BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

Aku ingin hamil dari adik iparku




Mas Andra, adalah seorang pengusaha Warnet. Ia memiliki banyak cabang warnet di berbagai tempat di daerahku. Sedangkan aku hanya seoang Ibu rumah tangga. Namun aku cukup bahagia, karena dengan usaha yang dijalankan Andra tersebut, segala kebutuhanku secara materi dapat terpenuhi. Dalam urusan seks, Mas Andra juga bisa dikatakan cukup hebat, karena ia selalu berhasil memuaskanku saat melakukan hubungan intim. Hal itulah yang membuatku mampu bertahan hidup dengannya, meskipun ia telah divonis mandul dengan satu anak oleh Dokter.
Kepiawaian Mas Andra dalam urusan seks membuatnya tidak terlalu percaya pada vonis dokter tersebut. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hubungan intim tanpa memandang waktu dan tempat. Dalam setiap kesempatan itu, Mas Andra selalu menumpahkan spermanya ke dalam rahimku. Mas Andra bisa dikatakan pabrik sperma, karena setiap kali dia mencapai orgasme, ia selalu menyemprotkan sperma dalam jumlah yang lumayan banyak ke rahimku. Kemampuannya itulah yang membuatnya yakin bahwa vonis dokter itu tidak benar.
Sebagai istri, aku juga berusaha untuk memupuk keyakinannya akan kemampuannya memberiku benih cinta. Meskipun sebenarnya, di usia satu tahun perkawinan kami tanpa tanda-tanda akan hadirnya jabang bayi, cukup membuat hatiku gundah. Jika vonis dokter tersebut ternyata tepat, maka selamanya aku tidak akan mengandung bayi dari benih Mas Andra. Namun demikian, aku tidak ingin menunjukkan kegelisahanku itu di mata suamiku. Aku harus tetap memiliki keyakinan seperti keyakinan yang selama ini masih dipegangnya.
Pada suatu hari menjelang petang, Orang tua Mas Andra datang ke rumah kami. Tujuan mereka datang ke rumah kami adalah untuk menginap, karena istri udi, saudara Mas Andra sedang berada ke rumah sakit umum yang berada dekat rumah kami, untuk proses persalinan. Karena alasan itu, mereka menitip beberapa tas pakaian di rumah kami, lalu langsung berangkat menuju rumah sakit.
Mas Andra yang tahu khabar itu, langsung pulang dari tempat kerjanya dan menyusul mereka ke rumah sakit. Sebenarnya Mas Andra mengajakku serta, dan akupun sebenarnya ingin sekali menemaninya ke rumah sakit untuk melihat proses persalinan anak ketiga Adi, tetapi aku merasa kurang enak badan, sehingga Mas Andra memintaku untuk istirahat saja di rumah, dan ia pamit untuk ke rumah sakit menyusul orang tuanya yang telah berangkat lebih dulu.
Saat matahari telah tenggelam, tiba-tiba ada suara mobil berhenti di halaman rumah kami, dan tak seberapa saat berselang, ada suara ketukan pada pintu depan rumah kami. Aku melangkah mendekati pintu dan mengintip dari kaca jendela. Dari balik pintu, berdiri seorang laki-laki berperawakan besar yang tidak lain adalah Adi, adik Mas Andra. Langsung saja ku buka pintu dan mempersilahkannya masuk.
“udi..! istrinya sudah melahirkan, ya di? Kok pulang duluan?” Tanyaku.
“Ya! laki-laki” Jawab udi singkat sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Saat berada di hadapanku, ia berbalik menatapku dan berkata lagi: “Tas Bapak ditaroh dimana?”
“Tas? oh ya, ada di kamar belakang, dii! sini biar saya ambilkan.” aku melangkah menuju kamar belakang dan udi mengikuti di belakangku. Ku buka pintu kamar dan ku tunjukkan beberapa tas yang tadi sore di bawa Bapak ke rumah kami.
“Tas yang mana di?” tanyaku pada udi sambil menawarkan untuk mengambilkan tas yang diinginkan.
“Kalau boleh! biar saya ambil sendiri saja.” jawab udi sambil meminta izin untuk masuk ke dalam kamar.
