BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

yanti istri sepupuku yang liar



Saat suasana rumah istri sepupuku yang lagi sepi pas kebetulan aku lagi main di rumahnya ,sebut saja namanya yanti istri sepupuku itu dia mempunyai paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy makanya tidak heran kalau banyak lelaki yang memandangnya langsung tertegun,apalagi mba yanti itu memiliki tubuh yang sintal bentuk payudara yang montok serta kulit yang putih muluss.
Mba yan,mas ayonya lagi kemana? Tanyaku sambil duduk di sebelah mba yanti,lagi pergi keluar kota di ,mungkin sekitar satu mingguan kata maa ayonya tuh,ohhh…lama banget ya mba,pastinya mba yanti kesepian dong,ach kamu bias aja di ,oh iya di tolong kerokin badanku nih di kayanya sih masuk angina soalnya kemarin aku kehujanan,
Boleh mba mumpung aku lagi di sini,mba yanti pun langsung pergi kekamar tuk mengambil handbody sama uang logam tuk luluran badanya agar tidak keset dan perih dan perih .
Mba yanti pun langsung membuka bajunya serta celananya dia hanya terlilit sebuah kain tapih ,akupun sangat tertegun melihan bentuk tubuh mba yanti yang mulus serta lekuk tubuh yang sexy, aku pun langsung mengambil lotion dan langsung menggosokkan ketubuh mba yanti yang mulus itu,aduhh di jangan keras-keras dong ,terus kebawah diii akupun lantas memperlambat kerokanya,,achhh enaakk dii teruss ,pake tangan aja di biar lebih nikmat,baik mba… logam itu pun aku tinggalkan kini aku mengerok tubuh mba yanti itu pakai tangan jadi ya bukan ngerok akhirnya Cuma mengelus –elus aja tanpa di duga mba yanti membuka bhnya ,maaf di muka aja ya di,, bhnya biar kamunya gak kesulitan memijatnya
Aacchh teruus di .. yang itu ,,nya di pijit dong sambil tangan mba yanti menarik tanganku tuk di letakkan di sekitar buah dadanya yang montok itu,kontan saja darahku naik nafsuku langsung memuncak tanganku terus meremas –remas kedua buah dadanya yang montok itu,mba yanti pun menggeliat menahan kenikmatan yang di berikan oleh aku,teruuus diiii aacchhh niiikmaat mba yantipun langsung melorotkan cdnya kini tubuh mulus itu tergolek tanpa busana ,tangan bma yanti langsung melorotkan celan serta cdku akupun terdiam .
Mba yantipun langsung memasukkan batang senjatku kedalam vagina mba yanti
Aku sengaja tidak langsung mengocokkan penisku, aku diamkan semua bagian kejantannanku tetap habis amblas di lubang surganya sejenak. Aku rasakan sejenak betapa rasa lembab, basah, dan hangat yang luar biasa indah menyelimuti kemaluanku. Walaupun kemaluanku masih belum bergerak, aku dapat merasakan kemaluan Mbak yanti yang tidak hanya sempit, tapi juga dapat menghisap dan menekan-nekan kemaluanku.

Tanpa menarik penisku, aku gerakan pantatku kedepan tiga kali sehingga.., “Bleb, bleb, bleb..!” Posisi Mbak Aku sengaja tidak langsung mengocokkan penisku, aku diamkan semua bagian kejantannanku tetap habis amblas di lubang surganya sejenak. Aku rasakan sejenak betapa rasa lembab, basah, dan hangat yang luar biasa indah menyelimuti kemaluanku. Walaupun kemaluanku masih belum bergerak, aku dapat merasakan kemaluan Mbak yanti yang tidak hanya sempit, tapi juga dapat menghisap dan menekan-nekan kemaluanku.

Tanpa menarik penisku, aku gerakan pantatku kedepan tiga kali sehingga.., “Bleb, bleb, bleb..!” Posisi Mbak yanti pun sedikit maju karena tekanan dari ku.

“Oh.., Ah.., Oh..!” Desahan Mbak yanti seiring dengan tekanan tadi.
“Sayang, cepat donk, pompa aku semau kamu!” Pinta Mbak yanti.

Aku mulai menarik dengan perlahan kemaluanku sampai sebatas leher kemaluanku, kemudian aku tekan perlahan, tapi hanya sampai setengah batang kejantananku, kemudan aku tarik, aku tekan setengah, tarik, tekan, tarik tekan.. terus begitu secara berulang. Aku melakukan dengan cara yang aku baca dari buku kama sutra, yaitu, aku tarik keluar kejantananku sampai sebatas leher dan kemudian aku masukan hanya setengah dari batang kejantananku sebanyak 10 kali, dan kemudian diselingi 1 kali keluar sebatas leher dan masuk sampai amblas semua batangku dan menahannya sejenak untuk memberikan kesempatan kepada Mbak yanti untuk melakukan gerakan berputar.


“Crek, crek.. crek.. crek.” Suara indah itu terulang sepuluh kali, diselingi dengan.. “Sleb..” sebanyak sekali “Plok, plok, plok, plok..!” Suara yang muncul akibat benturan antara pangkal pahaku dengan pantat putih mulus Mbak yanti membuat suasana semakin indah. Memek Mbak yanti memang gila. Betapa aku tak perlu mengangkat pantatku sedikit keatas agar mendapat gesekan dan tekanan pada bagian atas batang kemaluanku, atau ke bawah agar gesekannya lebih terasa di bawah, atau kekiri, atau kekanan.., semua itu tidak perlu sama sekali. Kemaluan Mbak yanti yang benar-benar lubang surga itu sudah sangat sempit, sehingga menekan dan menggesek semua permukaan penisku, dari ujung kepala sampai ke pangkal kemaluanku.

Aku tak bisa lagi mengatur gerakanku, semakin lama gerakanku semakin cepat, dan tekanannya pun semakin keras. Dari posisiku yang di belakang, aku dapat jelas melihat penisku keluar masuk cepat ke lubang vaginanya, dan saking pasnya, terlihat bibir vagina Mbak yanti itu tertarik keluar setiap batangku kutarik keluar.

“Oughh, ough.., ah.., oh.., kamu hebat sayang.” Mbak yanti terus mendesah dan meracau.


Sesekali dengan posisinya yang menungging, tangan kanan Mbak yanti kebelakang dan menyentuh perutku untuk menahan tekanan yang aku lakukan. Aneh memang, Mbak yanti menahan laju tekanan penisku dengan tangannya, tetapi Mbak yanti terus meracau..

“Terus sayang, ah.., terus, terus sayang..!”

Buah dada Mbak yanti terpental-pental dan desahannya benar-benar menghanyutkan, seperti suara musik terindah yang pernah aku dengar.

“Ahh.. shh sshh sayang, Ohh.. enakk.. Uhh uhh.. hmm.. Enak sayang.. terus!” Seru Mbak Nin.
“Aoww..!” Tiba-tiba Mbak yanti sedikit berteriak.
“Kenapa Mbak, sakit ya?” Tanyaku yang hanya di jawab dengan senyum dan gelengan kepalanya saja.
“Teruskan sayang aku suka koq.” Katanya.

Aku berpikir mungkin gerakanku terlalu kuat, ditambah liang vagina Mbak yanti yang begitu sempitnya. Maka aku ambil inisiatif untuk mengangkat kaki kanannya. Aku angkat kaki kanannya agar lubang surga Mbak yanti sedikit lebih longgar, sehingga Mbak yanti dapat lebih menikmatinya.

“Oghh, ff, sayang kamu memang hebat!” Katanya.

Karena gesekan yang terjadi sedikit berkurang, aku semakin cepat melakukan gerakan maju mundur dengan sedikit gerakan keatas akibat terangkatnya kaki kanan Mbak yanti dengan tangan kananku. Semua hal itu tidak mengurangi kenikmatan yang aku rasakan, bahkan percintaan kami menjadi lebih variatif, sampai suatu saat aku turunkan lagi kaki kanannya dan kedua tanganku memegang pinggulnya kuat-kuat sambil sesekali meremas pantatnya yang bulat indah itu. Dan..

“Oughh.. sayang.. aku keluar..!” Vagina Mbak yanti kurasakan semakin licin dan hangat, tapi denyutannya semakin terasa.

Aku dibuat terbang rasanya. Aku hentikan gerakan maju mundurku, sekarang aku benamkan seluruh batang penisku ke liang vagina Mbak yanti sambil terus mendenyutkan batang kemaluanku. Aku tekan dengan kuat penisku sambil menahan pinggulnya yang indah. Aku yakin benar, denyutan yang aku buat di batang kemaluanku dan tekanan hebat terhadap kewanitaannya membuat orgasme Mbak yanti makin hebat dirasakannya. Terbukti dari kenikmatan orgasmenya itu, sekonyong-konyong membuatnya terbangun dari posisi nunggingnya disertai kedua tanggannya menjambak rambut kepalaku dengan kuat dan wajahnya yang menyeringai menahan gejolak kenikmatan surgawi.

“Huff, huff, huff..!” Nafas Mbak yanti menunjukan dia baru saja mengalami sensasi elektrikal yang hebat menjalar di tubuhnya.

Tubuhnya sedikit lemas. Aku tahan beban tubuhnya dengan tangan kiriku yang kemudian melingkari pinggulnya yang padat dan mulus itu sementara tangan kananku mengambil kursi tadi dan kemudian aku duduk di kursi itu sambil memangku dan menciumi bibirnya yang merah merekah.

“Oh sayang, aku keluar, oh enaknya.” Mbak yanti berbisik padaku sambil sesekali mencium telingaku.

Batang kejantananku pun masih terbenam di dalam kewanitaannya. Apa lagi dengan Mbak Nin di pangkuanku, membuat batang kemaluanku amblas habis sampai di pangkalnya. Hanya saat ini tidak terjadi gerakan-gerakan yang berarti.

“Kamu belum keluar ya?” Tanya Mbak yanti, aku diam saja dengan sedikit menggelengkan kepala.

Aku biarkan Mbak Nin berbicara, karena memang aku menikmatinya. Aku biarkan Mbak yanti beristirahat sebentar sambil menciumi wajah ku disertai tangannya yang terus-terusan meraba biji pelerku. Rasa hangat di batang kemaluanku masih begitu terasa, ingin rasanya aku gerakan lagi. Tapi aku bersabar, aku biarkan bidadariku mengumpulkan tenaganya untuk pertarungan tahap berikutnya. Tak berapa lama, aku coba mendenyutkan batangku.

“Ah, aow.. geli dong sayang..!” Mbak yanti berceloteh sambil disertai tawanya yang manja.
“Kamu masih kuat nggak, sayang?” Aku tidak lagi terdiam, pertanyaan ini harus kujawab.
“Masih donk, Mbak.” Kataku, aku masih tetap untuk berusaha menahan diri.
“Pindah ke kamarku yuk?” Ajak Mbak yanti.
“Tapi jangan di lepas ya sayang, punyaku masih betah sama punyamu.” Celoteh Mbak yanti.

