BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

istriku yang binal


Akhirnya kuselesaikan juga tugas dinasku selama empat bulan penuh di
Australia. Aku pulang mem-bawa setumpuk laporan hasil kerja yang
nantinya kuserahkan pada boss. Beruntung tadi malam aku masih sempat
jalan jalan di pusat kota Perth dan tak lupa mengunjungi sex shop
terbesar disana seperti yang dipromosikan teman teman. Kubeli beberapa
sextoys dan puluhan dvd bokep sebagai cenderamata buat istri tercinta
dan beberapa kolega. Harganya relative lebih murah dibanding beli di
dalam negeri. Pukul enam pagi waktu setempat aku terbang kembali ke
negeri tercinta. Setelah transit di beberapa bandara akhirnya jam empat
sore aku mendarat dibandara A Yani. Setelah kudapatkan semua barang
bawaanku, aku selekasnya beranjak keluar. Kulihat istriku berdiri di
ujung koridor. Mengenakan kaus ketat tanpa lengan yang dipadu blouse
mini setengah paha membuat ia terlihat sangat cantik dan meng gairahkan.
Ada sebatang rokok tergamit di jarinya. Kami berpelukan sejenak melepas
setumpuk kerinduan. Lalu kukecup bibirnya. Setelah itu aku bermaksud
mengajaknya pulang.
“ Kenalin dulu, Ko! ini Edo….” Ujar istriku menunjuk pada seorang pria
muda yang berdiri tepat disisinya, sembari menghisap dalam dalam rokok A
mild mentholnya.
“ Jay…” kataku sambil mengulurkan tangan.
“ Edo” balasnya.
“ Jemput siapa nih, Do?”
“ Justru gue lagi nunggu jemputan, Bro…. Sejak tadi gue kontak kantor
cabang tapi engga nyambung terus. Linenya lagi rusak kali “
“ Dimana sih tujuan elu?”
Dia menyebut sebuah kantor di jalan Gajah Mada.
“ Kebetulan itu searah dengan kami…. Mau ikut?” aku menawarkan diri.