“O ya, silahkan, dii!” jawabku sambil memberikan jalan pada Adi untuk masuk ke dalam kamar.
Ku perhatikan Adi yang sedang membuka sebuah tas kulit berwarna coklat muda berisi pakaian. Lalu ku coba menanyakan kembali pertanyaan pertama yang belum dijawab oleh Adi.
“Kok pulang duluan, dii?” tanyaku.
“Iya, di rumah sakit sudah ada Mama sama Bapak yang menjaga Dita. aku disuruh pulang saja dulu, istirahat, mandi, ganti pakaian. Tapi nanti malam aku ke rumah sakit lagi.” Jawab  Adi.
“Oh, kalau begitu, kamu mandi saja dulu! Biar Yanti siapkan airnya dulu ya, dii!” Aku melangkah meninggalkan Adi yang masih bergumul dengan tas berisi pakaian tersebut, menuju kamar mandi untuk menyiapkan keperluan mandi untuk Adi.
Sambil aku menyiapkan air, sabun pasta gigi dan keperluan mandi lainnya, terbesit sebuah ide konyol dalam pikiranku untuk meminta Adi menanam benih ke dalam rahimku. Ada beberapa alasan kenapa aku berpikir sepeti itu; pertama, Adi telah tiga kali berhasil membuahi rahim istrinya. Itu artinya, ia tidak mandul seperti halnya Mas Andra yang telah divonis dokter begitu; kedua, Adi adalah adik ipar Mas Andra. Jika ternyata aku hamil oleh benih Adi, tentunya bayi yang lahir akan mirip dengan Adi atau Mas Andra, sehingga Mas Andra tidak akan mencurigaiku melakukan selingkuh atau menganggap anak yang akan ku kandung sebagai anak orang lain. Lagi pula, Mas Andra sampai sekarang masih yakin bahwa ia tidak mandul, seperti vonis dokter yang dialamatkan padanya karena sebelumnya sudah pernah punya anak; Ketiga, suasana sangat mendukung. Di rumah hanya ada aku dan Adi. Aku yakin, semua laki-laki akan tergoda ketika disuguhi daging gratis, tak terkecuali Adi. Lagi pula, Adi pasti sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya.
Saat aku larut dalam ide konyolku itu, tiba-tiba saja………..
“Kak Yanti mau mandi juga, ya?”bolehkan kalau memang kak yanti mau mandi bareng aku,..kata adi sambil tersenyum manis
Aku sangat terkejut dan hampir berteriak mendengar suara itu. Untung aku cepat menyadari suara itu adalah suara Adi yang ternyata telah berada di depan kamar mandi. Aku langsung berbalik dan terpaku menatapnya. Hal yang aku pikirkan bukan jawaban atas pertanyaan yang dilemparkan Adi, melainkan aku memikirkan, kenapa Adi memberikan pertanyaan seperti itu.
Abu berusaha berpikir cepat, untuk merenspon pertanyaan itu. Di satu sisi, aku berpikir bahwa pertanyaan itu hanyalah sebuah kalimat canda Adi, karena melihatku masih di kamar mandi, sementara ia sudah siap untuk menggunakan kamar mandi. Di sisi lain, aku berpikir bahwa pertanyaan itu adalah sebuah ajakan nakal Adi untuk ikut mandi bersamanya. Dalam pikirku, kesempatan untuk mewujudkan ide konyolku bisa aku wujudkan sekarang! dan hanya sekarang! jika aku melewatkannya, maka kesempatan itu akan hilang.
“kalau kamu mengizinkan….” jawabku tanpa ekspresi, berharap Adi menanggapinya bukan sebagai candaan semata.
Mendengar jawabanku itu, Adi terdiam menatapku selama beberapa saat, lalu tiba-tiba ia tersenyum padaku dan melangkah di depanku sambil melepaskan handuk yang melilit pinggangnya lalu menggantungnya pada kastok yang terdapat di dalam kamar mandi. Sebuah pemandangan langka, dimana aku tidak pernah melihat laki-laki lain dalam kamar mandi hanya mengenakan celana dalan, kecuali Mas Andra, suamiku.
“Kalau mau mandi, pakaiannya dilepas dong!” Begitulah kalimat yang diucapkan Adi sambil menanggalkan celana dalamnya dan menggantungnya juga di kastok.