Secara perlahan dan berhati-hati aku bangun dari kursi itu. Dengan posisi membelakangiku, aku bawa Mbak yanti keatas meja. Dan secara perlahan aku putar tubuh Mbak yanti dengan amat sangat hati-hati karena Mbak yanti tidak ingin penisku terlepas dari vaginanya, begitu pula aku. Dengan sedikit kerjasama, akhirnya kami berdua sudah saling berhadapan. Mbak yanti langsung ku gendong dengan penisku yang masih tatap tertanam. Kedua belah kaki panjang Mbak Nin mengempit pinggangku erat-erat. Aku pun melangkah ke kamar Mbak yanti.

Sesampai di kamar, aku rebahkan tubuh Mbak yanti di tempat tidur yang masih rapi. Tampak olehku kedua susu Mbak yanti yang indah. Puting susu yang kemerahan itu membuatku langsung melumatnya. Mbak yanti hanya bisa mendesah dan menggigit bibir bawahnya. Ketika aku baru menggerakan pantatku keatas Mbak yanti, menghentikan gerakanku..

“Sayang, tadi kamu yang kerja, sekarang giliran aku donk!”
“Aku pengen di atas ya!” Belum sempat aku jawab, Mbak yanti sudah mendorong tubuhku, sehingga aku mau nggak mau merebahkan tubuhku diatas kasur empuk tadi. Mbak yanti sekarang sudah ada di atasku tepat membentuk sudut 90 derajat dengan tubuhku.
“Luruskan kakinya sayang!” Perintah Mbak yanti sambil memegang kedua pahaku dan meluruskan kakiku.

Kedua tangan Mbak yanti kemudian memegang kedua puting susunya dan meremas kedua payudaranya sendiri, dan mulai menangkat pantatnya dan menurunkannya kembali. Saat ini dialah yang memompaku. Aku baru sadar, bahwa Mbak yanti saat ini tiada lain adalah kuda liar yang tak terkendali. Dia bergerak keatas dan kebawah yang kemudian di selingi dengan memutarkan pinggulnya yangjuga disambung dengan gerakan maju mundurnya.

Maju, mudur, atas, bawah, kiri, kanan, putar. Serasa penisku dipermainkan seenaknya. Mbak Nin menjadikan batang kemaluanku sebagai budak nafsunya. Kedua tanganku sibuk meremas-remas payudaranya, memelintir dan mencubit punting susunya, dan memegang pinggulnya. Sesekali dia membungkukkan badannya untuk menciumiku. Aku tidak diijinkannya untuk bangun dan mencium bibir atau pun buah dadanya. Saat ini dia terus memegang kendali. Kontolku semakin panas, rasa nikmat menjalar keseluruh tubuhku.

“Oh.. Mbak yanti, terus Mbak..!” Aku mulai meracau.

Betapa liarnya wanita ini. Rasa hangat dan nikmat yang tak terhingga mulai merambah batang kejantananku yang semakin lama mulai aku rasakan desiran yang hebat. Aku memejamkan mata dan meremas pinggul dan susu Mbak yanti. Aku tahan gejolak kenikmatan surgawi ini. Aku tak ingin benteng pertahananku Bobol, sebelum bidadari diatasku memuaskan diri memperbudak batang kemaluanku. Kempotan vagina Mbak yanti semakin lama semakin kuat. Kemaluanku terasa terjepit dan semakin terjepit. Basah, lembab, licin, dan hangat menjadi satu menciptakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Aku berusaha menahan serangan sang bidadari. Kejadian tersebut terus berulang. Nafas kita berdua menderu-deru. Tubuh kami penuh dengan keringat.

“Oh.. Ah.. Oh.., Oughh, Off, Aoww..!” Mbak yanti pun sudah tidak lagi mendesah.

Desahannya di ganti dengan teriakan dan jeritan kecil. Gerakannya makin liar. Aku merasa kasihan melihat batangku diperbudak sedemikian rupa, tapi apa daya, kenikmatan yang aku rasakan lebih dari segalanya di dunia ini. Mendadak kulihat tubuh Mbak yanti mengejang. Mbak yanti menengadahkan kepalanya. Urat lehernya nampak, dia berteriak kecil.

“Aaooww..!”

Kurasakan semburan lava panas menyelimuti batangku yang masih terbenam.

“Oh..!” kataku.

Nikmat sekali rasanya. Mbak yanti menjatuhkan tubuhnya didalam pelukanku. Dia mengalami orgasme lagi, hanya kali ini dia tidak mampu berkata apa-apa lagi. Tampak betapa lelahnya dia. Tapi untuk kali ini aku tak bisa memberi waktu lagi untuk Mbak yanti beristirahat. Aku sidah hampir dipuncak, mulai terasa olehku puncak kenikmatan yang sebentar lagi aku rasakan. Aku balikan tubuhku sehingga tubuh mulus Mbak yanti ada di bawahku.

“Oh sayang, aku tadi keluar lagi..!”
“Aku sudak cap..’” Belum sempat dia selesaikan ucapannya, aku sumpal kedua belah bibirnya dengan mulutku. Aku bimbing kedua betis Mbak yanti agar bertumpu di kedua bahuku. Aku mulai memompa dengan cepat dan dahsyat.
“Oh..sayang, kamu cepat keluar ya sayang..!”
“Aku sudah mulai lelah!”

Aku terdiam dan hanya terus memompa kemaluanku sampai amblas dan menariknya keluar sampai sebatas leher. Aku sudah tidak dapat mengendalikan tubuhku sendiri. Seakan tubuhku bisa bergerak sendiri semaunya.

“Oh.. ampun sayang..!” Desah Mbak yanti

Aku sedikit takut, jikalau Mbak yanti tidak bisa memuaskan aku saat itu. Tapi aku tak perduli. Aku kemudian berinisiatif, aku keleuarkan sejenak penis ku dari lubang hangat Mbak Nin sejenak, kemudian aku angkat pinggul Mbak yanti dan aku ambil tiga buah bantal untuk mengganjal pantat Mbak yanti. Sehingga Vagina Mbak yanti terbuka dan terlihat Itil Mbak yanti yang mencuat. Keindahan vagina Mbak yanti yang berwarna merah muda dan dihiasi dengan clitoris-nya yang kecil mungil itu membuatku semakin buas.

Aku arahkan dan aku masukkan kembali batangku kedalam lubang surga milik Mbak yanti tersebut. Hanya kali ini aku memasukkannya dengan cepat dan tepat tanpa basa-basi lagi. Lalu aku memompanya dan terus memompanya dengan cepat sekali sambil jari-jemari tangan kananku mempermainkan clitoris–nya. Entah mengapa, teriakan dan desahan Mbak yanti berubah lagi, yang asalnya, “Aku capek sayang, ampun.., aku capek..!”, telah Berubah menjadi.., “Terus sayang, aku sanggup keluar sekali lagi.. terus sayang.. teruuss!”

Desahan dan jeritan kecil itu membuatku semakin semangat. Aku genjot terus, terus dan terus..!

“Oh sayangku, aku mau keluar lagi..!” Kata Mbak yanti
“Sebentar sayang, sebentar lagi aku juga keluar.. taah.., ttahan dulu ya sayang..!” Aku mulai nggak keruan.

Genjotan penisku, goyangan pinggul Mbak yanti, dan kempotan vagina Mbak yanti. Membuat segalanya tak terkendali. Ketika kulihat Mbak yanti mulai menengadahkan kepalanya dan urat lehernya mulai mengejang. Aku segera mempercepat genjotanku, dan akhirnya..

“Aakkhh..!” Kami berdua berteriak kecil, kedua tangan Mbak yanti memegang pantatku dan menekannya dengan keras kearah vaginanya sampai kejantananku amblas habis tak bersisa satu mili pun. Aku membungkukan badanku dan menyelipkan pergelangan tanganku ke ketiaknya dan telapak tanganku mengangkat kepalanya sehingga aku bisa mencium bibirnya.

“Crot.. serr.. crot.. serr.. crot.. ser..”

Entah berapa kali cairan puncak kenikmatan surgawi ku menyembur dan bertemu dengan cairan kenikmatan tiada tara nya Mbak yanti. Cairan kenikmatan kami saling bertemu di dalam vagina Mbak yanti. Mungkin sekitar 40 atau 50 detik, kita berdua saling merengkuh puncak kenikmatan itu. Kehangatan yang amat sangat indah itu menyelimuti kejantananku. Kontolku terus berdenyut seiring dengan vagina mbak nin yang juga berdenyut. Kita berdua tidak sanggup lagi berkata apapun juga. Tubuh Mbak yanti tergeletak di samping tubuhku. Aku berusaha untuk mengangkat tubuhnku dengan tenagaku yang terakhir.


Aku cium bibirnya dan Mbak yanti pun berkata, “Yy.. yang terakhir itu.. ad.. adalah or.. orgg.. orgasme ku yang paling lama..”, lalu kami berdua pun tidur saling berpelukan sampai keesokan paginya.

Semenjak itu kami bagaikan sepasang burung yang sedang kasmaran. Diluar kesibukan kami sehari-hari selalu kami gunakan untuk bercinta dan bercinta. Tiada hari yang kami lewatkan tanpa sex. Kami pun sering membaca buku tentang sex agar kami berdua selalu bisa terpuaskan, dan yang paling penting, memuaskan. Kami pun tak tahu waktu dan tempat. Kadang kami melakukannya di Garasi, di meja dapur, di sofa, di dalam mobil, di kamar mandi, di kolam renang, di halaman rumah, di atas rumput, bahkan kami pernah melakukannya di dalam lift sebuah Mall yang saat itu mendadak macet dan kami terjebak di dalamnya. pun berkata, “Yy.. yang terakhir itu.. ad.. adalah or.. orgg.. orgasme ku yang paling lama..”, lalu kami berdua pun tidur saling berpelukan sampai keesokan paginya.
Sampai saat sekarang pun ketika nafsu mba yanti mulai naik mba yanti langsung menelponku dan mengajak pertemuan untuk menuntaskan nafsu birahi nya yang bergejolak,aku pun siap kapan saja dikala mba yanti membutuhkan,ohhh mba yanti memekmu,buah dadamu pinggulmu seluruh tubuhmu yang membuat aku tergila-gila padamu,ohhh ady senjataku ,bulu dadamu serta keperkasaanmu membuat diriku ketagihan denganmu.