Edo setuju lalu kami berjalan menuju tempat parkir. Sepanjang perjalanan
selama yang memakan waktu kurang lebih duapuluhan menit kami saling
ngobrol saling mengakrabkan diri. Ia ternyata dari Indonesia Timur.
Seorang manager pada sebuah perusahaan pembiayaan yang berpusat dikotaku
ini. Meski warna kulitnya hitam keling namun terlihat wajahnya sangat
ramah dan bersahabat. Ia tidak ganteng tapi cukup menarik. Edo bilang
kalau dua tiga tahun sekali ia harus terbang kekantor pusat untuk
memberi laporan hasil pekerjaannya dikantor cabang di NTT sana.
Kuturunkan dirinya tepat di depan gedung yang ditujunya. Dan sebelum
berpisah kami sempat bertukar nomor hape. Kemudian aku meneruskan
perjalanan kerumah.
“Kayaknya sekarang kamu banyak berubah deh Say….” Ujarku.
“Maksud Koko?” tanyanya sembari mengerinyitkan dahi.
Lalu aku sampaikan padanya kalau dulunya istriku tidak suka mengenakan
pakaian yang sexy ditempat umum kecuali di acara pesta. Dulu ia juga
bukan pecandu rokok. Dan dulu ia kurang welcome dengan orang asing tapi
tadi kayaknya ia begitu cepat akrab dengan Edo seperti sudah kenal
bertahun tahun saja.
“ahh…Koko terlalu sensi saja…. Tapi bolehkan kalau aku sedikit merubah
gaya?” tanyanya sembari menghembuskan asap rokoknya yang segera terhisap
keluar lewat celah jendela mobil yang sedikit dibuka.
“Iya engga apa apa toh, Say! Aku malah tambah suka koq! Kamu jadi
terlihat semakin sexy dan menggemaskan aja sekarang! Oh ya…. Ayo cerita
dong petualanganmu selama kutinggal!”
Kemudian dengan polos Nana menceritakan semuanya. Bagaimana ia dikerjai
disebuah ruang karaoke, lalu pengalaman bercinta dengan Mark, lalu
pengalaman berthreesome bersama Mark dan istrinya. Dan beberapa
petualangan lain. Saat menyimak pengalaman istriku bukannya aku menjadi
jealous malahan aku menjadi begitu horny. Sudah tidak waraskah diriku???.
Begitu sampai di rumah, aku selekasnya menarik masuk Nana kedalam kamar.
Saat itu aku benar benar sedang kasmaran. Kudekap dirinya. Menciumi
bibirnya lehernya dan sepanjang lekuk tubuhnya. Satu persatu kupereteli
pembalut ditubunya hingga ia telanjang bulat. Kubalikkan tubuhnya.
Kulingkarkan tangan pada pinggangnya lalu kuciumi punggungnya. Ia meraih
tanganku untuk mengajakku berbaring diranjang. Kuusap usap pipinya ,
dagunya lalu kuraba lekuk payudaranya yang sangat montok dan kencang.
Nana meraih bajuku kemudian melepasinya. Ia mulai menciumi dadaku yang
sedikit ditumbuhi bulu. Kami bergulingan di atas ranjang….. saling
menyentuh, menjilati, dan menghisap. Aku berguling diatas tubuhnya lalu
menyurukkan muka tepat di selangkangannya. Kuamati vaginanya telah basah
memerah dan menganga lebar penuh hasrat birahi. Kujulurkan lidah
kedalam, menggerakannya berkeliling, dan menggetarkan dinding dinding
vaginanya. Saat kugelitikkan lidahku Nana melengkungkan punggung penuh
rasa nikmat dan kulakukan terus menerus sampai lendir birahinya
membanjir keluar. Kutindih tubuhnya sambil melesakkan batang kemaluan
yang sudah sangat tegang itu kedalam liang syurgawinya. Kugerakkan
pinggul naik turun dengan sangat cepat seperti sedang kesetanan saking
ka ngennya diriku padanya. Aku terus memompa seperti gerakan sebuah
piston main lama makin cepat. Nana mencapai puncaknya sambil mengangkat
pinggulnya keatas. Ia dekap erat erat diriku seolah olah sangat takut
kehilangan. Selanjutnya ia dekatkan mulutnya ke batang kemaluanku. Ia
keluar masukkan dengan sangat gemas. Ia juga menghisapinya dengan rakus.
Sebelum aku mencapai klimaks, kutarik tubuhnya dan menempat kannya
diatasku. Ia mengggoyangkan pantatnya maju mundur seperti sedang
menggilas pakaian. Saat itu ia tanpa sadar merendahkan tubuhnya kedepan
sehingga aku dapat membenamkan mukaku kedalam belahan payudaranya dan
dengan bebas dapat menghisap putingnya.

Istriku terus bergerak. Aku juga mengehentak hentakkan pinggul dari
bawah. Sangat liarrrrr….. sampai tubuh kami bergetar dan bersama sama
memancarkan cairan orgasme.
Kami beristirahat sebentar saling ngobrol sambil merokok. Kuminta
istriku bercerita lagi tentang petua langan asmaranya dengan pria pria
lain. Ada setidaknya enam orang lelaki yang pernah berkencan dengannya.
Wuih! Ternyata istriku menjadi pecandu seks juga sekarang. Hanya dalam
waktu empat bulan saja. Dan kembali aku menjadi sangat terangsang saat
mendengarkannya. Penisku yang semula loyo berangsur mulai menengang dan
mengeras. Kami saling merapatkan bibir, berpagutan, saling meraba dengan
tingkat perangsangan lembut. Kugelitik payudaranya dan menghisapi
putingnya. Aku terus meremas dan merangsang buahdadanya sampai putingnya
berdiri mengeras. Lalu beralih pada selakngannya. Kulumat dan kucumbu
bagian tubuhnya yang sangat kurindukan siang malam selama empat bulan.
Bulu bulu kemaluannya yang tumbuh lebat masih terawat dengan baik. Aroma
khas vaginanya juga masih menjadi bau yang menya lakan nafsu birahiku.
Liangnya sudah merekah bagai kelopak bunga tampak becek dan sangat licin
karena lendir cintanya yang deras mengalir keluar. Kukitari bibir liang
itu beberapa saat sebelum ku gelitiki klitorisnya dengan ujung lidah.
“ Ooooh! Ayolah, Koooo! “ ujarnya penuh tuntutan.
Kutarik tubuhnya membuatnya merangkak membelakangiku. Kubenamkan penisku
dari belakang. Zakarku menepuk nepuk pantatnya setiap kali aku memompa
vaginanya. Kunikmati denyutan denyut an dinding vaginanya yang membuat
tusukanku bertambah nikmat ribuan kali. Nana terus mendesah. Setiap kali
ia mendesah lebih keras aku mendorong penisku lebih dalam. Aku
mengakhiri perjalanan birahinya dengan sebuah desakan kuat dan sedalam
dalamnya.