Aku seperti tidak percaya, ide konyol yang beberapa detik yang lalu mengganggu benakku, beberapa detik lagi akan jadi nyata. Ide konyol yang tadinya ku pikir akan sangat sulit dilakukan, ternyata tinggal menunggu bagaimana tindakanku selanjutnya. Seorang laki-laki yang beberapa detik yang lalu masih berada dalam ruang benakku, kini telah berdiri di hadapanku dengan keadaan yang sesuai harapan.
Tanpa berpikir jernih lagi, ku tanggalkan seluruh pakaianku dan berbaring mengangkang di lantai kamar mandi, Ayo di udah di lepas nich,..kenapa kamu bengong di?..nggak tak kirain kakak bohongan,..makanya aku kaget,..lihat tubuh kakak yang bugil sexy,…aku jadi tegang nich kak..ya udah kamu sabunin badan kakak nih,,…sengaja aku pancing Adi untuk bergairah lebih dalam lagi,..tanpa lama-lama tangan Adipun menggosok pungguungku,…acchh halus sekali tubuh mba,..tangan adi aku ayrahkan ke Payu daraku yang sudah mengeras akibat usapan lembut tangan adi,..tangan aku langsung memegang senjata Adi yang sudah menegang,,…Diii…besar sekali batang kamu,,…pasti enak Di kalau di masukkin ke memek mba?...iiii yaa ..mba ..aku juga pengen ngerasain memek mba ..boleh diii… mba juga pengen ngerasain senjata kamu,.lalu ku katakan padanya “Adi.aku minta sama kamu tolongg.! Buat aku hamil seperti Dita!”ok lah mba kalau itu permintaan Mba ,..aku aku turuti kapanpun dan di manapun Mba mau,…asal mba bisa hamil dari benihku,…iya sayanngg.,mba pengen sekali sayang.
Dengan posisi itu, aku yakin tak seorang pria pun mampu mengendalikan akal sehatnya. Ku lihat Adi memperhatikan setiap bagian tubuhku, terutama payudaraku yang kencang dan belahan di selangkanganku yang tertutup bulu lebat dan hitam. Ku lihat batang penis Adi yang tadinya hanya menjuntai, kini mulai menunjukkan reaksinya, dan aku yakin bahwa saat tangan kanannya memegang batang penisnya, itu dilakukan atas dorongan nafsu.

