BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

aku menikmatinya



Ben dengan nafsu yang besar mencium dan melumat bibir Rere, pelajar berusia 16 tahun yang sangat popular yang disekap di dalam villanya. Tangannya menjamah seluruh permukaan tubuh Rere tanpa sedikitpun terlewatkan. Buah dada Rere yang ranum sekarang sedang dilumat habis-habisan oleh Ben yang seakan takut kedua benda itu akan habis atau menghilang. Seperti tidak mengenal hari esok, Ben memuaskan nafsu biologisnya tanpa lelah sedikitpun. Semenjak 3 hari yang lalu dia berhasil membawa –atau tepatnya menculik– Rere dari sekolahnya.
Semenjak 3 hari yang lalu pula nafsu seks Ben menjadi sangat tinggi dan selalu disalurkan kepada tawanannya itu. Segala jenis posisi yang dari dulu selalu ingin dicobanya sekarang terpenuhi sudah semenjak Rere ‘menemani hari-hari’nya. Ben selalu mencoba menginginkan gaya baru setiap kali sehabis bercinta dengan Rere yang Ben tahu Rere tidak bisa menikmati.
Ben merasa bosan dengan segala penolakan Rere setiap kali dia coba mencumbunya. Selalu menangis dan memohon untuk dilepaskan. Sudah berkali-kali Ben menegaskan pada Rere bahwa apa yang dikatakannya beberapa hari lalu itu sudah keputusan dan tekad finalnya. Dia akan ‘menyimpan’ Rere sampai batas waktu yang tidak tertentu. Tetapi dari semua kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan buat Ben, jeritan-jeritan dan rintihan-rintihan Rere di ranjang seolah membangunkan monster besar dalam dirinya gembira dan semakin bernafsu untuk menambah bumbu-bumbu percintaannya menjadi tinggi. Monster ini selalu menggeliat setiap mendengar Rere menjerit dan menangis setiap kali tuannya mencumbunya.
Permainan kasar tidak bisa dielakkan dalam tiap percintaan mereka. Meskipun Ben selalu menginginkan respon yang baik dari Rere. Dia ingin sekali mendapatkan permainan ‘dua arah’ setiap dia berusaha mencumbu Rere. Ataupun sekedar membalas ciumannya. Ben tahu Rere selalu mencari cara untuk menolak atau menggagalkan rencananya. Tetapi rupanya ancaman-ancaman dan gertakan dinginnya selalu membuat Rere ciut.
Permainan kali ini Ben sudah siap menerima semua penolakan Rere. Toh dia juga menikmati manakala Rere menjerit, menangis dan merintih kesakitan karena penetrasi kering. Tetapi, ketika dia mulai menjamah tubuh tawanannya, di luar dugaan Ben, Rere seperti berubah. Sekarang dia menikmati semua ciuman-ciumannya. Ben sungguh terpana ketika kedua lengan Rere merangkul lehernya. Ada monster lain yang bangkit dalam tubuh Ben. Monster baru yang lebih lembut dan penuh perasaan yang meluluhkan dan membuat Ben secara lembut mencium bibir Rere. Dia merasakan bibir lembut Rere beradu dengan bibirnya. Lidah Rere pun sekarang menjalar pelan di dinding-dinding mulutnya. Membuat nafsunya menjadi tinggi.
“Udah berubah ya…? tumben sekarang gak nolak lagi?” Ben berbisik pelan kepada Rere. Rere pun melepaskan rangkulan tangannya di leher Ben. Dan untuk pertama kalinya Ben melihat Rere tersenyum padanya. Senyum yang sangat menyejukkan perasaannya dan mengairahkan cintanya. Lalu dirasakannya Rere memeluk pinggangnya dan berkata sambil memberikan senyum yang paling menawan yang pernah dilihat Ben.
“Well, aku kan gak bisa selamanya nolak terus…“ kata Rere “Aku juga kadang-kadang suka… Toh aku sekarang gak bisa kemana-mana lagi… ya kan…? daripada sakit, mendingan aku nikmatin…“ jelas Rere lancar. Tidak ada nada ragu dalam setiap kalimatnya. Hal ini membuat Ben merasakan bahwa Rere sudah benar-benar jatuh dalam pelukannya.