“ Aaaaaagggggggccc…!” Nana memekik penuh kepuasan.
Kutarik tubuhnya ketepi ranjang. Menelentangkan disana. Lalu kunaikkan
kakinya keatas bahuku. Dalam posisi berdiri kumauki vaginanya kembali.
Nana menggoyangkan pinggulnya secara mendatar setiap kali aku mendorong
batang kemaluanku. Semakin lama goyangannya semakin menghentak hen-tak.
Liang senggamanya memang luarbiasa nikmatnya sehingga aku ingin
menikmatinya semalaman. Namun karena sudah sangat terangsang akhirnya
kami sama sama menjerit penuh ketegangan disertai memancarnya lendir
orgasme kami dalam waktu yang hampir bersamaan.

****************************

Dua hari kemudian…..

Siang itu Nana menelpon saat aku sedang menyelesaikan laporan di kantor.
Tidak seperti biasanya. Pasti ada hal yang special pikirku. Ternyata
memang benar adanya.
“ Ko….. tadi Edo kontak ke hapeku. Ia bilang kalau pesawatnya dicancel
sampai besok sore… Dia juga bilang lagi kesulitan mencari hotel untuk
sekedar transit……… Kalau…………”
“ kita suruh ia nginap dirumah aja bagaimana, itu khan maksud elu?”
potongku.
“ Iya…ya Ko….… kasihan khan kalau ia bener bener ga dapat hotel?” jawab
istriku yang tiba tiba menjadi sangat perhatian.
“ Kasihan dia apa kasihan kamu, Na? Apa kamu pingin nyoba pisang hitam
panjang nih?”
“ Engga…engga! Masa Koko berpikir begitu sih?……Gimana Ko, boleh engga
Edo kita suruh nginap dirumah?” kata istriku terus membujuk.
Akhirnya aku menyerah juga.
“ Ya bolehlah kalau kamu emang menyukainya”
“ Kamu memang suami yang luarbiasa Kooo……! Trim’s ya….. I love you! Cup!
Cup!Cup!”
Lalu telephone diputus. Saat itu jam satu lewat duapuluh menitan. Akupun
sibuk meneruskan pekerja anku. Sekitar jam empat mendadak aku pingin
nelpon ponsel istriku sekedar menyapanya. Tapi sedang tidak diaktifkan.
Kucoba beberapa kali namun tetap tidak bisa. Lalu kucoba menghubungi
kantornya . Kebetulan aku sudah mengenal operator yang bertugas saat itu.