Benar saja, Adi akhirnya duduk di samping tubuhku dan menyodorkan batang penisnya yang mulai mengeras ke wajahku. Aku mengerti benar apa maksudnya. Tanpa instruksi, langsung ku genggam batang penis Adi dan ku masukkan kepala penisnya ke dalam rongga mulutku. Terasa benar dalam mulutku dan dengan sentuha lidahku, penis Adi bereaksi cepat membesar, memanjang, dan mengeras. Dalam ukuran maksimalnya, ternyata penis Adi, jauh lebih besar dan lebih panjang dari Penis Mas Andra.
Tanpa berlama-lama bermain, Adi langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil posisi penyerangan. Ia dudk di antara pangkal pahaku dan mengangkat dan mendorong betisku hingga lututku menyentuh kenyalnya payudaraku. Adi mulai menghunuskan senjatanya ke belahan vaginaku, dan langsung menusukku dan membelah semua kegelisahan menjadi ribuan kenikmatan. Hujaman demi hujaman penis Adi terus membunuh akal sehatku. Aacchh….sayaanngg genjot teruuuss  memekku sayyaaanngg,….senjatamu benar benar,,…nikmatt sayannggg..Aku terkulai di antara sentuhan hangat di dinding vagina yang memaksaku untuk menikmati ajakan birahi Adi yang tak henti menusuk muara rahimku. Meskipun yang ku harapkan hanya setetes sperma, tetapi aku tak bisa keluar dari dalamnya lautan kenikmatan nafsu birahi. Ukuran yang lebih besar dan panjang dari yang biasa membuaiku, membuatku merasakan sebuah sensasi baru dalam bercinta. Sebuah rasa baru yang memaksaku membandingkan dengan kenikmatan yang pernah ku rasakan bersama suamiku, dan aku harus mengakui bahwa sensasi yang diberikan oleh adik Iparku ini jauh lebih nikmat….
Sebuah hendakan keras yang menusuk hingga ke bibir rahim adalah puncak dari kenikmatan percintaanku dengan Adi. Ooocchh   adiiii,,saaayyyaanng kamu memang perkasaa…sayangg aku merindukan ini sudah lama  sayannggg…teruss…sayyanngg aku hammpir keluaarr….dan akhirnyya….ccroooot…croott….lahar kenikmatan itu tumpah di dalam lubang vaginakuu.

Setetes sperma yang ia tanam dalam rahimku meninggalkan sebuah harapan, semoga ini akan berbuah dan berbunga dalam rahimku. Dan aku berharap bulan tidak akan datang padaku… Aku tidak ingin bangkit dari lantai kamar mandi karena aku tidak ingin ada setetespun sperma yang ditanam Adi terbuang dari liang vaginaku.makasih ya saying,…kamu udah mau memberikan kenikmatan,…serta benih kedalam rahimku,aku berharap semoga benih kamu nanti akan berbuah di dalam rahimku.,…sama-sama sayang aku juga merindukan seperti ini dari dulu
 Setelah percintaan di kamar mandi itu selesai, keadaan dunia kembali seperti biasa. Adi kembali ke pangkuan Mbak Dita, dan aku kembali kepelukan Mas Andra, meski harus ku akui, aku pasti akan merindukan sensasi yang diberikan oleh Adi.
 Setelah kejadian itu aku dan Adi masih terus berhubungan untuk saling menuntaskan hasrat birahi kami,di setiap ada kesempatan ,ketika aku menginginkannya aku langsung kontek adi untuk menuntaskan birahi yang bergejolak,hingga saat ini hanya menjadi rahasia kami berdua tanpa ada yang curiga di sekitan keluarga kami.hinnga akupun akhirnya bisa hamil oleh benih adik iparku sendiri yang perkasa.



Bibiku yang menggoda



Cerita ini dimulai waktu ada acara keluarga di Villa Tretes minggu lalu. Sekarang ini aku duduk di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya, Namaku Hady, umurku 20 tahun.
Begini kisahnya..., Hari minggu keluargaku mengadakan acara temu kangen di Malang. Seluruh anggota keluarga hadir dalam acara itu, kira-kira ada 3 keluarga. Ada hal yang paling kugemari dalam acara itu, yaitu acara perkenalan tiap keluarga.
Pada kesempatan itu adik ibuku bernama Henny memperkenalkan keluarganya satu persatu. Aku lihat gaya bicara Tante Henny yang sangat mempesona, terus terang Tante Henny bila aku gambarkan bak bidadari turun dari langit, wajahnya yang cantik, kulitnya yang mulus dan bodinya yang aduhai membuat tiap laki-laki pasti jatuh hati padanya.