yanti tetanggaku yang nakal



Suatu ketika rumahnya sedang kosong cuma tinggal Tante yanti bertiga dengan anak asuhnya yang masih berumur 3 tahun dan pembantunya. Tante yanti meneleponku untuk meminta tolong membetulkan kran kamar mandinya. Tentu saja kupenuhi karena aku baginya sudah dianggap seperti keluarga di rumahnya dengan sendirinya cepat saja kupenuhi permintaan itu. Aku datang dengan segera tapi kran rusak ternyata hanya alasan saja melainkan diminta untuk menemani sambil membantu memijiti kakinya yang katanya sedang kram. Di ruang tengah Tante waktu itu duduk di sofa panjang sedang menonton acara telenovela di televisi.
“Abis kalo nggak pake alesan betulin keran nanti nggak enak didengar keluargamu. Sini dong Son, Sony bisa bantuin mijetin kaki Tante, nggak? kaki Tante agak keram sedikit…” begitu katanya menyambutku dan langsung meminta bantuanku.
Aku mengangguk dan mendekat berlutut di depannya akan mulai memijit sebelah kakinya di bagian bawah tapi rupanya bukan di situ.
“Oo bukan di situ Son… di sini, di selangkangan ini. Nggak apa ya Tante begini, nggak usah kikuk, Sony kan udah kayak anak Tante sendiri.” katanya sambil menyingkap roknya ke atas menunjukkan daerah yang harus kupijit yaitu di selangkangan pahanya.
Tidak tanggung-tanggung, rok itu disingkap sampai di atas celana dalamnya sehingga mau tak mau terpandang juga gundukan vaginanya menerawang dari balik kain tipis celana dalamnya itu. Tentu saja, biarpun sudah dipesan lebih dulu agar aku tidak usah kikuk-kikuk, tidak urung mukaku langsung berubah merah malu dengan pemandangan yang seronok ini. Tante seperti tidak mengerti apa yang kurasakan, dia menyuruh aku mendekat masuk di tengah selangkangannya dan mengambil kedua tanganku, meletakan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit vaginanya. Dia minta bagian yang katanya sering pegal itu kutekan pelan-pelan dan waktu kumulai agak bergetaran juga tanganku mengerjainya sementara Tante yanti memejamkan matanya pura-pura menikmati pijitanku. Padahal sungguh, aku sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang diperangkap olehnya.
“Iya di situ sering pegel Son, tapi ntar dulu.. kurang pas yang itu, Tante naikin kaki dulu… ya…”katanya. Berikutnya dengan alasan kurang puas Tante menaikan kedua telapaknya ke atas tepi sofa di mana dia sekarang minta aku memijit lebih ke dalam lagi sehingga boleh dibilang aku hanya memijit-mijit otot seputar kemaluannya saja. Pikiranku mulai terganggu karena bagaimanapun meremas-remas tepi bukit yang sedang terkangkang menganga ini mau tidak mau membuat nafasku memburu juga. Maklum, meskipun masih remaja tapi aku sudah kenal tidur dengan perempuan sehingga jelas mengenal rasa yang bisa diberikan bukit menggembung di depanku. Apalagi dalam pemandangan yang merangsang seperti ini.
Nah, di tengah-tengah kecamuk lamunan seperti ini Tante semakin jauh menggodaku.
“Ngomong-ngomong Sony udah pernah maen ama cewek, belum ?” katanya agak genit.
“Ngg… maen cewek maksud Tante pacaran?” kataku balik bertanya pura-pura tidak mengerti.
“Maksudnya tidur sama cewek, ngerasain ininya,” katanya sambil menunjuk vaginanya.
Ditanya begini wajahku merah lagi, jadi gugup aku menjawab, “Ngmm.. belum pernah Tan..” jawabku berbohong. Mungkin aku salah menjawab begini karena kesempatan ini justru dipakai tante makin menggodaku.
“Ah masak sih, coba Tante pegang dulu…” begitu selesai bicara dia sudah menarikku lebih dekat lagi dengan menjulurkan kedua tangannya, satu dipakai untuk menggantol di leherku menahan tubuhnya tegak dari sandaran sofa, satu lagi dipakai untuk meraba jendulan penisku.
“Tante pengen tau kalo bangunnya cepet berarti betul belum pernah…” lanjutnya lagi.
Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujukku, namanya aku masih berdarah muda biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tapi dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batangku naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih gampang lagi buat dia.
“Wihh, memang cepet bener bangunnya… Tapi coba Son, Tante kok jadi penasaran kayaknya ada yang aneh punyamu…” katanya tanpa menunggu persetujuanku dia sudah langsung bekerja membuka celanaku membebaskan penisku. Aku sulit menolak karena kupikir dia betul-betul sekedar penasaran ingin melihat keluarbiasaan penisku. Memang, waktu batangku terbuka bebas matanya setengah heran setengah kagum melihat ukuran penisku.
“Buukan maen Sonyy… keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu niatnya ingin cepat menjeratku, “Tapi masak sih yang begini belum pernah dipake ke cewek. Kalo gitu sini Tante kenalin rasa sedikit, deket lagi biar bisa Tante tempelin di sini…” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentarku dia memegang batangku dan menarikku lebih merapat kepadanya. Apa yang dimaksudkannya adalah dengan sebelah tangan bekerja cepat sekedar menyingkap sebelah kaki celana dalamnya membebaskan vaginanya, lalu sebelah lagi membawa penisku menempelkan kepala batangku di mulut lubang vaginanya. Di situ digosok-gosokannya ujung penisku di celah liangnya beberapa saat dulu baru kemudian menguji perasaanku.
“Gimana, enak nggak digosok-gosokin gini?” katanya tambah super genit.
Tentu, jangan bilang lagi kalau sudah begini aku yang sudah tegang dengan sinar mata redup sudah sulit untuk melepaskan diri, berat rasanya menolak kesempatan seperti ini. Aku cuma mengiyakan dengan mengangguk dan Tante Juliet meningkat lebih jauh lagi.
“Kalo gitu Sony yang nyoba sendiri biar bisa tahu gimana rasanya, tapi tunggu Tante buka ajasekalian supaya nggak ngalangin…” lanjutnya dengan cepat melepas celana dalamnya untuk kemudian kembali lagi pada posisi mengangkangnya.
Menggosok-gosokan sendiri ujung kepala penisku di mulut lubang vaginanya yang menganga tambah membuatku semakin tegang dalam nafsu, tapi untuk menyesapkan masuk ke dalam aku masih tidak berani sebelum mendapat ijinnya. Padahal itu justru yang diinginkan tante hanya saja mengira aku benar-benar masih hijau dia masih memakai siasat halus untuk menyeretku masuk.
“Ahhh… kedaleman gosokinnya…” katanya menjerit geli memaksudkan aku agak terlalu menusuk. Padahal rasanya aku masih mengikuti sesuai anjurannya, tapi ini memang akal dia untuk masuk di siasat berikut, “Tapi gini, supaya nggak keset sini Tante basahin dulu punyamu.” katanya mengajak aku bangun berdiri.
Kali ini apa yang dimaksudkannya adalah dia langsung mengambil penisku dan mulai menjilati seputar batangku, sambil sesekali mengulum kepalanya. Kalau sudah sampai di sini rasanya aku bisa menebak ke mana kelanjutannya. Dan memang, ketika dirasanya batangku sudah cukup basah licin dia pun menarik lagi tubuhku berlutut dan kembali memasang vaginanya siap untuk kumasuki. Dalam keadaan seperti itu aku betul-betul sudah buntu pikiranku, terlupa bahwa dia adalah istri dari Mas Fadli-kakak angkatku. Rangsangan nafsu sudah menuntut kelelakianku untuk tersalurkan lewat dia.
Sehingga sekalipun Tante Juliet tidak lagi menyuruh dengan kata-katanya, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan. Ujung penis mulai kusesapkan di lubang vaginanya segera kuikuti dengan gerakan membor untuk menusuk lebih dalam. Tante sendiri meskipun mimik mukanya agak tegang, dia ikut membantu dengan jari-jari tangannya lebih menguakkan bibir vaginanya menjadi semakin menganga, untuk lebih memudahkan usaha masuk batangku. Tapi baru saja terjepit setengah, tiba-tiba SonJul anak asuhnya datang mengganggu konsentrasi teristimewa bagi Tante yanti. Si kecil yang belum mengerti apa-apa ini naik ke sofa langsung menunggangi perut Tante seolah-olah ingin ikut bergabung dengan kami.
“Nanti dulu Dek, Mama lagi dicuntik Mas Sony… Adek maen dulu sana, ya?” agak kerepotan Tante membujuk SonJul untuk menyingkir dan kembali bermain, sementara aku sendiri tetap sibuk membor dan menggesek keluar masuk penisku untuk menanam sisa batang yang masih belum masuk. Di atas dia repot meredam kelincahan SonJul, sedang di bawah dia juga repot menyambut batangku. Sesekali merintih memintaku jangan terlalu kuat menyodokkan penisku.
“Aashhh… Sonnn… pelan Son.. vagina mama sakit… jangan dicuntik keras-kerass… ” erangnya.
Untung berhasil Tante yanti membujuk SonJul tepat pada saat seluruh batangku habis terbenam. Lega wajahnya ketika SonJul sudah mau turun kembali bermain.
