, yang habis membenam
seluruhnya ke dalam lubang vaginanya. Darwis menekan lebih kuat, sementara Dina
menarik wajahnya ke belakang merasakan tusukan ujung batang kemaluan lelaki itu
di dasar lubang kemaluannya. Dina merasakan tekanan yang kuat di dalam lubang kewanitaannya,
menghadirkan tekanan kenikmatan yang kuat pula.
Untuk beberapa saat lamanya
Darwis diam sambil tetap menekan, sementara Dinapun tetap menarik kepalanya ke
belakang. Sambil menekan, Darwis tak menyia-nyiakan kedua gundukan payudara
Dina dan meremasnya dengan sedikit kuat. Di balik kisi-kisi lubang ventilasi
pintu kamar, Ferry hanya bisa terpaku. Berkecamuk perasaannya, namun tak ada
niatan untuk menghentikan semua itu. Ferry justru merasa sangat terangsang
melihat istrinya tengah bersenggama dengan lelaki pemijatnya itu. Ferry tak
lagi memikirkan, apakah dirinya normal ?
Yang ada saat ini adalah sensasi yang luar biasa menyaksikan Dina tengah
meregang kenikmatan. Seakan masih tak percaya, kalau Dina istrinya itu
benar-benar melakukan hal itu. Benar-benar memberikan kesempatan kepada lelaki
lain untuk menikmati tubuh polosnya, termasuk sampai menerima masukan batang
kemaluan lelaki itu ke dalam lubang kemaluannya. Lubang kemaluannya yang selama
ini hanya dirinya yang mengisi, namun kini untuk pertama kalinya istrinya itu
menerima masukan lelaki lain, dan Dina nampaknya sangat menikmatinya.
“Sssshhh” erangan Dina mulai
terdengar lagi saat Darwis mulai bergerak mundur. Kedua bola mata Dina terpejam
rapat. Bibirnya terbuka sebagian. Dari raut wajahnya terlihat kalau Dina
istrinya memang sangat menikmati hubungan seks pertamanya dengan lelaki lain
itu. Ferry mengamati bagaimana batang kemaluan Darwis mulai bergerak maju
mundur keluar masuk ke dalam lubang kemaluan istrinya. Batang kemaluan itu
terlihat mengkilat dibasahi oleh cairan pelumas lubang kemaluan Dina.
“Ssshhh….mmmmhhhh” hanya itu yang
keluar dari celah bibir Dina, mengiringi pergerakan batang kemaluan Darwis, si
lelaki pemijat itu. Dari ekspresi wajah Dina terlihat kalau istrinya itu memang
tengah merasakan kenikmatan.
Dina sendiri, dalam buaian
kenikmatannya dan dalam selubung gairahnya, merasa heran, kenapa rasanya
persenggamaannya kali ini nikmat sekali. Pergesekan dinding liang kewanitaannya
dengan batang kemaluan lelaki itu terasa kuat dan nikmat sekali, padahal
ukurannya tidak banyak berbeda dengan batang kemaluan suaminya sendiri. Apakah
semua ini karena pengaruh keasingan dari lelaki yang tengah bersamanya itu
? Sosok lelaki asing yang memberi nuansa
dan sensasi yang berbeda ? Penuh misteri
namun penuh daya tantang yang kuat.
Masih sempat juga terpikir
olehnya, apakah yang dilakukannya ini benar ?
Sebagai seorang wanita yang bersuami, dirinya melakukannya dengan lelaki
lain ? Di rumahnya sendiri ? Disaat
suaminya lengah ? Apa ini lazim
Namun ternyata sesuatu yang tidak
lazim itu sangat luar biasa. Curi-curi kesempatan seperti ini juga terasa
sangat excited. Adrenalinnya terpacu tinggi, menghadirkan ketegangan dan
sensasi yang luar biasa. Dan akhirnya, rasa nikmatnyapun terasa sangat hebat.