Perkenalan demi perkenalan telah terlewati malam itu, sekitar pukul 9 malam kami beristirahat. Badanku terasa penat dan aku pergi untuk mandi, sekalian persiapan untuk acara besok. Waktu aku akan mandi, tanpa sengaja aku melihat tanteku baru keluar dari kamarnya memakai kimono putih yang agak transparan dan terlihat samar-samar lekuk tubuhnya yang indah, dengan sedikit basa-basi aku bertanya padanya.
"Mau kemana Tante?", tanyaku.
Tanteku dengan kagetnya menjawab "Ouu Hadi, bikin tante kaget nich, Tante mau mandi pake bathtub", jawabnya.
"Sama nich", kataku.
"Rasanya memang malam ini penat sekali yach".
Akhirnya kami melangkah bersama menuju bathroom di belakang Villa kami. Malam itu agak dingin rasanya, sampai-sampai..., sambil agak mendesah Tanteku menahan dingin.

Sesampainya di depan kamar mandi aku berhenti sambil memperhatikan tingkah Tante yang agak aneh (maklum aku masih anak kecil, belum pernah lihat yang seperti gituan).
"Had..., kamu duluan yach..!", kata tanteku sambil mendesah.
"Nggak ach Tante, Tante dulu dech", kataku sambil rasa dingin (duch rasanya seperti dalam freezer tuch).
"Ok, Had.., Tante duluan yach".
Tanteku masuk ke dalam kamar mandi, terdengar suara pakaiannya yang ditanggalkan, gemericik air juga mulai mengisi bathtub. Aku menunggu di luar dengan rasa dingin yang sangat mengigit sambil melamun.
"Had, mana nich sabunnya". teriak tanteku mengagetkanku.
Seketika itu juga aku menjawab, "Disitu Tante".
"Dimana sich?", kata tanteku.
"Kamu masuk aja Had, ambilin dech sabunnya..., Tante nggak tau nich".

Dengan hati yang berdetak keras aku masuk ke kamar mandi sambil mencari-cari sabunnya. Ternyata sabunnya di bawah wastafel. Segera aku mengambilnya dan memberikannya pada tanteku. Tanpa sengaja aku melihat bodi tanteku yang aduhai yang tak sehelai benangpun melekat di tubuhnya. Dengan wajah merah padam aku memberikan sabunnya.
Tanteku bertanya "Mengapa Had..., belum pernah liat yach!", kata tanteku dengan mengerlingkan matanya yang indah itu.
Dengan malu-malu kujawab "Belum pernah tuh, tante", kulihat tanteku hanya tersenyum kecil sambil menggandeng tanganku, ia menyuruhku masuk, sengaja atau tidak penisku berdiri.
"Had, punya kamu berdiri tuh", dengan malu aku berusaha menutupi penisku yang telah berdiri.
"Ngapain malu Had...", tanya tanteku.
Aku hanya tersenyum kecut, lalu tanteku melepaskan handukku sambil berkata "Tante boleh lihat punyamu.
"Jangan tante nanti Om tau".
"Ah,nggak apa-apa Om orangnya sangat fair".
Akhirnya aku hanya bisa pasrah, kemudian dengan lembutnya tanteku mempermainkan penisku sambil berkata",Gila benar punyamu Had, barang sebesar ini kok di diemin aja...". aku hanya bisa meringis keenakan,karena memang aku tidak pernah merasakan hal itu.

Dengan lembutnya tanteku mengulum penisku, dengan refleks aku meraba payudara tanteku yang montok itu, "Ohh..., nikmat sekali". Dituntunnya aku untuk mengulum bibir kemaluannya.
Aku bertanya "Ini apa tante?".
"oo itu clitoris sayang", jawabnya. Aku terus mengulum bibir kemaluannya. Lama juga aku mengulum bibir kemaluannya, dengan gaya 69 kami saling menikmati hal itu. Tanpa sepengetahuan kami berdua ternyata kakakku mengintip apa yang kami lakukan. Terus kakakku masuk dan berkata "Ah..., tante kok tega main sama adikku..., kok tidak bilang-bilang kepadaku", sambil tersenyum kecil.