“Naaa, sekarang Mama Adek mau maen sama Mas Sony dulu, ya? Ayo Mas Son… pindah ke bawah dulu, Mama Adek juga pengen ikutan ngerasain enaknya…” Tanpa melepas kemaluan masing-masing kami pun berpindah ke karpet, Tante yanti yang di bagian bawah. Di situ begitu posisi terasa pas kami segera menikmati asyik gelut kedua kemaluan denganku memompa dan Tante yanti mengocok vaginanya. Nikmat sanggama mulai meresap dan meskipun di tengah-tengah asyik itu SonJul juga sering datang mengganggu, tapi kami sudah tidak peduli karena masing-masing sedang berpacu menuju puncak kepuasan. Dan ini ternyata bisa tercapai secara bersamaan. Agak terganggu dengan adanya SonJul lagipula suasana kurang begitu bebas, tapi toh cukup memuaskan akhir permainan itu bagi kami berdua. Kelanjutan hubungan kami memang sulit mencari kesempatan yang lowong seperti itu lagi. Setelah yang pertama ini masih sempat dua kali kami melakukan hubungan badan tapi kemudian terputus.
Ada satu keasyikan tersendiri yang kurasakan jika sedang bercinta dengan Tante yanti yang bertubuh montok ini. Enak rasanya bergelut dengan daging tebalnya, seperti menari-nari di atas kasur empuk berbantalkan susunya yang juga montok dan besar itu. Rasanya dalam sejarah percintaanku dengan para wanita yang kesemuanya cantik-cantik lagi berlekak-lekuk padat menggiurkan, maka cuma dengan dia satu-satunya yang berbeda. Tapi, inilah yang kusebut asyik tadi. Aku sama sekali tidak merasa menyesal dan justru selalu merindukan untuk mengulang kenangan bersama dia, hanya saja kesempatan sudah sulit sekali untuk didapat.
Kesempatan kali keempat kudapat tiga tahun setelah itu yaitu ketika aku diminta mengantar Tante yanti untuk menghadiri upacara perkawinan seorang keluarga mereka di Las Vegas. Waktu itu rencananya aku hanya mengantar saja dan setelah acara selesai akan pulang langsung ke bogor ke tempat kuliahku, tapi rupanya Tante yanti berubah pikiran ingin pulang menumpang lagi denganku. Mau tak mau aku pun berputar melewati bandung, DC untuk mengantarkan Tante yanti ke rumahnya dulu sebelum kebogor. Tante memang rupanya tidak ingin berlama-lama dalam kunjungannya, itu sebabnya SonJul tidak diajak serta dan ditinggal bersama pembantu serta suaminya di rumah.
Begitu, dalam perjalanan yang cuma kami berdua di mobil kami pun ngobrol dengan akrab, dengan Tante Juliet yang lebih banyak bertanya-tanya tentang keadaanku sementara aku sendiri sibuk mengemudi. Sampai kemudian menyinggung tentang kegiatan seksku, Tante Juliet memang bisa menduga bahwa aku tentu sudah banyak pengalaman galang-gulung dengan perempuan.
“Ngomong-ngomong soal kita dulu kalo sekarang Sony udah kenal banyak cewek cakep pasti kamu nyesel kenapa bikin gitu sama Tante waktu hari itu, ya nggak Son?”
“Nyesel sih enggak Tan, gimanapun kan Tante yang pertama kali ngenalin rasa sama Sony. Apalagi Sony juga punya kenangan manis dari Tante…” jawabku menyinggung hubungan intimku waktu itu dengannya.
“Tapi itu kan duluu… Sekarang dibanding-bandingin sama kenalan-kenalanmu yang lebih muda pasti kamu mikir-mikir lagi, kok mau-maunya aku sama Tante model gitu. Itupun waktu dulu, sekarang apalagi… tambah nggak nafsu liatnya, ya nggak?”
Aku langsung menoleh dengan tidak enak hati.
“Jangan bilang gitu Tan, Sony nggak pernah nyesel soal yang dulu. Malah kalo masih boleh dikasih sih sekarang pun Sony juga masih mau kok.”
“Jangan menghibur, ngeliat apanya sama Tante kok berani bilang gitu?”
“Lho kenyataan dong… Tante emang sekarang gemukan tapi manisnya nggak kurang. Malah tambah ngerangsang deh…” jawabku memuji apa adanya.
Karena memang, sekalipun dia sekarang terlihat lebih gemuk dibanding dulu tapi wajahnya masih tetap terlihat manis.
“Ngerangsang apanya Son?” tanyanya penasaran.
“Ya ngerangsang pengen dikasih kayak dulu lagi. Soalnya tambah montok kan tambah enak rasanya.” jawabku dengan membuktikan langsung meraba-raba buah dadanya yang besar itu, Tante yanti langsung menggelinjang kegelian.
“Aaa… kamu emang pinter ngerayu, bikin orang jadi ngira beneran aja.” katanya mencandaiku.
“Lho Sony serius kok, kalo masih kepengen ngulang sama Tante. Makanya tadi Sony nanya, kalo emang masih boleh dikasih sekarang juga Sony belokin nyari hotel, nih?”
Lagi-lagi dia tertawa geli mendengar candaku.
“Yang bilang nggak boleh siapa. Tapi dikasihpun kamu pasti nggak selera lagi, kan percuma.”
“Ya udah, kalo nggak percaya.. Tapi ngomong-ngomong sebentar lagi udah gelap, Sony lupa kalo lampu mobil kemaren mati sebelah belum sempat diganti. Gimana kalo kita nyari hotel aja Tan, besok baru terusin lagi.” kataku mengajukan usul karena kebetulan memang lampu mobilku padam sebelah. Sebetulnya ada cadangan tapi ini kupakai alasan untuk mengajaknya menginap.
“Duh kamu kok sembrono sih Son.. Ayo cari penginepan aja kalo gitu, dipaksa nerusin nanti malah bahaya di jalan…”
Kupercepat laju mobilku sebelum gelap dan di kota terdekat aku pun mencari sebuah hotel. Begitu dapat aku langsung turun memesan sebuah kamar sementara Tante menunggu di mobil. Dan setelah kembali ke mobil untuk mengajak Tante turun sempat kubuktikan dulu padanya tentang lampu mobil sebelahku yang memang padam itu.
Berdua masuk ke kamar, setelah mandi dan makan malam kamipun bersantai dengan ngobrol sampai kemudian Tante mengajakku untuk pergi tidur. Kamar yang kupesan memang hanya satu tapi dilengkapi dua tempat tidur sebagaimana biasanya bentuk kamar hotel. Melihat dari keadaan ini Tante Juliet tidak mengira bahwa aku betul-betul serius dengan keinginanku untuk mengulang lagi kenangan lama. Dia baru saja mengganti baju tidur dan baru akan mulai mengancingnya ketika aku keluar dari kencing di kamar mandi langsung mendekat memeluknya dari belakang. Aku sendiri hanya mengenakan handuk berlilit pinggang setelah membuka bajuku di kamar mandi.
“Gimana Tan, masih boleh dikasih Sony nggak..” bisikku meminta di telinganya tapi sambil mengecup leher bawah telinganya diikuti kedua tanganku mulai meremasi masing-masing susunya.Tersenyum geli dia karena sudah sampai di situ pun dia masih mengira aku cuma bercanda menggoda.
“Apanya yang enak sih sama orang yang udah gembrot dan tua gini, Son…” tanyanya penasaran.
“Buat Sony sih nggak ada bedanya, malah Sony kangen deh Tan…”
Sambil bicara begitu kubuka lagi satu kancing daster tidurnya yang baru terpasang, sehingga bagian depan tubuhnya terbuka berikut kedua susunya yang bebas karena Tante sengaja tidur tanpa memakai kutang, untuk kemudian tanganku berlanjut meremasi susu telanjangnya itu. Tante membiarkan saja tapi dia bertanya mengujiku dengan nada setengah ragu kepadaku.
“Masak sih kangen sama Tante? Kan kamu biasanya sama cewek-cewek cakep, yang masih muda lagi langsing-langsing badannya…?” katanya lagi.
“Justru melulu sama yang begituan, Sony malah bosan… Sony suka sama Tante yang montok…”
“Kamu bisa aja…”
“Lho bener Tan. Montoknya Tante ini yang bikin enak, mantep rasanya. Apalagi yang ini.. hmmm.. sekarang tambah montok berarti tambah enak lagi rasanya..” kali ini sebelah tanganku sudah kujulurkan ke bawah meremas-remas gemas gundukan vaginanya.
Tante Juliet merengek senang, sekarang baru dia percaya dengan keseriusanku. Apalagi ketika dia juga membalas menjulurkan tangannya ke belakang, di situ dia mendapatkan bahwa di balik handuk itu aku sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Tanpa diminta lagi dia sendiri membuka lagi daster tidur sekaligus juga celana dalamnya sendiri untuk bersama-sama telanjang bulat naik ke tempat tidur.
Wanita berwajah cantik diusianya mencapai 32 tahun ini memang sudah mekar tubuhnya, tapi tubuhnya masih cukup kencang lagi mulus sehingga montoknya berkesan sexy yang punya daya tarik tersendiri. Dan aku juga jujur mengatakan bahwa aku merindukan kemontokannya, karena baru saja melihat dia terbuka sudah langsung terangsang gairah kelelakianku. Sebab dia belum lagi merebah penuh, masih duduk di tengah pembaringan untuk mengurai gelung rambutnya, sudah kuburu tidak sabaran lagi. Kusosor sebelah susunya, sebelah lagi kuremas-remas gemas, dengan rakus mulutku mengenyot-ngenyot bagian puncaknya, mengisap, mengulum dan menggigit-gigit putingnya.
“Ehngg… gelli Soon.. Iya, iya, nanti Tante kasih… deh…” merengek kegelian dia karena serangan mendadakku.
“Abis gemes sih Tan…” sahutku cepat dan kembali lagi menyerbu bagian dadanya.
Melihat begini Tante Juliet mengurungkan merebahkan badannya, untuk sementara bertahan dalam posisi duduk itu seperti tidak tega menunda ketidaksabaranku. Air mukanya berseri-seri senang, sebelah tangannya membelai-belai sayang kepalaku dan sebelah lagi lurus ke belakang menopang duduknya, ditungguinya aku melampiaskan rinduku masih pada kedua susunya yang montok dan besar itu.
Seperti anak kecil yang asyik sendiri bermain dengan balonnya, begitu juga aku sibuk mengerjai bergantian kedua daging bulat gemuk itu untuk memuaskan lewat rasa mulut dan remasan gemasku. Sampai berkecapan suara mulut rakusku dan sampai meleyot-leyot terpencet, terangkat-angkat dan jatuh terayun-ayun, membuat Tante Juliet kadang meringis merintih atau merengek mengerang saking kelewat gemas bernafsu aku dengan keasykanku, tapi begitupun dia tidak mencegah kesibukanku itu. Baru setelah dirasanya aku mereda, diapun bersiap-siap untuk memberikan tuntutan kerinduanku yang berikutnya.