Dina tak kuasa lagi menolak segalanya. Dina sudah tenggelam dalam gulungan
ombak kenikmatan birahi yang hebat. Setiap pergerakan lelaki itu, terasa sangat
kuat dan nikmat sekali, hingga tanpa sadar pinggulnya bergerak mengimbangi
gerakan lelaki itu. Dina hanya bisa pasrah pada “serangan” lelaki itu yang
mendatangkan rasa nikmat yang luar biasa. Dina hanya bisa merintih dan
mengerang, walau sekuat tenaga dirinya berusaha menahan suaranya agar tak
membangunkan suaminya. Dina tak ingin semua yang dirasakannya ini berakhir
tanpa penyelesaian.
“Mmmhhh…mmmhh…” erangan kecilnya
terus meluncur mengiringi pergerakan Darwis yang semakin cepat menusuk-nusukkan
batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaannya. Pinggul bulat Dina
berputar-putar tanpa sadar. Aliran kenikmatan terus memburunya dan tekanan
dalam dirinyapun mulai terasa. Dina semakin tak kuasa menahan segalanya dan
membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang diinginkannya. Bahkan kedua
gundukan payudaranyapun dibiarkannya berkali-kali diremasi jari-jari tangan
lelaki itu. Dina…pasrah.
Tekanan dalam dirinya dengan
cepat bergerak naik. Jalan napasnya semakin memburu, sementara gerakan Darwis
semakin cepat dan kuat. Tusukan lelaki itu terasa sangat dalam. Kenikmatan yang
dirasakannya terus mengalir seakan tanpa henti. Dina benar-benar tak berdaya
dibuatnya, sampai akhirnya….
“Mmmhh..!” pekiknya ditahan.
Kedua betisnya langsung menyergap pinggang lelaki itu dan memitingnya
kuat-kuat. Dina….meledak hebat. Tubuh polosnya melengkung, mengejang dan
menggeletar kuat. Kepalanya tertarik jauh ke belakang. Wajahnya mengekspresikan
sesuatu yang amat sangat yang tengah dirasakannya. Urat-urat lehernya hingga
muncul. Dina…sangat kenikmatan.
Ferry benar-benar merasa takjub
sekaligus tak percaya menyaksikan semua ini. Dihadapannya, dengan jelas melihat
istrinya tengah memacu birahi dengan lelaki lain. Dengan jelas terlihat,
istrinya amat sangat menikmati apa yang dilakukannya. Ferry benar-benar
terpaku.
Setelah beberapa saat Dina
meregang, perlahan terlihat istrinya itu mulai mengendurkan jepitan kedua
betisnya di pinggang lelaki pemijatnya itu seakan sebuah isyarat kalau Dina
siap melanjutkan. Dan hal itu segera direspon oleh si lelaki.
Darwis meraih kedua betis indah
Dina dan mengangkatnya hingga kedua kaki jenjangnya itu lurus terangkat naik.
Sambil kedua tangannya memegangi betis Dina, Darwispun melanjutkan kembali
gerakannya dan Dinapun…kembali menikmatinya.
Ferry terus memandangi bagaimana
batang kemaluan lelaki itu keluar masuk ke dalam lubang kemaluan istrinya. Sementara
Dina terlihat sangat menikmatinya. Rintihan dan erangannya kembali terdengar.
Kedua bola matanya masih terpejam rapat dan bibirnya setengah terbuka.
Berkali-kali, kedua alis Dina melengkung seakan hendak bertaut. Sesekali
wajahnya tertarik ke belakang, terutama saat si lelaki menusuk dalam.
Kini lelaki itu mendorong kedua
kaki Dina dengan kedua bahunya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Posisi
kedua kaki Dina condong ke arah tubuhnya. Lututnya mendekati kedua gundukan
payudaranya yang terguncang-guncang indah akibat pergerakan si lelaki. Posisi
ini memberikan tusukan dan tekanan yang makin kuat. Hal itu terlihat jelas dari
ekspresi wajah istrinya itu yang makin ekspresif menandakan kenikmatan yang
dirasakannya semakin tinggi.