“ Hallo Shanti! Nana ada?”
“ Engga tuh Mas Jay. Hari ini doi cuman dating lalu berpamitan mau
jenguk famili yang sakit”
Hah? Family sakit? Apa pula ini??? Aneh…….!
“ apa engga jalan bareng toh Masss?” Tanya Shanti sedikit ragu.
“ Engga sih Shan… gue lagi sibuk dikantor…..okey gitu dulu, Shan………..
thank’s yaaaa”
Lalu kuputuskan kontak.
Sialan! Bener bener istriku jadi binal! Pasti ia telah bersama Edo
seharian ini. Atau mungkin sejak kemarin.
“ Dasarrrr wanita gatel!” Omelku dalam hati.
Membayangkan keduanya lagi bercinta membuat aku terangsnag sendiri
sehingga kucoba mempercepat pekerjaanku yang masih setumpuk. Namun baru
jam setengah tujuh malam aku bisa merampung kannya.. Secepat kilat
kupacu mobilku menuju rumah. Dibenakku hanya ada keiginan untuk
melaku-kan three some dengan istriku dan Edo Hari sudah mulai gelap saat
aku sampai. Teras rumahku sudah terang benderang oleh temaramnya lampu
yang dinyalakan. Nana keluar menyambutku. Ia menyapaku dengan senyuman
yang sangat manis dan manja. Kami berciuman sejenak sebelum kutarik
masuk tubuhnya. Saat itu ia hanya mengenakan gaun tidur model kimono
dari bahan satin yang dihiasi renda renda dibagian dadanya.
Putingsusunya tampak menyembul dan tercetak jelas pada gaun itu sehingga
dengan mudah kutebak kalau ia tidak mengenakan pakaian dalam. Masih
tersisa peluh didahinya seba-gaimana seseorang yang habis berolah raga
atau bekerja keras.
“ Habis kerjaaa keras nih!” sindirku.
“ AH! Koko bisa aja” sahutnya dengan pipi yang tersipu.
“ Edo dimana, Na?”
“ Kayaknya lagi mandi….”

Kutarik tangannya menuju sofa yang ada di ruangan tengah. Mengajaknya
berciuman sebentar sebelum kulanjutkan bertanya,

“lelaki itu hebat, Na?”.
Ia tidak menjawab hanya membeliakkan mata kearahku.
“Berapa kali kamu dapat klimaks? Enam delapan?” sambungku yang juga
tidak dijawabnya.
Kembali kulumat bibirnya dan mulai menggerayangi bagian dadanya. Nana
menolak dengan halus karena ia ingin aku mandi terlebih dahulu sementara
ia akan menyiapkan makan malam. Aku setuju. Selesai mandi aku keluar
menuju ruang tengah dengan mengenakan kimono mandi dan celana dalam
saja. Edo dan istriku sudah ada dimeja makan menungguku. Kemudian kami
bersantap malam sambil berbincang bincang mengenai banyak topic. Setlah
selesai Nana memunguti piring piring kotor untuk dibawanya kedapur
sementara aku dan Edo melangkah ke ruang tengah. Aku duduk di sofa
panjang sedang ia duduk disofa single diseberangku.
“ Bagaimana istriku, Do?” tanyaku dengan nada sengaja kupelankan agar
tidak terdengar oleh Nana yang masih sibuk mencuci piring.
“ Luar biasa, Jay! Elu bener bener suami yang sangat beruntung punya
bini secantik dia…. “
“ Berapa kali kalian melakukannya?”
“ Mungkin lima atau enam kali aku engga ingat… soalnya “V” bini elu
sungguh sangat nikmat kenyal dan pulennnn…. Belum lagi servicenya yang
benar benar luarbiasaaa…. Aku jadi ketagihan berat padanya!”

“ Sialan kalian! Lagi ngomongin gue yaaa!” omel Nana yang mendadak telah
berdiri di sisiku. Ia lalu kutarik duduk di sebelahku.
“ Edo bilang aku suami yang beruntung punya bini sesempurna dirimu,
Say….” Ujarku.
“ Biasa lelaki kalau ada maunya pasti ngumbar rayuan mauttt”
“ Bukan gitu Na…. tapi emang kamu istri yang sangat sempurna…..”
lanjutku seraya menempel kan bibir kebibirnya.
Istriku kembali menolakku dengan halus karena ia mengusulkan untuk lebih
dulu menonton dvd porno yang kubeli di Perth tempo hari. Aku kembali
setuju. Dan dengan santai kami nikmati adegan adegan penggugah nafsu itu
bertiga. Belum sampai selesai film yang kami tonton ketika kulihat Nana
mulai tidak tenang duduknya. Berkali kali ia geser geser dan ubah ubah
posisi kakinya sepertinya ada sesuatu yang aneh dipangkal pahanya.
Kuciumi lehernya sambil merabakan tangan pada tonjolan buahdadanya yang
masih terbalut kimono satinnya. Kali ini istriku tidak menolak. Bahkan
ia sangat menikmati ciuman dan remasanku. Putingnya menjadi semakin
mengeras dan semakin menyembul. Dengan sangat gampang kutarik lepas tali
pengi-kat kimononya kemudian menyibakkan ujung ujungnya kekanan kekiri.
Kutatap dengan penuh kekaguman kedua payudaranya yang montok dan ranum
sebelum kujilat jilat serta kuhisapi. Ketika kuselipkan tangan pada
pangkal pahanya kutemukan sebuah celah yang sudah sangat becek penuh
lendir birahi.