Ini karena dilihatnya aku sudah cukup puas bermain di atas dan sudah ingin berlanjut ke bawah, yaitu sementara mulutku masih tetap sibuk tapi tangan yang sebelah mulai kujulurkan meraba selangkangannya, segera Tante yanti pun merubah posisi untuk memberi keleluasaan bagiku. Tubuhnya direbahkan ke belakang sambil meluruskan kedua kakinya yang duduk terlipat menjepit selangkangannya, langsung dibukanya sekali agar aku bisa mencapai vaginanya. Mulutku masih terus mengejar menempel di sebelah susunya tapi tanganku sekarang sudah bisa memegang penuh bukit vaginanya. Bukit daging tebal setangkup tanganku yang ditumbuhi bulu-bulu keriting halus ini langsung kuremas-remas gemas, darah kelelakianku pun tambah mengalir deras.
Keasyikan yang baru menarik perhatian baru juga, berpindah dulu aku ke tengah selangkangannya yang kudesak agar lebih mengangkang sebelum kutarik kepalaku dari susunya. Tante mengira aku sudah akan mulai memasukinya, dia sempat menyambar batangku yang sudah tegang dan melocok-locok dengan tangannya sebentar. Seperti ingin lebih mengencangkan lagi tapi ada terasa bahwa dia juga merindukan batangku, bisa terbaca dari remasan gemasnya yang menarik-narik penisku. Begitu posisiku terasa pas, aku pun memindahkan mulutku turun menggeser ke bawah dengan cara menciumi lewat perutnya sampai kemudian tiba di atas vaginanya yang terkangkang. Di sini konsentrasiku terpusat dengan mengusap-usap dan memperhatikan dulu bentuk vaginanya. Ini untuk pertama kali aku mendapat kesempatan melihat jelas kemaluannya yang sudah pernah tiga kali kumasuki, tapi karena waktunya sempit tidak sempat kulihat dengan nyata.
Betul-betul suatu pemandangan yang merangsang sekali. Bukit segitiga yang menjendul dengan dagingnya yang tebal itu ditumbuhi bulu-bulu yang begitu lebat, tidak cukup menutupi bagian celah lubang yang diapit pipi kanan kirinya. Tepi bukit itu persis seperti pipi bayi yang montok menggembung, saking tebalnya sehingga menjepit bibir vagina hanya terkuak sedikit meskipun pahanya sudah kukangkangkan lebar-lebar. Penasaran kukuakkan bibir vaginanya dengan jari-jariku untuk melihat lebih ke dalam, tapi belum lagi jelas, Tante Juliet sudah menegurku dengan muka malu-malu merengek geli.
“Ahahngg… Sony mau ngeliat apa di dalem situ sih Son…?” katanya sambil meringis.
Aku tidak menyahut tapi sebelum dia berubah pikiran untuk mencegahku, langsung saja kusosorkan mulutku ke tengah lubang yang baru kukuakkan itu. “Ssshh Sonyyy… ahhh… ammpuunnn… Sonnn!” Betul juga. Tante yanti menjerit malu, tangannya refleks ingin menolak kepalaku tapi sudah terlambat. Sebab begitu menempel sudah cepat kusambung dengan menjilat dan menyedot-nyedot tengah lubangnya. Adu ngotot berlangsung hanya sesaat karena Tante kemudian menyerah, menganga dengan wajah tegang dia ketika geli-geli enak permainan mulutku mulai menyengat dia.
Untuk berikutnya aku sendiri mulai meresap enaknya mengisap vagina montok yang baru pertama kudapat darinya. Lagi-lagi ada keasyikkan tersendiri, karena tidak seperti dengan milik cewek lain yang pernah tidur denganku, umumnya celah lubang mereka terasa kecil karena tepi kanan kirinya tidak setebal ini. Milik Tante yanti justru penampilannya kelihatan sempit tapi kalau dikuakan malah jadi merekah lebar dan dalam. Disosor mulutku yang mengisap rakus, seperti hampir tenggelam wajahku di situ dengan pipiku bertemu pipi vaginanya.
Di bagian inipun untuk beberapa lama kupuaskan diriku dengan menyedot menjilat-jilat tengah lubangnya, sesekali menyodok-nyodokkan ujung lidah kaku lebih ke dalam, membuatnya mengejang sampai membusung dadanya. Atau juga menggigit-gigit klitoris, menarik-nariknya serta menjilati cepat membuatnya menggelinjang kegelian. Serupa dengan puting susunya, bagian inipun sudah mengeras tanda dia sudah terangsang naik berahinya, tapi Tante yanti juga tetap membiarkan aku bermain sepuas-puasnya untuk melampiaskan rinduku. Ketika kurasa sudah cukup lama aku mengecap asyik lewat mulutku dan sudah cukup matang dia kubawa terangsang, barulah aku mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Di sini baru giliran Tante untuk ikut melampiaskan rindunya kepadaku terasa dari sambutannya yang hangat.
Seperti pengalaman yang kuingat, Tante yanti bukan type histeris dengan gaya merintih-rintih dan menggeliat-geliat erotis, tapi dalam keadaan saat ini tidak urung meluap juga gejolak rindunya lewat caranya tersendiri kepadaku. Yaitu seiring putaran vagina laparnya menyambut masuknya penisku, tubuhku pun ditarik menindihnya langsung didekapnya erat mengajakku berciuman. Yang ini juga sama hangatnya karena begitu menempel langsung dilumat sepenuh nafsunya. Berikutnya kami yang sama saling merindukan seolah tidak ingin melepaskan dekapan menyatu ini. Seluruh permukaan tubuh depan melekat erat dengan bagian atas kedua bibir saling melumat ketat sedang bagian bawah kedua kemaluan pun bergelut hangat. Aku yang memainkan penisku memompa keluar masuk diimbangi vaginanya yang diputar mengocok-ngocok. Ini baru namanya bersetubuh atau menyatukan tubuh kami, karena hampir sepanjang permainan kami melekat seperti itu. Hanya sekali kami menunda sebentar untuk menarik nafas dan kesempatan ini kupakai dengan mengangkat tubuhku dan melihat bagaimana bentuk wanita montok dalam keadaan sedang kusetubuhi ini. Ternyata suatu pemandangan yang mengasyikkan sekaligus makin melonjakkan gairah kejantananku. Di bawah kulihat vaginanya diputar bernafsu, seolah kesenangan mendapat tandingan yang cocok dengannya.
Memperhatikan vagina di bawah itu bagaikan mulut bayi berpipi montok yang kehausan menyedot-nyedot botol susunya sudah menambah rangsangan tersendiri, apalagi melihat keseluruhan goyangan tubuh Tante yanti. Seluruh daging tubuhnya ikut bergerak teristimewa kedua susunya yang berputaran berayun-ayun tambah menaikkan lagi rangsang kejantananku, sampai aku tidak tahan dan kembali turun menghimpit dia karena sudah terasa akan tiba di saat ejakulasiku. Pada saat yang sama Tante yanti juga sudah merasa akan tiba di orgasmenya, dia yang mengajak lebih dulu dengan menyambung lumatan bibir tadi untuk menyalurkannya dalam permainan ketat seperti ini. “Hghh ayyo Soon.. Nnghoog.. hrrhg…” dengan satu erang tenggorokkan dia membuka orgasmenya disusul olehku hanya selang beberapa detik kemudian.
Kami sama mengejang dan sempat menunda sebentar ketika masuk di puncak permainan, tapi segera berlanjut lagi melumat dengan lebih ketat seolah saling menggigit bibir selama masa orgasme itu. Baru setelah mereda dan berhenti, yang tinggal hanya nafas turun naik kelelahan dan tubuh terasa lemas. Cukup luar biasa, karena meskipun tidak berganti posisi atau gaya tapi permainan terasa nikmat dengan akhir yang memuaskan. Malah seluruh tubuh sudah terasa banjir keringat saking serunya berkonsentrasi dalam melampiaskan kerinduan lama kami. Untuk itu aku begitu melepaskan diri hanya duduk di sebelahnya agar keringat di punggungku tidak membasahi sprei tempat tidur.
“Gimana Son rasanya barusan..?” Tante yanti mengujiku sambil tangannya mengusap menyeka-nyeka keringat di punggungku. Aku berputar menghadap dia.
“Makanya Sony tadi ngotot minta, soalnya udah yakin duluan vagina montok Tante ini bakal ngasih enak..” jawabku dengan meremas mencubit-cubit vaginanya.
“Udah enak, puas lagi.. Tapi Tante sendiri, gimana rasanya sama Sony?” balik aku bertanya padanya.
Mendapat pujianku air mukanya bersinar senang, ganti dia memujiku.
“Sama kamu sih nggak usah ditanya lagi, Son. Dulu aja kalau nggak sayangin kamu masih muda sekali, udah mau terus-terusan Tante ngajakin kamu.”
“Oya? Kok tadi diajak masih kayak ogah-ogahan?”
“Bukan ogah-ogahan, tapi takut ketagihan sama Sony…” jawabnya bercanda sambil tertawa.
“Kalau tante mau, Sony mau kok married ama tante…”kataku.
“Akh… apa Son… kamu becanda ya… Tante kan udah punya suami…”katanya.
“Tante nggak usah bohong deh… mas Fadli kan nggak bisa normal lagi tante… Sony tahu kalau mas Fadli sekarang punya penyakit impoten… ya kan tante…”kataku.
“Kamu tahu darimana Son… tapi tante akui kalau mas Fadli nggak bisa bikin tante puas…”katanya sambil menangis.
“Nah… gimana tante suka kan ama Sony… selama ini hubungan Sony dengan cewek-cewek lain itu hanya sekedar fun aja kok tan… Sony sebenarnya cinta ama tante dari pertama pertemuan kita dulu…”kataku sambil ngecup bibirnya.
“Son… benarkah ucapanmu itu… Sony benar mencintai tante yang udah tua ini…?”tanyanya.
“Ya tante, Sony cinta ama tante dan Sony mau married ama tante…” kataku sambil meluk tubuh dia.
“Oh… Son… tante juga suka ama kamu…”katanya sambil meluk tubuh aku.
“I Love You yanti…”kataku.
“I Love You too Sony…”katanya.
Lalu, kami berpelukan erat dan bahagia menyertai kami berdua.
TAMAT