Tanpa di duga, Ben merasakan Rere memegang kedua tangannya. Masih dengan senyum manisnya, Rere meremas tangannya dan lagi-lagi di luar dugaan Ben, dia merasakan jari-jari lembut gadis di depannya itu sekarang menuntun kedua tangannya ke arah dadanya yang masih terbungkus lingerie hitam dan diletakan tepat di kedua payudaranya.
“Aku tau kamu suka banget sama mereka…“ Rere berbisik erotis dan mengedip nakal kepada Ben “Sekarang mereka punya kamu… tapi, don’t be rough… You must treat them real nice… Like how they’re supposed to be treated… no hush no rush… smooth and thoughtful…” Ben tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Tetapi sekarang dia lebih santai meremas kedua benda itu dengan lambut. Dilihatnya Rere memejamkan mata menikmati setiap sentuhannya saat remasan pertama diberikan. Ben menyukai permainan sekarang. ‘Dua arah’ seperti yang selalu diinginkannya. Cumbuan pun terus berlanjut Rere mendesah-desah membuat Ben sungguh terangsang.
Sementara Ben terus mengeluarkan jurus ’lembut’nya, dengan halus Rere memeluk Ben dan mencium bibirnya, melepaskan rasa jijik dalam pikirannya. Kedua tangannya sekarang bergerak nakal di seluruh tubuh Ben. Tetapi ada rencana Rere yang lain dibalik permainan erotis ini. Merasa Ben sudah terlena dan sudah waktunya, dengan mantap Rere menyelipkan tangannya memasuki kantong celana Ben yang sekarang terletak sembarang di atas tempat tidur di mana mereka bergumul. Rere merasakan benda logam di dalam celana itu. Benda logam panjang pipih dengan keyring bulat. Dengan berbinar-binar, sambil berciuman Rere mencoba menarik dengan hati-hati benda logam yang sekarang ada di genggamannya.
Tetapi sebelum keluar dari kantong celana itu, Rere merasakan pergelangan tangannya dicengkeram kuat oleh tangan Ben. Rere juga merasakan ciuman Ben sekarang berhenti. Sedetik kemudian Ben menarik tangannya keluar dari kantong celananya dan melihat kuncinya sendiri sekarang berada dalam genggaman Rere. Sekejap saja senyum di bibir Ben sirna bergantikan raut murka di wajahnya. Entah untuk yang keberapa kali, lagi-lagi Rere merasakan tamparan keras di pipinya. Jatuh tersungkur di kasur yang empuk dan masih merasakan perih di pipinya, tanpa peringatan dirasakannya Ben menjambak rambutnya dengan kasar dan menariknya bangun.
“Ternyata lo licik juga!!“ desis Ben murka, dengan kasar dia merampas kunci itu dari tangan Rere “Jangan pernah lo berharap bisa keluar dari sini!!“ Ben menghempaskan tubuh Rere ke tempat tidur. Wajahnya merah menahan amarah dan nafsu yang tertunda.
“Lo gak bisa ngurung gue selamanya di sini…“ rintih Rere berusaha berkomunikasi. “Gue bukan barang… Gue harus keluar… gue udah lama gak kena matahari…gue udah bolos sekolah 3 hari, gak ada kabar… mereka akan pikir gue mati atau apa… orangtua gue.. sodara gue… Apa lo pikir lo gak terlalu egois?!” protes Rere memelas. “Lo udah ngedapetin semuanya… gue gak akan lapor polisi… please……biarin gue hidup tenang… gue bakal ngelupain semuanya…. Please…lepasin gue”
“Bagus!” ketus Ben, “Bagus kalo mereka pikir lo mati! Jadi gak ada yang cari-cari lagi!” raung Ben masih dengan tatapan murka. “Dan lo salah… lo itu udah jadi hak milik gue!” Rere ketakutan mendengar Ben memberi tekanan pada kata ‘hak milik’ menunjukkan kalau dia sudah berkuasa atas dirinya. “Dengar! Gue bisa ngelakuin apa aja yang gue mau! Apa lo pikir gue peduli ama komentar orang-orang!! Dan jangan bahas soal matahari! such a lame excuse!!” sambil membentak, Ben mulai mengenakan pakaiannya satu per satu. Dia merasa terhina ditipu seperti itu. Angan-angannya untuk bermain ‘dua arah’ hilang sudah. “Dan gue gak takut polisi!!, jadi simpen aja semua cara-cara lo buat keluar dari sini!! Lo tau sendiri gue bisa lebih kejam dari yang tadi!! Gue bisa nekat lebih dari yang bisa lo bayangin!! Jangan bikin gue ngelupain semua akal sehat gue!! Paham lo!!”