“Uuuhhhhfsss……….” Desahnya perlahan namun terdengar sangat nikmat.
Nana meraih kepalaku lalu mengiringnya kearah selakangannya. Akupun
menurut. Sembari bergerak kuciumi setiap bagian tubuhnya yang kulewati.
Perutnya. Pusarnya. Bulu bulu kemaluannya yang lebat. Dan bongkahan
vaginanya yang membulat sempurna bak cangkang penyu. Kutelusuri bibir
liang yang telah terkuak lebar itu kemudian kujulurkan lidah menggelitik
kelentitnya yang telah sangat menonjol.
Istriku menggerinjal serta melenguh sangat nikmat setiap aku melakukannya.
Edo bangkit mendekati kami dengan tubuh yang sudah bertelanjang bulat.
Batang kemaluannya yang hitam panjang dan kekar itu terlihat sudah
sangat tegang. Mendongak minta jatah. Ia mengajak istriku berciuman.
Tanganya mulai meremas remas buahdada istriku sementara tangan istriku
telah menggeng gam batang kemaluannya.
Kujulurkan lidah dan kubenamkan berulangkali pada liang yang tanpa ujung
itu. Kutusuk tusukkan sambil menikmati setiap aliran lendir asmaranya.
Desah mulut Nana menjadi semakin keras terdengar. Edo bangkit
menyodorkan kemaluannya ke mulut Nana. Batang sepanjang duapuluhan centi
itu disam- but istriku dengan lidah yang terjulur. Lalu dengan sangat
lahap istriku mulai mengulumnya. Kusibakkan kimono mandiku dan
memelorotkan celana dalamku. Kugenggam dan kuurur urut otot sepanjang
limabelas centi yang meyembul diantara pahaku sambil menyaksikan istriku
sedang melu-mat penis hitam Edo yang panjang itu penuh nafsu. Aku
menjadi semakin terangsang dan ingin segera menyetubuhi istriku.
Kuangkat kedua kakinya kemudian kudorong batang kemaluanku kedepan
mem-benamkannya dengan penuh perasaan kedalam liang syahwatnya.Sambil
menikmati setiap gesekan lem but dengan dinding dinding dalam vaginanya.

Inci demi inci. Sekonyong konyong aku disergap berjuta juta gelombang
kenikmatan selama proses pemasukan itu. Bermula dari ujung penisku lalu
menjalar ke batangnya lalu menyebar keseluruh bagian tubuhku.
Selanjutnya kucoba mengeksplorasi kenik-matan yang lebih besar dengan
tak henti hentinya menggali….. menggali….. dan menggali liang itu lebih
dalam lagi. Sementara itu istriku masih asyik mengulum black banana yang
ada dalam genggam- an tangannya. Nana terus menerus mengerang nikmat
saat tubuhnya bergoyang maju mundur diombang ambingkan gelombang birahi
yang kuciptakan. Kemudian ia mengejang. Seluruh otot ditubuhnya
berkontraksi hebat saat dirinya dilanda puncak ketegangan. Ia menjerit
panjangggg pada saat badai orgasme tiba tiba meledak dan menyambar
dirinya!. Cairan kenikmatannya memancar dan melumasi seluruh batang
ke-maluanku yang masih terbenam di sana. Kami berganti posisi. Aku duduk
disofa sedangkan Nana menyurukkan mukanya keselakanganku, ia menghisapi
dengan lahap batang kemaluanku yang masih basah kuyub oleh lendir
orgasmenya. Edo giliran yang menyetubuhi istriku dari belakang. Benda
sepanjang sembilan inci itu digerakkan masuk keluar dengan sangat cepat.
Terdengar suara “plok!plok! plok!” setiap kali zakar Edo menepuk nepuk
pantat istriku.
“ Oooghttt….oooghffff….” desah istriku tanpa melepaskan batang
kemaluanku dari mulutnya. Dan setiap kali istriku mendesah lebih keras
Edo melesakkan batang kemaluannya lebih dalam lagi.