yanti dan bapak tiri yang liar



Aryanti ialah namaku. Aku berasal dari Johor, seorang anak tunggal yang tinggal bersama ibu saudaraku. Ibuku telah lama meninggal dunia sejak umurku tiga tahun. Waktu aku berusia dua tahun ibuku cerai ,lantas kawin lagi dengan Ayah tiriku yang berasal dari Singapura, bekerja sebagai buruh kasar. Aku dijaga oleh ibu saudaraku yang tinggal di Johor sejak kecil hingga umurku cecah 12 tahun. Kerana keadaan sangat tidak menginzinkan, aku tinggal bersama bapa tiriku di Singapura agar lebih senang untuk ke sekolah.Kami tinggal di rumah sewa 1 bilik Dari kecil aku memang sentiasa mendahagakan kasih sayang dari seorang ibu dan bapa. Sejak tinggal bersama bapak, akulah yang sentiasa mengemas dan membersihkan rumah selepas pulang dari sekolah. Aku sudahpun mula bersekolah di sekolah menengah tempatan. Bapak sentiasa tidak ada di rumah kerana bekerja keras. Walaupun dia sibuk bekerja keras, dia pastikan ada wang belanja untukku and berikan wang belanja dapur yang patut. Ayah selalu pulang lewat hingga 2pagi dan kerana ini aku sering keseorangan pada siang hari di rumah. Aku sering melihat wajah arwah Ibuku dan Bapak dalam gambar sewaktu mereka baru sahaja berumahtangga. Kulit ibu bersih, putih melepak..mempunyai paras yang sangat cantik..seakan pelakon veteran Latifah Omar dan juga berbentuk badan yang gebu. Bapaku pula berbadan sasa, sama seperti kini, berambut ikal dan mempunyai rupa akan Jamal Abdillah. Kulitnya pula sawo matang.Pasangan yang sangat ideal. Saat usiaku sudah cecah 15tahun, aku mula menjadi remaja nakal. Pulang sekolah sahaja aku dan berjumpa dengan teman lelaki di taman yang sunyi untuk bercumbu. Jika tidak, aku akan mengajak teman teman sekolah yang lain ke rumahku, kadang kadang membiarkan mereka yang berpasangan bersetubuh di bilikku. Aku tidak tahu mengapa aku bersikap demikian.Barangkali sebab tidak ada orang yang boleh menegur perbuatan ku. Walaupun aku bersikap liar, aku masih belum bertemu seorang lelaki yang layak meragut daraku. Aku pernah cuba menghisap batang konek teman2 lelakiku yang lain tapi aku rasa seperti aku belum temui seorang teman lelaki yang mempunyai konek yang aku idamkan untuk aku rasai buat kali pertama. Pada satu hari, satu kejadian berlaku yang merubah segalanya. Di saat itu aku sedang baru mula cuti sekolah dan seperti biasa teman temanku datang untuk berborak untuk melihat vcd lucah sementara 3 pasangan sedang hebat melakukan maksiat di bilikku. Aku memang selalu suka melihat teman2 bersenggama. Dalam pada masa itu aku akan belajar teknik mereka jadi bila tiba masa nanti aku akan sendiri mencubanya.Aku memakai baju terus jarang pada masa itu tanpa berpakai coli dan seluar dalam sebab cuaca panas tengahari. Tiba-tiba Bapak pulang mengetuk pintu. Aku terperanjat dan terus membuka pintu. Bapak mula meluru masuk ke rumah lalu ke dalam bilik. Di saat itu 3 pasangan temanku sedang masih di dalam lembah zina yang teramat masih sibuk melampiaskan cinta dan nafsu yang bergelora lalu tidak sedar yang Bapaku sudah di muka pintu bilik. "Hoi!!!" jerit Bapak. Berambus korang dari rumah aku!!! . Dengan kilat teman2 aku semua melarikan diri, ada yang masih separuh bogel meluru keluar pintu rumahku. Aku terduduk ketepi pintu bilik dalam ketakutan. Bapak membeliakkan matanya sambil mula menutup tingkap dan pintu rumah. VCD lucah itu masih tersiar terpampang di kaca TV. Bapak mula mengherdikku 'Bapak hantar kau ke sekolah kat sini untuk apa hah!!!??, pekiknya.. 'Dah jadi perempuan apa engkau nie hah!! Tak tau terima syukur aku kutip kau balik!! Badan kau tu masih suci atau tidak!!!! - jerit Bapak lagi.. 'Masih pak... 'jawabku perlahan dengan perasaan serba salah. "Berani kau menjawab aku eh!!!" Bapak terus menarik badanku lalu menolakku ke bilik. Di saat itu aku terhidu bau arak. "Maaf pak, Yanti bukan menjawab.. "kataku padanya lagi. Tanpa berkata apa-apa, bapa mula membuka tali pinggang besinya lalu memmukulku beulang ulang. "Ampun pak!!!" Yanti tak buat lagi!!!" kataku sambil menahan kesakitan. "Ampun?!! Aku tak percaya kau tu masih dara!!" Sudah berapa lelaki jamah badan kau hah!!!?!!!" - tengking Bapak lagi "Yanti tak kasi pada sesiapa, Pak!!!!" rayuku lagi " Aku tak percaya!!! "katanya. Dalam pada itu Bapak merobek baju jarangku. Di saat itu Bapak melihat tubuhku yang bogel. Sambil menangis aku memeluk lututku kerana malu dan masih dalam kesakitan dipukul bertubi2. "Biar aku periksa!! Aku tak percaya kau masih dara!!"kata Bapak lalu menolak badanku dengan kasar agar aku terlentang. "Jangan Pak.. Yanti malu..." rayuku lagi sambil nangis terisak-isak "Malu??!!! Dengan kawan kawan memantat depan mata kau tak tahu malu!!!" herdiknya lagi. Kakiku dibuka terkangkang...Entah mengapa sambil itu Bapak mula menbuka pakaiannya. "Jangan Pak...." aku merayu padanya. "Kau diam !!! "- pekiknya lagi. Aku terlihat Bapak sudah bogel dihadapanku. Aku mula rasa semakin takut dengan apa kemungkinan Bapak akan lakukan pada diriku. Batang koneknya sangat besar dan panjang seperti mana aku inginkan sama seperti konek orang negro. Aku mula rasa tegang dan takut. Aku dapat rasakan dalam benakku Bapak akan meragut daraku. Bapak mula memeriksa lubang pukiku.. Matanya tak lepas melihat tubuhku dengan rakus.. "Jangan Pak...Yanti anak Bapak... "Diam!!!! "katanya lalu Bapak mula mengeluarkan lidahnya sambil menjilat jilat lubang pukiku... "Oughhhhhh. Pak... Jangan..." Bapak mula menjilat lubang pukiku dengan liar dan rakus.. "Sebelum kau kasi lubang puki kau pada jantan tepi jalan, lebih baik kau kasi pada bapak sendiri!!! " bentaknya lagi "UghOhh Bapak.... Ermmmm...... Nggghhh..." Bapak mula menggomoli badanku dengan lidahnya.. Terasa geli, sakit dan sedap bercampur aduk.. Tangan bapak meraba seluruh pelosok badanku. "Arrgghhh.... Bapakkkk .. Jangan!!!..... aku merayu dengan nada berserah. Akhirnya lidah Bapak bertemu lidahku.. Bapak mula menghisap bibirku dengan kasar. Bau arak jelas dirasa di bibirku. "Arghhhh... emmmmh..Pak....jan...gan....." Lidahnya mula melumati leherku yang paling sensitif..Aku sudah tidak terdaya untuk melawan nafsu shahwat bapak. Di saat dia melumati leherku, tangannya memeluk tubuhku dengan erat sementara sebelah tangannya menggetel biji kelentitku. Dia mula meramas kedua- dua tetekku dengan kasar sambil menjilatku di leher lagi... "Pakkk ...."desahku ..".Arghhh.... sedapnya pak..." "Sedap eh.. nak tambah sedap lagi tak... jawabnya sambil menggentel puting tetekku... "Ohhhhhh... pakk...."desahku Bapak mula mencium mulutku lalu melumati bibirku...Tubuhnya basah dengan peluh itu menimpa tubuhku dan tangannya tidak pernah berhenti meraba tubuhku..Di saat kesedapan disentuhi oleh bapaku sendiri, dia mula menjilati leher ku lagi, kali ini dengan kasar.... "Ouuhhhhh.....Bapak... Sedapnya......."desahku lagi Kerana terasa diangkut dengan gelombang nafsu Bapak kandungku sendiri yang berusaha sungguh untuk menjamah tubuhku..aku berubah kali ini bereaksi mencium mulutnya yang berbau arak bertubi tubi... Aku seperti hilang akal akibat dirundung shahwat yang tidak boleh terbendung itu.. Di saat itu aku rasa aku terlalu terhutang budi dengan Bapak.. Aku mula melawan ciumannya lalu merubah posisi. Kali ini aku yang membalas untuk mencium tubuhnya yang sasa itu bertubi-tubi... "Arrrghhhh....Yanti......."teriak Bapak "Ya.. pak... "jawapku sambil menjilat putingnya. "Isap konek Bapak nak..."rayunya Tanpa berfikir aku terus memegang batang koneknya yang mula mencanak...Aku mula menjilat dan menghisapnya dengan rakus... Wajah Bapak jelas terpancar rasa kesedapan akibat kelakuanku...Aku semakin berasa geram lalu mengisap dengan kasar batang koneknya kerana saiznya makin membesar sepanjang 15inci dan lebarnya sebesar buluh yang besar... aku sudah tidak sabar... Dengan tiba2 Bapak berdengus lalu membalikkan badanku... Batang koneknya yang besar itu digesel2 di pintu lubang pukiku... Gara2 perbuatan itu, air pelincir pukiku mula mengalir...dan pukiku mula rasa gatal minta ditujah dengan batang konek... "Pakk....Yanti rasa gatal pak..... "rayuku menahan perasaan Bapak mula terasa marah ...."Kau dah rasa gatal eh perempuan sundal, Kau dah giankan rasa konek eh... itu sebab biar aku yang rasa dulu... baru temu buku dengan ruas....Perempuan sial... Memang perempuan umur kau gini memang nak kena kasi konek tiap hari... Kau ni macam arwah ibu kau, sentiasa mintak bersenggama.. Itu sebab kau tu bernafsu kuat! Puki gatal miang" kata Bapak sambil masih menggeselkan koneknya dengan kasar di pintu lubang pukiku... "Pak... jangan seksa Yanti macam gini..." "Argghh.... ermm.... Yanti tak tahan..... "rayuku lagi. Bapak mula mengesek masuk batang koneknya yang terhunus besar perlahan lahan ke dalam puki... Aku rasa gian dan ingin merasakan batang konek ke dasar pukiku..Tapi Bapak seolah olah cuma mau masuk sedikit demi dikit semata2 untuk menyeksa perasaanku.... Bapak menjilat leher ku lagi..seperti sudah tahu itu tempat pusat kelemahkanku.. "Ohhh....Bapak..... Jan...gan seksa..Yanti camni....Argghh...."desahku lemah "Habis kau nak bapak buat apa???!!... "katanya sambil melumati tetekku. "Pak.... Yanti tak tahan......"jawapku keresahan. "Tak tahan nak Bapak buat apa? "sambil menujah koneknya perlahan ke dalam pukiku. "Masukkan.... pak...."kataku semakin berani. "Masukkan apa??!!! "herdiknya lagi "MASUKKAN BATANG KONEK BAPAK DALAM PUKI YANTI!!! YANTI DAH TAHAN NIE!!!!!! - herdikku Kali ini tanpa menunggu Bapak menujah lalu menerobos batang koneknya yang gagah itu ke dasar pukiku... "ARRRGHHH!!!!!! SAKIT!!!!PAKKKK!!!!!" jeritku...darah mula mengalir dari pukiku tanpa dipedulikan Bapak "Rasakan perempuan sial!!!... nak rasa batang konek jantan sangat kan..Ambik kau!! " jawab Bapak sambil mula memompa pukiku dengan kasar.. Sedapnya rasa pukiku ditujah dengan batang konek bapak...Akibat saiznya yang besar,semua G Spot yang aku ada semuanya terasa megakibatkan aku terair lagi.. Nafsuku dan Bapak sudah tak terbendung lagi.. Aku tidak sangka perzinaan anak dan bapa kandung begitu hebat...Hubungan sedarah sangat menghairrahkan pada waktu itu. Benda benda yang terlarang selalunya bila dicuba akan rasa sedap. Ayah menpunyai tenaga yang luarbiasa dan dia tidak berhenti sekejap pun untuk tahan nafasnya.. Barangkali sebab kerjanya kerja kasar. Batang koneknya yang hebat itu tertanam ke dasar pukiku dan setiap kali Bapak memompa ke dasar, terasa senak perutku dibuatnya.. "Padan muka kau dara kau Bapak ambik... asyik tengok gambar orang memantat aje kan?!!! mulai hari ini kau mesti nak layan Bapak kat bilik paham!!!! " ujarnya lagi Kali ini rambut dijambak dan Bapak mula merubah posisi di belakangku lalu mula dengan posisi doggy... "Sedap tak perempuan sial?... Sedap tak konek bapak kau sendiri?" tanya Bapaku sambil membisik di telingaku sambil memompa.. Sedap pak... Argh... Nnghh ....sszz.sss sedap....'desahku lagi... "Mulai sekarang nak main batang orang lain tak? tanyanya lagi samibil memompa ke dalam pukiku lau biarkan ke dasar "Tttak...Pakk...."jawapku kesakitan kerana rasa senak.. "Habis konek sapa kau nak, betina jalang??"kata Bapak, kali ini menjilat leherku. "Arrrrgghh......nak..konek...Bapak..sorang...ermm .....nghsh.."jawabku yang sudah hampir tak bermaya.... Ayah mula membalikan tubuhku terlentang laku memasukkan batangnya yang sedap itu ke dasar pukiku lagi... Kali ini dia memeluk tubuhku dengan erat. Sambil memompa dengan kasar, dia memelukku dan mencium bibirku bertubi tubi... "Bapa sayangkan kau..bapak cintakan kau..." "Yanti jangan takut.. ayah akan jaga Yanti dengan baik" "Yanti jangan berdegil dengan Bapak lagi" bisiknya ke telingaku.. "Yanti pun sayangkan Bapak...Yanti rindukan Bapak..." "Yanti tak mahu tinggalkan Bapak...." "Ohhh....Yanti!!" teriaknya sambil masih memompaku mendalam dengan kasar... Aku sudah tidak tertahan akibat perasaanku yang terlalu lama tersimpang...Aku mula melihat wajah Bapak dengan penuh kasih sayang.. "Bapak.. ambillah tubuh Yanti.. Yanti rela dikerjakan Bapak tiap hari sampai bila bila.. Yanti rela tubuh Yanti dijamah setiap masa dan tiap hari... Yanti akan jadi hamba seks Bapak.. Orang lain tak perlu tahu..Saudara kita pun tak ambil kisah tentang kita. Yang penting Bapak sayang Yanti.." Buat pertama kalinya Bapak tersenyum dan ternyata dia kelihatan sangat kacak dan macho. "Oh Yanti Sayangku...."desah Bapak sambil memeluk san menciumiku bertubi2 lagi Dalam pada masa ini konek Bapak masih tertanam dalam dasar pukiku...Kami saling berpelukkan dan berciuman dengan kasarnya. Kami melampiaskan nafsu kami sepanjang tengah hari itu hingga waktu malam.. Aku sangat terpegun dengan kehebatan nafsu Bapak sebab setelah 8 jam kami bersetubuh, dia masih mampu bertahan. Batang koneknya kini sudah jadi milikku.. masih keras di dalamku.. Kali ini aku pula memainkan perananku.. Tiap kali Bapak mengepam koneknya ke dalam dasar pukiku, aku mula berlawan balik. Perbuatan ini membuatnya rasa geram denganku.. "Ahh...Yanti... Bapak... nak lepaskan... Bapak tak tahan lagi...kata Bapak sambil menahan. Baiklah Pak.... arrhhmmm... ermm... Yanti dah tak tahan....."desahku "Arrrghhnnn Bapak lepas dalam!!!" teriaknya... Aku rasa cecair panas mengisi ruang lubang pukiku... Sangat sedap rasanya "Pak?...." tanyaku manja sambil mengadap wajah Bapak yang mengadapku. " Ya Yanti... "Yanti makan ubat perancang tau..." kataku selamba " Ye ke... Jadi? tanya Bapak "Yanti nak memantat lagi?....Boleh?.... "tanyaku lagi... seperti menggoda... "Haha... sini kau..."jerit Bapak kecil lalu merangkulku lalu menindih tubuhku... Ayah mula menjilat leherku untuk membangkitkan syahwatku....kami bersetubuhi berulang ulang kali pada malam itu seperti pengantin baru. Rupanya aku baru dapat tahu bahawa Bapak diberhentikan kerja kerana syarikatnya tutup..Dia diberi wang pampasan sebanyak $60 ribu Akibat khawatir dia tidak mampu membayai wang sekolah aku dia pergi minum degan teman2 senasib. Sepanjang cuti sekolah itu kami tidak kemana-mana... Hanya pergi ke kedai untuk membeli barang dapur dan pil perancang. Kami bersetubuh sepanjang hari dan tiap2 hari dan berhenti untuk makan atau ke tandas. Di rumah kami tidak berpakaian..Bapak lebih suka aku berbogel agar senang untuk kami bersetubuh apabila nafsu mendatang. Tingkap dapur dan bilik dan pintu sentiasa tertutup agar jiran tidak mengambil tahu. Bapak mempunyai nafsu seks yang buas. Tiap pagi kami bangun tidur selalu mula dengan memantat.. waktu aku masak sarapan Bapak akan menjilat leherku sengaja membangkitkan nafsuku. Selepas sarapan waktu mandi bersama, dia akan menjamah tubuhku dalam bilik mandi. Apabila masak waktu tengah hari, dia akan masukkan batang koneknya yang idaman aku itu, digesel gesel di bontotku saat aku memotong bawang. Selalunya perbuatan itu akhir dengan persetubuhan dan Bapak akan lepaskan air maninya ke dalam rahimku. Pada waktu malam semasa menonton TV aku akan menhisap batang koneknya hingga keras lalu dipancutkan ke mukaku. Aku tidak pernah jemu disetubuhi bapakku sendiri kerana batang konek Bapak memang sudah jadi idamanku. Bapak pula pernah mengatakan bahawa perempuan muda remaja seperti aku perlu sering disetubuhi kerana perempuan muda lebih cepat resah kalau tidak dapat dipuaskan nafsunya. Bapak pula tidak pernah mencari perempuan lain setelah ibuku meninggal dunia. Kekosongnya dan nafsunya tersimpan sehinggalah dia menyetubuhiku. Aku sedar perbuatan kami memang terkutuk namun kami berasa bahagia bersama. Aku sudah mengambil keputusan untuk berhenti sekolah jadi aku boleh luangkan masa bersama Bapak. Bapa pula akhirnya mendapatkan kerja malam agar boleh luangkan masa siang hari bersamaku. Hidup kami berterusan hingga kini.