“Ben, lo gak bisa ngancurin masa depan gue Ben..” Rere masih berusaha menyakinkan Ben. Berharap dia bisa mengerti. “Biarin gue selesain sekolah gue dulu Ben…” “Kalo satu hari lo dah bosen ma gue, dan lo pengen ngebuang gue… Gue gak bakal bisa hidup tanpa pendidikan…” Rere berusaha menjelaskan. Tetapi rupanya Ben sudah siap-siap untuk meninggalkan kamar menuju ke pintu. Rere menyadarinya dan segera saja dia bangkit dari tempat tidurnya, berlari membuang tubuhnya di kaki Ben.
“Please Ben… lepasin gue… Lo masih bisa ngedapetin orang yang lebih cantik dari gue… lebih seksi… pasti banyak Ben… Please…”Seru Rere memelas memeluk kaki Ben sambil menatap lantai karpet. Sekali lagi Ben tidak bergeming. Dia berkutat melepaskan kakinya dari pelukan Rere, membuka pintu dan keluar meninggalkan Rere yang masih bersimpuh di lantai karpet. Lagi-lagi Rere mendengar pintu dikunci dari luar. Dia sekarang sudah kehilangan akal. Rencananya yang dia pikir akan berhasil ternyata dimentahkan dengan mudah oleh Ben. Seperti tidak ada harapan lagi Rere akhirnya mengangkat tubuhnya berjalan menuju kamar mandi. Mungkin membenamkan tubuhnya di air hangat akan melunturkan masalahnya sedikit demi sedikit.
Rasanya air yang tadi begitu hangat menentramkan sekarang dingin seperti jarum-jarum kecil yang menusuk setiap inci kulit tubuhnya. Rere terbangun menggigil dari bathup, dia mengeringkan tubuhnya, mengenakan bathrobe dan keluar dari kamar mandi.
Dilihatnya Ben sudah duduk di sofa samping tempat tidur. Ekspresi kecewa sebelum dia meninggalkan kamar sekarang sudah sedikit berkurang. Dengan takut-takut Rere berjalan ke arah lemari pakaian. Dia mengambil pakaian dalam yang segera dikenakan. Selama tinggal di dalam sekapan, Rere mendapat begitu banyak pakaian dari Ben. Hampir setiap kali Ben keluar kamar pergi entah kemana, dia selalu membawa pakaian baru untuk dikenakan Rere. Niatnya untuk mengurung Rere lebih lama ternyata memang sungguh-sungguh ditunjukkannya. Masih dalam diam, Rere mengambil salah satu baju dan celana pendek dan baru saja selesai dikenakan ketika dengan tiba-tiba Ben berbicara padanya.
“Duduk Re…” suara Ben hampir tanpa nada. Rere takut dengan suara itu. Seperti tidak bisa ditebak apa yang akan terjadi. Dia lebih suka Ben berteriak atau marah-marah daripada tanpa ekspresi. Rere pun dengan perlahan duduk di sofa di dekat Ben. Dia melihat ada bungkusan plastik di tangan Ben yang Rere nilai dari bentuknya, isinya pasti berbentuk segi empat pipih. Prediksi Rere ternyata betul. Ben segera mengeluarkan isi dari bungkusan plastik itu. Langsung saja dalam genggaman Ben, sebuah CD silver ditunjukkan kepadanya. Rere tidak melihat ada semacam tulisan atau gambar pada CD itu.