Mungkin karena terangsang dengan apa yang kami lakukan akhirnya kakakku ikut melepaskan pakaiannya. Tanteku berkata "Ayo sini punya adikmu nikmat lho". Aku tidak habis pikir, ternyata kakakku suka begituan juga. Baru pertama kali ini aku melihat polos tubuh kakakku ternyata kakakku tidak kalah dengan tanteku malah payudaranya lebih besar dari punya tante.

Tanpa pikir panjang aku tarik tangan kakakku, langsung aku kulum payudaranya yang besar itu. Terus tanteku bilang "Had masukin dong punyamu". Akhirnya kumasukkan punyaku ke liang kewanitaan tanteku "Ooh nikmat sekalii...", tanteku hanya bisa mendesah kenikmatan. Dengan goyangan yang seperti di film aku berusaha sekuat tenaga menghabisi liang kenikmatan tanteku. Selang berapa lama air mani tanteku keluar. "akhh", desahan itu keluar dari mulut tanteku, tapi aku belum apa-apa. Akhirnya tanpa rasa dosa kutarik kakakku untuk juga merasakan hebatnya penisku. Kakakku ternyata sudah tidak perawan lagi itu kuketahui waktu kumasukan penis ke liang senggamanya. Kakakku menggelinjang keenakan sambil berkata mengapa tidak dari dulu minta di "tusuk" oleh penisku. Aku terus menggenjotnya. Pada waktu lagi asyiknya aku menusuk liang kewanitaan kakakku sepupuku masuk "eehh..., lagi ngapain kalian" tanyanya. Aku cuek saja sambil berkata",kalo mau sini aja".

Tanpa aku sadari ternyata sepupuku telah menanggalkan pakaiannya. Ternyata sepupuku biar masih SMU, bodinya hebat juga. Tanpa pikir panjang kutarik tangannya lalu kukulum susunya,sambil terus menggenjot liang kenikmatan kakakku. Aku lihat kakakku asyik mengulum bibir kemaluan sepupuku. Ternyata kakakku telah di puncak kenikmatan. Dia menggeliat seperti cacing kepanasan, kurasakan semburan air hangat keluar dari liang kewanitaan kakakku. "oohhkk", teriak kakakku. Aku tersenyum puas karena aku masih bisa bertahan. Dengan perkasa ganti sepupuku "Mira" kugenjot ia hanya bisa pasrah dalam dekapan kejantananku. Aku coba memasukkan penisku dengan pelan-pelan ternyata sepupuku itu masih perawan, sangat sulit pertama kali kumasukan penisku, ia merintih kesakitan aku tidak kurang akal, kuludahi liang surganya dan kumasukkan jari tanganku. Lalu kucoba memasukkan penisku. Kali ini bisa walau dengan susah payah. "Akhh nikmat sekali memek perawan", kataku. Kulihat Mira hanya merintih dan mendesah diantara sakit dan nikmat. Akhirnya aku merasakan juga puncak kenikmatan itu kami sama-sama klimaks, "akkhh", terak kami berdua. Akhirnya kami keluar bersamaan. Setelah itu, kami berempat mandi bersama sambil tersenyum puas.

Bibiku yang menggairahkan

Ma, minta susu..! teriak seorang bocah kepada mamanya.
"Iya bentar!" teriak mamanya dari dalam kamar.
Bocah kecil tersebut adalah anak dari mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan istri dari abang mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya memanggilnya bibi, tapi karena suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya. Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dalam setahun.

Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih kecil dari saya semuanya.

Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek saya sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu saya sudah keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya dan Mbak Ras serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Ras bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he.
"Ma, buatkan susu dong!" celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi.
"Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!" mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.

Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Ras.
"Saya juga minta susu dong Mbak!" kata saya sambil menyodorkan gelas kepadanya.
"Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak", balas Mbak Ras.
"Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?" tanya saya sambil pasang muka tak berdosa.
"Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak", tegasnya sekali lagi.
"Jadi yang buat orang dewasa mana?" tantang saya kepadanya.
"Ini!" sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar dan padat itu.
Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu karena dia tidak biasanya bercanda sampai begitu.

Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya buktikan. Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering mengintip Mbak Ras mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Ras sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.

"Kok bengong? mau minum susu nggak?" ucapnya membuyarkan lamunanku.
"Apa masih ada? anak Mbak kan udah lima tahun?" jawab saya menetralisir kekagetan saya.
"Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe.. udah dech.." katanya sambil melewati saya menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada saya.
"Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci."
Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dengan Mbak Ras dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar mandi perlahan dan saya lihat Mbak Ras sedang membelakangi saya menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga saya tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.

Saya melihat Mbak Ras mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tangan saya menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya. Setelah BH-nya terbuka saya kemudian melemparkannya ke tong tempat baju kotor.

"Mbak, susunya boleh saya minum sekarang", tagih saya kepadanya.
Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Sebelumnya saya hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan dadanya kepada saya dan dengan cepat saya sambar dengan mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah saya.

Mbak Ras kemudian secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari kaos saya sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut saya dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Mbak Ras semakin ngos-ngosan. Tangan saya sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan Mbak pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Ras yang sudah berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana saya dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan saya.

Setelah CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Ras makin menjadi ketika jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.

Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Saya menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata saya dalam hati.

Mbak Ras pun kembali mendesis keenakan, "Ahh.. terus Tango", ujarnya. Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Ras mengejang dan diikuti dengan desahan panjang, "Ahh.. nikmat sekati Tango. Pemanasan kamu sungguh hebat." Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, saya kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.

Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi. Setelah dia rebah, Mbak Ras mendorong dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan saya hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin saya dan kemudian dia malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.

Ahh.. terasa nikmat sekali sebab Mbak Ras sangat pandai memainkan kemaluan saya di dalam mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada saya dan kemudian kembali ke mulut saya, namun karena saya tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tangan saya yang menganggur kemudian saya suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada saya, "Masukkan ahh.. sekarang yahh, Mbak udahh kepingin.. banget.. nih.. ahh."

Saya kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Mbak Ras agar kembali rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan saya dengan rebahan di lantai kamar mandi. Saya kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri.

Setelah kami berdua basah, tangan kanan saya kemudian meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Ras pun sudah siap menerima terjangan saya dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan saya memasukinya. Dengan perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya. Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sudah membuat saya merem melek, dan dengan gerakan pelan saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Ras mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.

Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya.

"Ssaayyaa.. udah ahh.. mau.. keeluar nihh.." desahnya.
Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan saya.
"Saya juga udah mau keluar Mbak..!" desis saya mempercepat gerakan pinggul saya dari bawah.
"Tahann.. sebenntaarr.." katanya.
"Biaarr.. Mbak kee.. luar dulu.. ouhh.."
Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Ras kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya dengan sedikit mendorong perut Mbak Ras, mungkin saya pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Mbak Ras. Untung saja saya sigap, sesaat kemudian Mbak Ras terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha saya terasa hangat karena pelumas yang keluar dari liang kemaluan Mbak Ras.

Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena saya belum terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Ras dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 - 4 menit Mbak Ras kembali terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dalam kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dalam kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin. Setelah memompa beberapa menit, saya kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera saya mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Ras kemudian menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ahh.. terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dalam kuluman mulutnya.

Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah saya merasakan pelumas dari dalam tubuh saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Ras kemudian melepaskan batang kemaluan saya, dan tersenyum kepada saya. Kemudian dia berbisik, "Tango, terima kasih yah, Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?" Dengan masih terduduk di lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Ras. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat.

Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta. Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.