yanti teman sekampung



Aku sekarang masih bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Tampangku sih sebenarnya lumayan ganteng, tinggi 168 cm dengan tubuh yang mulai mengalami perkembangan ke samping (hehehe….) ukuran penis nggak gedhe2 amat cuma 15 cm dan diameter 3 cm. Mungkin yang menjadi daya tarik dariku adalah aku sudah punya pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan meskipun belum punya rumah dan mobil, tapi kalo motor pasti punya’lah………Apalagi aku masih jomblo padahal umurku hampir mencapai kepala 3. Aku akan menceritakan pengalaman seksku dengan tetanggaku yang masih ABG umur 18 tahun. Namanya Yanti baru saja lulus SMA Negeri di Jakarta. Yanti orangnya cantik, seksi dan binal kulitnya kuning langsat khas orang Jawa, tinggi 163 cm rambutnya hitam lurus panjang sampai pinggang.

Kejadian ini bermula ketika aku baru saja pulang dari kantor maklum…biasa lembur sampe malem. Dalam perjalanan pulang aku terbiasa pulang lewat perkampungan jadi suatu hal yang lumrah bila mataku bergerak seolah mencari mangsa. Salah satu orang yang diantaranya adalah Yanti. Aku sering mengamatinya dalam perjalananku, Yanti duduk di dekat gapura kampungnya dengan kaos yang agak longgar dengan celana pendek memperlihatkan pahanya yang mulus. Cara berpakaiannya membuat darahku berdesir jantungku berdetak …..inilah mangsa selanjutnya. Dengan segera aku parkirkan sepeda motorku didekat warung untuk sekedar minum kopi dan tentunya cari informasi tentang Yanti maklum aku tidak begitu mengenalnya. Oleh karena itu aku minta bantuan penjaga warung yang deket dengan rumahnya yang bernama Wati.

Dalam waktu seminggu saja aku sudah alrab dengan Yanti. Sehabis pengumuman SMA dan dalam persiapannya menghadapi Ujian SMPTN, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kesepian di rumah, Yanti sering mengajakku ngobrol di rumahnya. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Yanti orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja karena orang tuanya tidak membatasi dengan siapa dia bergaul.
"Mas Tedy, boleh nggak Yanti minta diajari Matematika?"
"O, boleh saja kalau Aku bisa pasti Aku bantu."
Yanti membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu rumahnya itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal warna cokelat dan sebuah meja pendek dengan sebuah TV 21 inch diatasnya. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu rumahnya tertutup sejak kedatanganku dirumahnya.
"Ini mas Tedy, Yanti ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya." Yanti mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke pahanya. Maklum Yanti suka sekali pakai celana pendek. Amboi benar......., paha Yanti benar-benar putih dan mulus. Dalam posisi kakinya yang selonjor semakin memperlihatkan kakinya yang mulus, dan indah. Penisku terasa agak mengeras dan sedikit berdenyut-denyut. Rasanya pengen sekali menggosok-gosokkan penisku pada pahanya yang mulus.
Halaman yang dicari ketemu. Yanti dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Yanti menghitungnya. Sambil menunggu Yanti menghitung, mataku mencuri pandang ke pahanya Yanti. Uhhh.. segarnya.
"Sepi ya? Papa, Mama dan adekmu kapan kembali dari Madiun?" tanyaku sambil menelan ludah. Kalau kakaknya tidak aku tanyakan karena dia sedang kuliah di Bandung yang pulangnya setiap akhir pekan.
"Nggak tau mas..... Mungkin Minggu baru nyampe. Jadi Yanti sendirian sampai Jum’at. Kakak Yanti baru nyampe Sabtu pagi .....," jawab Yanti dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Yanti. Mumpung sepi. Orang-orang di rumah tidak ada. Pintu rumah tertutup dan kelambunya juga tertutup. Berarti tetangga rumah nggak akan melihat. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? Jangan-jangan aku diajak kesini justru ingin bersetubuh denganku. Bukankah dia selalu pake celana pendek longgar? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan dirinya? Paling tidak memang ingin memperlihatkan pahanya yang mulus khan......
Tiba-tiba Yanti bangkit dan duduk di sebelah kiriku.
"Mas Tedy.. ini benar nggak?" tanya Yanti.
Ada kekeliruan di tengah jalan saat Yanti menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Yanti lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya.. pahanya yang dibiarkan terbuka itu menindih telapak tangan kiriku yang dalam posisi telungkup diatas karpet. Terasa halus bak sutradan hangat. Dengan sengaja telapak tanganku kutarik pelan-pelan dari himpitan paha kanannya. Serr.......
"Ih.. Mas Tedy nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

"Lho, yang salah kan dek Yanti duluan. Pahanya disentuhin ke tanganku," jawabku.
Yanti cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani mengundangku ke sini malam-malam di rumahnya yang sepi. Dia sengaja memakai baju atasan yang longgar. Dia sengaja pakai celana pendek. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku bodoh!!!


Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.
Kemudian aku menempelkan penisku yang menegang ke punggungnya. Yanti sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
"Ih.. Mas Tedy jangan begitu dong..," kata Yanti manja.
"Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan dek Yanti," jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang tipis itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Yanti berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Penisku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Yanti menggelinjang. Tidak tahan lagi. Tubuh Yanti kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Yanti mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Yanti yang baru lulus SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.
Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang ternyata juga tidak ditutupi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

"Mas Tedy, Mas Tedy buka baju saja Mas Tedy..," rintih Yanti. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Yantit pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, kaosnya kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang berukuran sekitar 32-an begitu serasi dengan tubuhnya yang ramping. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
Celana panjangku yang sudah dibuka oleh Yanti kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dari tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Yanti tertutup oleh celana pendeknya yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping, bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya serta pahanya yang mulus. Yanti pun melepaskan celana pendek itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Yanti yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Yanti tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah Penisku yang lumayan besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Yanti pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Yanti saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Yanti. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Yanti mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
"Ahhh.. Mas Tedy.. Yanti sudah menginginkannya dan kemarin.. Gelutilah tubuh Yanti.... puasin Yanti ya Mas Tedy..," bisik Yanti terpatah-patah.
Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Yanti tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Yanti menggelinjang.
"Mas Tedy.. ngilu.. ngilu..," rintih Yanti.
Gelinjang dan rintihan Yanti itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Yanti semakin menggelinjang-gelinjang seperti Yantin belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

"Aduh mas Tedy….. ssshh.. ssshhh.. ngilu mas Tedy.. ssshhh.. geli.. geli..," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.
Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.
"Mas Tedy.. kamu nakal... ssshhh.. ssshhh.. ngilu mas Tedy.. geli.." Yanti tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Yanti yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Yanti sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Yanti sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir Vagina yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar Vaginanya. Tanganku pun mengelus-elus Vaginanya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Yanti berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Yanti sangat menikmati permainan ini.
Perlahan kusibak bibir Vagina Yanti dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke Vaginanya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Yanti perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.
"Au Mas Tedy.. shhhhh.. betul.. betul di situ mas Tedy.. di situ.. enak mas.. shhhh..," Yanti mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.
Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya. Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh Vagina Yanti. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang Vaginanya.
"Mas Tedy.. enak sekali mas Tedy..," Yanti mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang Vaginanya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena "G-spot"-nya. Dan berhasil!
"Auwww.. mas Tedy..!" jerit Yanti sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam Vagina terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.
Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Yanti dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Yanti. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Yanti semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

"Mas Tedy.. mas Tedy.. mas Tedy..," hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Yanti karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Permainan jari-jariku dan lidahku di Vaginanya semakin bertambah ganas. Yanti sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.
"Mas Tedy.. Yanti sudah tidak tahan lagi.. Masukin Penis saja mas Tedy.. Ohhh.. sekarang juga mas Tedy..! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Yanti terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan Vaginanya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam Vaginanya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam Vaginanya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di Vaginanya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Sementara dan mulut Yanti keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
"Ahh.....ah....ah.....ah.......ah........"