“d’u wanna see this…?” tanya Ben pelan. Tanpa menunggu jawaban, Ben beranjak ke depan dan menyalakan TV yang berada tepat di hadapan mereka. Dia mengambil remote control dan mengarahkan ke arah DVD player yang berada di bawah TV. DVD player terbuka dan Ben langsung memasukkan CD itu ke dalamnya. Rere terdiam. Melihat ke layar TV, menunggu dengan perasaan tidak wajar dalam dirinya. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh Ben.
Screen TV sekarang berubah menjadi biru. Perlahan tapi pasti, gambar di TV menayangkan sesuatu dengan gerakan kasar. Seperti terekam oleh handycam yang di ambil oleh orang yang sangat amatir. Tayangan itu menunjukkan sebuah ruangan yang lumayan terang menurut Rere. Hatinya berdebar-debar karena dia tahu ruangan apa itu. Seperti disambar petir, Rere tidak mengira hal ini akan terjadi. Ruangan itu adalah ruangan BP sekolahnya tempat di mana dia pernah diperkosa beramai-ramai oleh Ben dan teman-temannya. Dan benar saja. Sekarang TV sedang menayangkan dirinya yang tertidur –karena pingsan– dengan tubuh terlanjang. Tayangan amatir ini sekarang secara perlahan meng-close up tubuh Rere yang bugil. Rere tidak tega untuk melihatnya. Dia sungguh marah pada Ben. Spontan matanya memanas dan airmatanya tidak bisa dibendungnya lagi. Jatuh menetes di kedua pipinya yang mulus. Adegan di TV masih terus berlangsung, layar bergerak-gerak perlahan mendetailkan setiap lekuk tubuh Rere. Sekarang Rere bisa melihat selangkangannya sendiri. Ada tangan seseorang membuka kedua pahanya dan mengambil gambar yang tentu saja membuat mata Ben nanar bernafsu. Wajah Rere memerah malu kepada dirinya sendiri. Melihat tayangan di TV membuat hatinya menangis, sakit hati dan menyesali nasibnya sendiri. Setelah puas meng-close up bagian sensitif Rere, kamera sekarang bergerak ke atas. Tidak ada sosok figur lain kecuali buah dada Rere yang meski basah oleh keringat, tetapi terlihat putih mengkilap yang pasti membuat batang kejantanan siapapun akan menggeliat bangun.
Kemudian, kamera menjelajahi seluruh permukaan kulit Rere yang berkeringat merangsang. Walaupun matanya terpejam, di dalam kamera Rere terlihat sangat cantik dan menawan. Tidak ada suara-suara orang berbicara dalam rekaman ini. Tetapi Rere mendengar bunyi sesuatu yang berat sedang ditarik –atau diseret– dan bunyi langkah-langkah kaki. Semenit kemudian, dengan sangat terkejut, Rere melihat sosok Albie yang juga tertidur sekarang tergeletak disebelahnya. Scene sekarang terputus-putus. Tetapi setiap scene menunjukan pergumulan yang tidak wajar antara Albie dan Rere. Scene berubah lagi. Tampak Albie sekarang tertidur terlentang dengan kepala Rere merebah di dadanya, tangan Albie memeluk pundak Rere, masih dengan terpejam tampak Rere menggenggam kemaluan Albie yang tertidur, selama semenit kamera memutari Rere dan Albie dalam posisi itu.
Scene berganti lagi, kali ini Albie tertidur miring menghadap Rere yang terlentang. Wajah Rere dihadapkan ke Albie yang juga menghadap ke dirinya. Ketika kamera menjauh, Rere melihat tangan Albie tepat di buah dadanya, seolah meremasnya, tetapi Rere tahu dengan keadaan pingsan seperti itu Albie tidak mungkin meremas. Tangan itu terlihat seperti hanya tergeletak lemas tak berdaya di atas buah dadanya. Scene berganti lagi, posisi Rere di atas Albie. Scene berganti lagi, kepala Rere tepat berada di selangkangan Albie. Dan setiap pergantian scene berikutnya membuat hati Rere hancur, seperti tersayat. Sakit, marah dan sedih dengan perlakuan keempat kawanan itu. Dia akhirnya sadar kenapa dia terbangun tepat di sebelah Albie ketika dia tersadar dari pingsannya setelah kejadian pemerkosaan itu.