Edo tidak membiarkan dirinya segera mencapai puncak. Ia menarik diri
lalu menelentangkan tubuh is-triku diatas sofa. Ia buka kedua kaki
istriku lalu menaikkannya keatas bahunya sambil membenamkan kembali
batang kemaluannya. Keduanya bergerak dalam irama yang selaras melaju
dengan pasti menu-ju ke puncak tertinggi. Istriku tampak begitu
menikmati setiap hujaman kemaluan Edo. Ia menyambut dengan goyangan
pinggulnya yang menghentak hentak. Denyutan nikmat yang diciptakan Nana
mem-buat Edo tambah bersemangat. Ia percepat gerakan keluar masuknya
seperti sedang memacu seekor kuda balap. Terdengar napas keduanya
terengah engah saling mengerang dan melenguh penuh nikmat. Beberapa
menit kemudian istriku kembali memekik penuh kepuasan sambil mendekap
erat erat tubuh Edo. Sementara itu Edo masih memompa dengan sangat cepat
berusaha secepatnya mencapai klimaks. Beberapa detik sebelum terjadinya
pancaran klimaks, Edo mencabut penisnya kemudian menghampiri wajah
istriku. Ia merancap dengan sangat cepat sampai terdengar lenguhannya
yang keras ketika ujung batang kemaluannya menyemburkan cairan kental
berwarna putih pekat yang sengaja diarahkan kebibir Nana. Setelah
mereda, istriku kembali menjilati ujung kemaluan Edo sampai bersih. Aku
sejak tadi hanya bisa berdiri menyaksikan pergulatan keduanya sambil
mengurut urut batang kema luanku sendiri. Melihat celah vagina Nana yang
menganga dan mengkilap karena lendir birahinya mem buat aku sangat
terangsang dan ingin memasukinya.

Selanjutnya ku tancapkan dengan sangat bernafsu. Meskipun liang senggama
itu kini terasa sedikit longgar namun tetap saja mampu memberi rasa
nikmat yang luar biasa. Kulumat liang itu dengan sangat bergairah. Nana
kembali menggoyang pinggulnya membuat liang vaginanya bertambah nikmat
ribuan kali. Aku semakin kesetanan saat menyetubuhinya. Apa yang
kulakukan rupanya menyebabkan menyalanya kem bali gairah istriku.
Sehingga kini kami berdua saling menuntut kepuasan puncak dengan saling
mengge sek dan meraba. Sekian menit kemudian kupercepat gerakan
pinggulku saat terasa desakan sangat kuat diujung penisku. Istriku
memekik dengan keras ketika ia lebih dahulu sampai di puncak. Nyaris
berbarengan kurasakan ujung penisku bergetar hebat. Sehingga kucoba
menekan pinggul lebih dalam lagi. Akhirnya batang kemaluanku menggelepar
gelepar sembari memuntahkan cairan kenikmatan dalam jumlah yang sangat
banyak diantara himpitan liang vagina Nana. Saking banyaknya hingga
meluber kelu ar dan meleleh diatas sofa.
Setelah membersihkan diri, kami melanjutkan permainan didalam kamar.
Secara bergantian aku dan Edo menggarap vagina Nana. Malam itu belasan
kali istriku mencapai klimaks disertai jeritan panjang penuh kepuasan.