Dalam tempo beberapa menit saja,
lelaki itu sudah menghujami Dina dengan kecepatan dan kekuatan yang tinggi.
Dinapun terlihat semakin tenggelam dalam buaian kenikmatan birahinya sampai
akhirnya Dinapun kembali menggapai puncak kenikmatan birahinya. Namun kali ini,
Ferry melihat, Darwis tak memberi kesempatan pada istrinya itu untuk menikmati
dahulu klimaksnya. Lelaki itu terus melanjutkan gerakannya yang cepat dan kuat
hingga terlihat Dinapun seperti megap-megap menahan semua yang dirasakannya.
Ferry sempat gemas juga dengan lelaki itu, namun baik dirinya maupun Dina
istrinya, tak memiliki daya dan kesempatan, atau memang tak ingin melakukan
pencegahan itu kalau tak ingin semua yang tengah berlangsung itu berakhir lebih
cepat.
Ferry tak ingin mengakhiri
ketegangan, sensasi dan keasikannya menyaksikan pergumulan istrinya dengan
lelaki itu, sementara Dina sendiri tak ingin segera mengakhiri ketegangan dan
kenikmatannya. Demikian juga halnya dengan Darwis, lelaki pemijat itu tak ingin
segera berhenti menikmati tubuh wanita yang demikian indah dan nikmatnya
itu. Klop sudah. Ketiganya tak ingin
buru-buru menghentikan semua itu.
“Ganti posisi bu, nungging”
terdengar suara Darwis. Ferry tercekat mendengarnya. Walau pelan, namun Ferry
dapat menangkap ucapan lelaki pemijat pasangan bercumbu istrinya itu. Dan Ferry
lebih kaget lagi saat melihat Dina istrinya itu… menerima permintaan Darwis !
Sesaat setelah Darwis mencabut
batang kemaluannya dari dalam lubang kemaluan Dina, Ferry melihat istrinya itu
langsung merubah posisi tubuhnya. Membalikkan badan dan langsung….nungging
! Akh gila ! Dina sudah benar-benar… gila ! maki dirinya
sendiri tak percaya. Namun Ferry kembali hanya bisa terpaku di tempatnya.
Lututnya terasa sudah semakin lemas, namun dia tetap berusaha untuk berdiri di
tempatnya.
Dengan jelas Ferry melihat,
lelaki itu kembali bersiap membenamkan batang kemaluannya ke dalam lubang
kemaluan Dina. Kali ini dari arah belakang.
“Sssshhh…mmmhhh” erangan Dina
kembali terdengar saat lelaki itu dengan perlahan membenamkan batang kemaluannya
ke dalam lubang kemaluannya. Tanpa kesulitan, Ferry melihat batang kemaluan
Darwis terus bergerak masuk ke dalam lubang kemaluan istrinya sampai habis
seluruhnya membenam. Lalu sambil memegangi, atau…meremas-remas bongkahan pantat
indah istrinya itu, Darwis kembali bekerja, menghujam-hujamkan batang
kemaluannya ke dalam lubang kemaluan Dina.
Dalam tempo singkat, terlihat
Darwis sudah demikian cepatnya bergerak. Hal ini membuat Dina semakin
kenikmatan. Sesekali lelaki itu menjulurkan tangannya menggapai payudara Dina
yang tergantung bebas, untuk kemudian meremasnya. Sesekali juga lelaki itu
membelai-belai punggung mulus istrinya itu. Ferry benar-benar tak berdaya
menghentikan semua tindakan lelaki itu.
Gerakan maju mundur Darwis sudah
cukup cepat dan kuat, namun dengan kelihaiannya, gerakan itu tak sampai
menimbulkan suara tepukan yang keras. Lelaki itu menyadari kalau tak hati-hati
akan membuat kegaduhan. Diam-diam Ferry sangat takjub dengan kemampuan
pengendalian diri, baik si lelaki maupun Dina istrinya. Kalau saja dirinya tak
menyaksikan langsung dan menonton langsung dari celah-celah kisi-kisi ventilasi
pintu kamar tidurnya, tentu dirinya tak akan tahu kalau istrinya dan lelaki itu
tengah melakukan persenggamaan.