“Apa maksudmu…” Rere bertanya protes. Tetapi Ben men ‘ssshh’nya diam. Menyuruhnya untuk tetap melihat ke arah TV. Rere tidak tega untuk menontonnya. Tetapi tiba-tiba, terkejut bukan kepalang, adegan sekarang menunjukkan pusaran hitam melingkar yang berputar-putar semakin lama semakin menjauh dan menghilang menghadirkan gambar lain dalam TV. Adegan yang ini rasanya benar-benar menghancurkan seluruh masa depannya. Rere melihat adegan percintaannya dengan sadar bersama Albie di dalam mobil. Dia mendengar dirinya yang di dalam TV meracau, mengerang dan mendesah hebat. “ Bie… masukin Bie… Aku udah gak tahan…“. spontan muka Rere memerah mendengar dan mengingat kata-katanya sendiri ketika bercinta dengan albie waktu itu.
“UDAH!!!! CUKUP!!!“ Raung Rere tiba-tiba. Dia mendadak bangun dari sofanya, menatap Ben tidak pecaya. “Apa maksud lo sebenernya??!” Rere menuntut Ben yang masih dengan santai duduk disebelahnya, terus menatap TV tanpa ekspresi . “Kenapa lo bisa setega itu??” seakan Rere berbicara dengan patung. “Apa sih yang lo pengenin dari gue sebenarnya??” Rere merampas pengendali jarak jauh dari tangan Ben. Tanpa reaksi Ben beranjak ke sudut ruangan dimana tempat dia meletakan bungkus rokoknya. Menarik sebatang dari dalam bungkusnya dan menyulutkan api sebelum dia menghisap dalam-dalam.
“Sekarang lo tau siapa gue… gue dah pernah bilang kalo lo belum tau apa-apa tentang gue…“ Ben melanjutkan, “Gue gak akan ngebiarin mangsa gue lolos dengan mudah Re…“ Rere mendengar sambil menatap Ben tidak percaya, dia melihat bibir Ben menipis mendesis menakutkan, “Kalo lo pikir gue gak mikirin masa depan lo… lo salah!! Gue udah nentuin masa depan lo, yaitu ama gue…” Rere tidak mempercayai kata-kata yang didengarnya sendiri. “Gue cinta sama lo Re…. Gue gak nganggap lo barang ato apa… tapi gue emang dah nganggap lo milik gue…” sekarang nada dalam kata-kata Ben berubah hangat dan misterius.
“Kalo lo mau gue ngelepasin lo…“ lanjut Ben, “OK! Lo boleh mulai besok sekolah seperti biasa…tapi, lo akan setiap hari pulang ke tempat di mana gue tinggal… Lo engga akan memberitahu siapa-siapa mengenai ini… Lo bakal matuhin semua perintah gue… Lo bakal ngejauhin Albie di sekolah! Lo akan mutusin dia dan lo gak akan bergaul lagi sama dia…” Rere tahu, ketika Ben bilang ‘OK’ dia tidak akan membuat semuanya mudah untuk Rere.
“Engga, engga bisa,” kata Rere, dia menggeleng kepalanya tidak percaya dengan pernyataan Ben. “Sama aja lo ngurung gu…”
“Ato video ini gue sebar… “Ben memotong Rere dengan santai. Dan rupanya ancamannya cukup membuat Rere shock. Dilema menggeluti pikirannya. Dia sudah menduga tidak akan lepas dengan mudah dari Ben. “Kalo sekali aja lo coba kabur dari gue… gue gak akan mikir dua kali buat ngancurin hidup lo!! Lo tinggal milih, internet or VCD, DVD porno?!” Seakan ditampar oleh tangan yang tak terlihat, Rere merasa pernyataan Ben tentang hidupnya membuatnya tidak ada harapan lagi untuk bisa terlepas dari masalah ini.
“Dengar!” Ben melanjutkan, “Gue bukannya lagi bikin penawaran buat lo, tapi perintah!! Kalo lo masih ngelawan kaya tadi… sumpah, gue gak bakal ngampunin lo lagi! Ngerti?!”
“Kenapa?” Rere berkata lebih kepada dirinya sendiri.
“Sorry?”