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di Vaginanya, sambil memandangi wajahnya. Mata Yanti merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrp! Crrrp! Crrep! Crep! Crep! Suara yang keluar dan kocokan jariku di Vaginanya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Yanti mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.
Sampai akhirnya tubuh Yanti mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, "Mas Tedyyy..!" Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Yanti terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir Vaginanya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.
Beberapa detik kemudian Yanti terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan Vaginanya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan Penisku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Yanti yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Yanti, sehingga Penisku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Yanti, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Yanti kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.
Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Yanti yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Yanti. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

"Ah.. ah.. mas Tedy.. geli.. geli ..," mulut indah Yanti mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Yanti yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

"Mas Tedy.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu.."
Aku semakin gemas. Payudara aduhai Yanti itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.
"Ah.. mas Tedy.. terus mas Tedy.. terus.. hzzz.. ngilu.. ngilu.." Yanti mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.
Sampai akhirnya Yanti tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Yanti yang mulus dan lembut kemudian menangkap Penisku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
"Mas Tedy, .... Penismu besar .... Penis pacarku tidak sampai sebesar ini ......," ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬ remas perlahan Penisku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hatinya menahan kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan rasa nikmat pada batang Penisku.

"Mas Tedy, kita main di atas kamar saja..," ajak Yanti dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.
Aku pun membopong tubuh telanjang Yanti ke kamarnya, dan membaringkannya di atas tempat tidurnya. Ranjangnya ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Yanti tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kupeluk punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian aku menindih tubuh Yanti. Penisku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang Penisku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Yanti. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Yanti yang bagus. Kukecup leher jenjang Yanti yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga Penisku menekan dan menggesek-gesek paha Yanti. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang Penisku bagai diplirit-plirit. Kepala Penisku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Yanti.
Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Yanti. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudaranya. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Yanti. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

"Mas Tedy.. geli.. geli ..," kata Yanti kegelian.
Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Yanti. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Yanti. Sementara Penisku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Yanti semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulutmu.. Auw! Sssh.. ngilu.. ngilu..," rintih Yanti. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara Penisku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Yanti.
Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Yanti dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing Penisku untuk mencari liang Vaginanya. Kuputar-putarkan dahulu kepala Penisku di kelebatan jembut di sekitar bibir Vagina Yanti. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala Penisku. Kepala Penisku pun kegelian. Geli tetapi enak.

Jari-jari tangan Yanti yang lentik meraih batang Penisku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar. Sesaat kemudian kepala Penisku menyentuh bibir Vaginanya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, Penis kutekankan masuk ke liang Vagina. Kini seluruh kepala Penisku pun terbenam di dalam Vagina. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala Penisku dengan enaknya.Aku menghentikan gerak masuk Penisku.
"Mas Tedy.. teruskan masuk, Tedy.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..," Yanti protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan Penisku hanya masuk ke lobang Vaginanya hanya sebatas kepalanya saja, namun Penisku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Yanti menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Tedy. Geli.. Terus masuk, mas Tedy.."
Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan.. satu.. dua.. tiga! Penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam Vagina Yanti dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang Penisku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang Vaginanya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekik Yanti.
Aku diam sesaat, membiarkan Penisku tertanam seluruhnya di dalam Vagina Yanti tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit mas Tedy.. Mas Tedy nakal.... Mas Tedy nakal..." kata Yanti sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
Aku pun mulai menggerakkan Penisku keluar-masuk Vagina Yanti. Aku tidak tahu, apakah Penisku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang Vagina Yanti yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian Penisku yang masuk Vaginanya serasa dipijit-pijit dinding lobang Vaginanya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding Vagina itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang Penisku.
"Bagaimana Yanti, sakit?" tanyaku
"Sssh.. enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang Vaginaku..," jawab Yanti.
Aku terus memompa Vagina Yanti dengan Penisku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Penisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot Vaginanya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala Penisku menyentuh suatu daging hangat di dalam Vagina Yanti. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala Penis sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar Penisku tidak tercabut dari lobang Vaginanya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Yanti kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok Vaginanya perlahan dengan Penisku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di Penisku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di Vagina Yanti.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan Penis perlahan di Vaginanya, tanganku meremas-remas payudara montok Yanti. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Yanti pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
"Ah.. mas Tedy, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Tedy, ngilu.. Sssh.. sssh.. terus mas Tedy, terus.. Edan.. edan.. Penismu membuat Vaginaku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar Vagina, mas Tedy. Nyemprot di dalam saja.. aku sedang tidak subur…”

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar Penisku di Vagina Yanti.
"Ah-ah-ah.. benar, mas Tedy. benar.. yang cepat.. Terus mas Tedy, terus.."
Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Yanti. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk Penisku di Vagina Yanti. Terus dan terus. Seluruh bagian Penisku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam Vagina Yanti. Mata Yanti menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh.. sssh.. Yanti.. enak sekali.. enak sekali Vaginamu.. enak sekali Vaginamu.."

"Ya mas Tedy, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas Tedy, terusss.."
Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk Penisku pada Vaginanya. Penisku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
"Mas Tedy.. mas Tedy.. edan mas Tedy, edan.. sssh.. sssh.. Terus.. terus.. Saya hampir keluar nih mas Tedy.. sedikit lagi.. kita keluar sama-sama ya mas..," Yanti jadi mengoceh tanpa kendali.
Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Sementara Penisku merasakan daging-daging hangat di dalam Vagina Yanti bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
"Mas Tedy.. mas Tedyby.. mas Tedyby..," rintih Yanti. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.
Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur Penisku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

"Mas Tedy.. ah….ah……ah….ah……ah.. Enak mas Tedy, enak.. Ah…ah…ah….ah…ah.. Mau keluar mas Tedy.. mau keluar.. ah…ah…ah…ah…ah…. sekarang ke..ke..ke.."

Tiba-tiba kurasakan Penisku dijepit oleh dinding Vagina Yanti dengan sangat kuatnya. Di dalam Vagina, Penisku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari Vagina Yanti dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Yanti meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Yanti pun berteriak tanpa kendali:
"..keluarrr..!"
Mata Yanti membeliak-beliak. Sekejap tubuh Yanti kurasakan mengejang. Aku pun menghentikan genjotanku. Penisku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam Vagina Yanti. Penisku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan Vagina Yanti. Kulihat mata Yanti kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding Vaginanya pada Penisku berangsur-angsur melemah. walaupun Penisku masih tegang dan keras. Kedua kaki Yanti lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Yanti dengan mempertahankan agar Penisku yang tertanam di dalam Vaginanya tidak tercabut.
"Mas Tedy.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata Yanti dengan mimik wajah penuh kepuasan. Aku senang mendengar pengakuan Yanti itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Yanti dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya. Bagiku.

"Mas Tedy… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan.. kamu perkasa.. dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya.."
Aku bangga mendengar ucapan Yanti. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Yanti sudah mencapai orgasmenya. Penisku masih tegang di dalam Vaginanya. Penisku masih besar dan keras, yang harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Yanti, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Penisku mulai bergerak keluar-masuk lagi di Vagina Yanti, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding Vagina Yanti secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas Penisku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan Penisku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh Vagina Yanti beberapa saat yang lalu.
"Ahhh.. mas Tedy.. kau langsung memulainya lagi.. Sekarang giliranmu.. semprotkan air manimu ke dinding-dinding Vaginaku.. Sssh..," Yanti mulai mendesis-desis lagi.
Bibirku mulai memagut bibir merekah Yanti yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Yanti serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur Penisku di Vaginanya.
"Sssh.. sssh.. sssh.. enak mas Tedy, enak.. Terus.. teruss.. terusss..," desis bibir Yanti di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
Sambil kembali melumat bibir Yanti dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan Penisku di Vaginanya. Pengaruh adanya cairan di dalam Vagina Yanti, keluar-masuknya Penis pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.." Mulut Yanti di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
"Mas Tedy.. ah.. mas Tedy.. ah.. mas Tedy.. hhb.. mas Tedy.. ahh.."

Penisku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Yanti menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Yanti pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya Penisku ke dalam Vagina Yanti sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, Penis kuhunjamkan keras-keras agar menusuk Vagina Yanti sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang Penisku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding Vagina Yanti. Sampai di langkah terdalam, mata Yanti membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar Vagina, Penis kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang Vagina. Remasan dinding Vagina pada batang Penisku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir Vagina yang mengulum batang Penisku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang Penisku. Pada gerak keluar ini Bibir Yanti mendesah, "Hhh.."
Aku terus menggenjot Vagina Yanti dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di Penisku. Tangan Yanti meremas punggungku kuat-kuat di saat Penisku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang Vaginanya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara Penisku dan Vagina Yanti menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Yanti:
"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Penisku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

"Yanti.. Yanti.. edan.. edan.. Enak sekali Yanti.. Vaginamu enak sekali.. Vaginamu hangat sekali.. edan.. jepitan Vaginamu enak sekali.."
"Mas Tedy.. mas Tedy.. terus mas Tedy.." rintih Yanti, "Enak mas Tedy.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru Penisku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan Penisku ke Vaginanya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, Penisku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di Penis pun semakin menghebat.

"Yanti.. aku.. aku.." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

"Mas Tedy.. mas Tedy.. mas Tedy! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi.. Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke.."
Tiba-tiba Penisku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding Vagina Yanti mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.
Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala Penisku terasa disemprot cairan Vagina Yanti, bersamaan dengan pekikan Yanti, "..keluarrrr..!" Tubuh Yanti mengejang dengan mata membeliak-beliak.

"Yanti..!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Yanti sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding Vagina Yanti yang terdalam. Penisku yang terbenam semua di dalam kehangatan Vagina Yanti terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Yanti terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam Penisku. Cret! Cret! Cret! Penisku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam Vagina Yanti. Kali ini semprotannya lebih lemah.
Perlahan-lahan tubuh Yanti dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Yanti dengan lembutnya, sementara tangan Yanti mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Yanti. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman ini oleh orang semolek Yanti.

"Mas Tedy.. terima kasih mas Tedy. Puas sekali saya. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata Yanti lirih.
Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 23:30, aku dan Yanti berpakaian kembali. Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Yanti dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

"Mas Tedy.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Tedy.. Jangan khawatir, kita tanpa ikatan. Yanti akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke keluarga dan pacar Yanti. Yanti puas sekali bercumbu dengan mas Tedy," begitu kata Yanti.
Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.