Ferry terus mengamati seluruh
gerakan dari pasangan bercumbu di dalam kamar tidurnya itu. Mengamati bagaimana
bernapsunya si lelaki menyetubuhi istrinya, dan juga mengamati bagaimana reaksi
dan ekspresi istrinya yang demikian menikmati pergumulan pertamanya dengan
lelaki lain selain dirinya itu sampai akhirnya terlihat istrinya kembali
meregang mendapatkan puncak kenikmatan birahinya. Kali ini si lelaki memberi
kesempatan pada Dina untuk menyelesaikan dulu apa yang baru didapatkannya itu.
Sambil menekan kuat-kuat pinggulnya, lelaki itu meremasi kedua bongkahan pantat
Dina.
Untuk beberapa saat, Ferry
melihat tubuh polos istrinya yang masih menungging itu, mengejang hebat.
Sesekali terlihat sentakan-sentakan kuat pada tubuh bugil istrinya itu yang
nampak mulai dibasahi oleh keringat. Keadaan itu berlangsung beberapa saat
lamanya sampai akhirnya perlahan istrinya menjatuhkan tubuh polosnya itu ke
depan hingga tertelungkup diikuti si lelaki yang tak ingin batang kemaluannya
terlepas dari dalam lubang kemaluan Dina.
Kini dalam posisi telungkup, Dina
kembali menerima hujaman dari si lelaki pemijatnya. Sambil setengah menindih
tubuh bugil Dina, lelaki itu terus bergerak dan Dinapun kembali terdengar
merintih-rintih kenikmatan. Dengan cepat lelaki itu meningkatkan gerakannya,
sambil terus menikmati sekujur tubuh polos Dina. Sesekali lelaki itu
membelai-belai gundukan payudara Dina yang tertindih tubuhnya sendiri.
Akhirnya pergumulan mereka
berakhir dalam posisi itu. Si lelaki menumpahkan cairan kenikmatannya diatas
bongkahan pantat indah Dina, lalu keduanya lekas berpakaian kembali. Ferrypun
dengan cepat namun hati-hati, langsung turun. Lututnya terasa sangat lemas,
hampir saja dia terjatuh.
Setelah menempatkan kursi sofa
kecil itu ditempatnya kembali, Ferrypun kembali rebahan di sofa dan
berpura-pura tertidur pulas. Dengan susah payah dirinya coba mengendalikan
diri, terutama pada bagian selangkangannya yang sulit untuk diredakan.
Sampai akhirnya, dari celah
matanya yang terbuka sedikit, Ferry melihat lelaki pemijat itu keluar dari
kamar tidurnya di temani Dina istrinya yang hanya menutupi tubuhnya dengan
sehelai kain yang tadi digunakannya.
“Bapak…” ujar lelaki pemijat
sambil memandang ke arahnya.
“Biar, nanti saya sampaikan.
Suami saya kalau sudah pulas, susah dibangunkan” ujar Dina sambil tertunduk,
agaknya rasa malunya telah kembali. Malu karena baru saja dirinya melakukan
sesuatu dengan lelaki itu yang selama ini hanya dilakukannya bersama dirinya,
suaminya.
Lelaki itupun langsung pamit dan
beranjak pergi. Dina langsung melangkah ke arah dirinya, Ferrypun memejamkan
matanya rapat-rapat dan berpura-pura pulas.
“Mas…mas…” istrinya coba
membangunkannya. Apakah memang bermaksud membangunkannya, ataukah sekedar
memastikan kalau dirinya masih pulas tertidur. Dan Ferry memutuskan untuk tetap
berpura-pura tertidur. Dina segera beranjak pergi dan kembali ke dalam kamar
tidurnya. Kamar tidur yang baru saja digunakannya untuk memacu kenikmatan
birahi bersama lelaki itu.
tamat