“Kenapa gue?!” Rere melanjutkan tanpa menatap lawan bicaranya, “Apa salah gue sama lo?? Selalu, gue nanya ke diri gue sendiri, kenapa gue yang lo pilih buat ngelakuin semua keanehan lo?!” Rere tidak menatap Ben, melainkan menatap kedua lututnya yang sekarang bergetar. “Selalu, gue nanya sama diri gue sendiri… apa lo masih punya hati… apa lo masih punya perasaan?” masih menunduk Rere merasa matanya memanas dan menghasilkan segumpal air yang sudah siap untuk jatuh di kedua pipinya. “Kenapa lo gak mikirin perasaan gue sama sek…” tetapi kalimat Rere tidak pernah selesai, tiba-tiba Ben mencekik lehernya dengan kuat. Rere terkejut bukan main.
“Jangan pernah lo sekali-sekali nyeramahin gue!!” desis Ben, serasa Rere belum pernah melihat bibir Ben yang setipis itu. “Gue bilang semua yang gue pengenin selalu gue dapetin…” masih dengan mencekik “Sekarang, lo tinggal bilang ok, ato lo gue kurung selamanya di sini? Jawab…” tetapi Rere tidak menjawab. Dia seakan tidak peduli cekikan Ben semakin kuat di lehernya. Dia juga seakan tidak peduli, tidak ada udara yang mengisi paru-parunya sekarang. Dia masih tidak peduli perubahan kemerahan pada warna kulit di wajahnya. Rere tetap terdiam.
“JAWAB!!” bentak Ben menuntut, tetapi Rere tetap bisu. Seolah dia pasrah dengan apa yang akan dihadapinya. Ben dapat melihat wajah Rere yang mulai kebiruan di balik cekikan tangannya. Seakan baru menemukan otaknya, Ben mengenali aksi diam Rere. Segera saja dia melepaskan cekikannya. Kaget, sekaligus takut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Hampir saja dia melakukan sesuatu yang sangat fatal.
Rere pun terjatuh dan terbatuk-batuk mengelus-ngelus lehernya sendiri. Sungguh 5 menit yang menyakitkan buatnya. Sementara Ben terlihat seperti terpukul dan shock saking kagetnya. Tetapi kemudian Ben bisa menguasai dirinya sendiri.
“ee.. k..kalo kamu diam.. berarti kamu setuju… iya, iya…kamu setuju..” suara Ben terbata-bata berbicara lebih kepada dirinya sendiri. “Oke kalo begitu… em… kamu boleh sekolah lagi… besok… ato kapan aja…” masih dengan terbata-bata, kini Ben mulai menemukan kesombongan hatinya kembali. “Tapi, peraturan aku tetap harus dipatuhi… Baik, kalo kamu udah ngerti… aku keluar dulu… em… cari udara seger…”
Ben pun keluar dengan tak lupa mengunci pintu dibelakangnya. Sementara Rere seperti tidak memerdulikannya lagi. Hatinya sekarang hampa. Semenjak melihat video itu, dia merasa masa depannya sudah tidak cerah lagi. Seperti Ben benar-benar sudah memegang ‘kartu’nya. Rere tidak bisa berkutik lagi. Apakah dia harus pasrah? Tetapi Rere merasa tidak mau pasrah. Melawan? Apakah Ben benar-benar akan menyebarluaskan video itu? Rasanya dia ingin mati saja. Cekikan tadi rasanya seperti suatu titik terang meninggalkan masalahnya menuju dunia lain. Cekikan tadi sepertinya obat dan solusi untuk masalah berat yang ditanggungnya sekarang. Cekikan tadi, memang tidak diharapkan Rere, tetapi dia tidak akan menolak lagi melihat masa depannya yang sudah semakin buram di balik jeruji emas ciptaan Ben. “Albie…” rintih Rere, mata indahnya menerawang kosong menyesali perasaannya sendiri. Kenapa, bahkan sebelum ini dia pernah tidak memikirkan apapun tentang laki-laki. Dan seolah semuanya jelas pangkal permasalahan yang didapatnya sekarang berawal dari perasaannya terhadap seseorang.
***
Entah sudah berapa lama Rere berdiskusi dengan dirinya sendiri sampai akhirnya dia tertidur dengan membiarkan air matanya mengering sendiri di pelipis kirinya. Seakan tidurnya menjadi nyenyak. Mungkin karena kelelahan sampai dia benar-benar terlelap. Tetapi sesuatu mengganggu tidurnya. Tawa manja seorang wanita, tidak! Beberapa wanita, mungkin 2 atau 3 wanita. Rere melawan rasa kantuk dalam dirinya dan membuka paksa matanya.
Segala sesuatu sudah redup dan remang di dalam kamar. Rere mencoba membelalakkan matanya, mencoba mempercayai penglihatannya. “Apa ini….” katanya pelan ketika 2 orang gadis manis sekarang berada di atas ranjang di sebelahnya. Mereka bermain-main dengan tubuh mereka yang terlanjang satu sama lainnya, seolah menikmati dan saling mengagumi masing-masing detail dari bentuk tubuh mereka. Tampaknya kedua gadis itu tidak memperhatikan dan menyadari bahwa Rere sudah terbangun. Mereka tetap dengan nafsu saling memeluk, mencium dan menggigit-gigit kecil merangsang pasangannya. Rere melihat kedua gadis itu benar-benar menikmati permainan mereka, tubuh bugil mereka seakan kebal dengan dinginnya AC yang meniupi ruangan tersebut. Rere merasa –meskipun dia wanita– dia menganggap mereka semua cantik. Walaupun dalam gelap, Rere bisa melihat bahwa mereka semua sangat mempesona dengan kulit putih dan bersih yang terawat. Diperhatikannya seseorang dari mereka yang berambut ombak sebahu, berwajah oval dengan mata indahnya yang bulat kecil, bibirnya yang ranum terbelah sekarang sedang menciumi puting lawan wanitanya, menelusuri setiap inci kulit buah dadanya dengan lidahnya. Sementara menurut Rere, gadis yang dirangsang juga tidak kalah menariknya, dia sungguh manis dengan postur tubuh langsing tetapi berbuah dada besar yang Rere tafsir berukuran 36A, hidung mancung dengan rambut panjangnya yang lurus hitam yang memejamkan matanya menikmati rangsangan dari si rambut ombak sambil terus memegangi dan membenamkan kepala seseorang di kemaluannya. Rere bisa mendengar tawa manja gadis itu sekarang diiringi erangan yang sangat nikmat.
Rere sungguh tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Dia berpikir bagaimana mereka bisa menikmati semua itu dan tidak menghiraukan dan menyadari bahwa orang lain juga sedang berada di ruangan yang sama. Spontan Rere mengangkat tubuhnya sendiri, berusaha menghindar dan berharap tidak mengganggu permainan mereka. Mungkin belum terlambat untuk membuat dirinya tidak terlihat oleh mereka dan dia bisa diam di salah satu sudut ruangan. Tetapi entah kenapa perhatiannya tidak lepas dari kedua wanita yang sekarang sedang bermain cinta di atas tempat tidurnya. “siapa mereka..“ katanya dalam hati. Dan tiba-tiba, matanya terfokus ke seseorang yang sedang membenamkan wajahnya di kemaluan si rambut lurus.
Tidak salah lagi. Itu Ben yang mengoral si rambut lurus. Meskipun ruangan remang, Rere bisa mengenali profil siluet tubuh laki-laki yang hampir 3 hari ini selalu bersamanya setiap hari. Saat itu juga, Rere tau dia seharusnya tidak berada di ruangan ini. Dia tidak mau hal yang tidak diinginkan terjadi. “Shit!!..“ katanya dalam hati. Kenapa tadi dia harus bangun, kenapa dia tadi tidak pura-pura tidur saja dan pura-pura tidak merasakan dan mendengar rintihan-rintihan dan tawa manja dari kedua gadis tersebut.
Dengan sangat hati-hati Rere mengendap ke belakang. Mungkin Ben tidak akan menyadari kalau dirinya bangun dan berharap Ben akan menghiraukannya.
“Hallo say… dah bangun ya…“ rencana Rere tidak berhasil. Ben sudah mengetahui Rere sudah terjaga dari tidurnya. Sedetik kemudian Ben sudah berada di hadapannya.
“Eeeng…“ kata Rere kaku.
“Aku tadi jalan-jalan say… cari angin… “ Rere benci nada suara Ben. Nada itu sama seperti nada bicaranya ketika kali pertama bertemu Ben.
“Trus aku kenalan sama mereka…“ lanjut Ben sambil mengerling genit tersenyum kepada kedua gadis yang masih saja tetap berbugil ria di ranjang, menanti Ben sambil merangsang diri mereka masing-masing. Seolah mereka tidak sabar menunggu jeda yang sangat mengganggu aktivitas seksual mereka tadi.
“Aku ngobrol… trus curhat sama mereka kalo aku lagi berantem sama kamu…“ masih lanjut Ben sambil memainkan telunjuknya di lengan Rere yang sekarang merasa risih sekali. Rere menangkap tidak ada rasa menyesal sama sekali yang ditunjukkan Ben, dia masih tetap tersenyum. Senyum sinis yang dingin yang sudah dikenal Rere. Lalu tiba-tiba, gadis si rambut lurus datang menghampiri Ben, dengan manja dan erotis memeluk Ben, meletakan lidahnya disepanjang leher Ben sambil memainkan mata nakalnya ke arah Rere.
“Mereka bilang bisa bantu aku… bisa ngehibur aku…“
“Ok… kalo gitu…“ potong Rere, “Gue gak akan ganggu…“ Rere menunduk siap-siap untuk pergi. Tetapi ketika dia akan berjalan ke sudut ruangan, Rere merasakan tangan Ben sudah memegang pergelangan tangannya. Menariknya kepelukan Ben dan memeluknya dengan mesra. Gadis si rambut lurus menatap Rere dari belakang bahu Ben dengan penuh makna. Rere tidak bisa mnegenali tatapan itu, marahkah atau haus penuh nafsu. Tetapi si rambut lurus tersenyum penuh arti kepadanya. Rere berusaha menghindari pelukan Ben yang meskipun terlihat mesra bergairah, rangkulan Ben di sekitar pinggangnya sangat erat
“Ini bukan buat aku aja kok say… buat kamu juga… biar kamu tahu gimana caranya jadi erotis. Gak kaya akting kamu yang tadi…payah banget deh…“ Dengan mesra Ben menatap Rere dan mengecup lembut bibirnya. Kedua bibir mereka menyatu tanpa bisa dielak Rere. Basah dan sensasional yang pernah Rere rasakan ketika bibirnya menyentuh dan disedot oleh bibir Ben.
Entah memang karena kedua gadis bugil itu yang membuat suasana menjadi panas atau memang hal lain, Rere merasakan kecupan Ben kali ini benar-benar penuh nafsu. Dia tidak bisa mengenali siapa yang lebih menikmati kehadiran dua gadis panas tersebut. Ben atau dirinya. Tetapi ciuman Ben di bibirnya benar-benar membuatnya ingin dan ingin terus menikmati bibir Ben yang sekarang terlihat sangat sexy membuat nafsu Rere bangkit tak sengaja. Rere berusaha keras menolak perasaannya sendiri. Tetapi entah kenapa ciuman itu betul-betul membuatnya melayang-layang.
Sekarang, segala sesuatunya membuat Rere terbang. Ciuman Ben yang maut membuat semua penolakan atas pelukan Ben menjadi kendur. Rere merasakan dirinya sekarang pasrah dalam pelukan Ben. Dan yang membuatnya tak habis pikir, dia ’membalas’ kecupan dan permainan lidah Ben di dalam mulutnya.
Sementara Ben sendiri sekarang merasa bahwa ruangan itu menjadi sangat indah. Dia melihat Rere sepertinya sudah terlena. Dengan senyum kemenangan Ben mencumbui Rere. Bahkan dilihatnya gadis itu memejamkan kedua matanya dan membalas pelukannya. “Mimpi apa gue semalam“ katanya dalam hati. Bahkan Ben merasakan Rere terus memejamkan matanya dan terus menciumi bibirnya ketika dia tidak lagi menggerakkan bibirnya di bibir Rere.
“Re…“ kata Ben pelan-pelan mencoba menyadarkan Rere. “Kenalin dulu temen aku nih say…“ masih dengan nada pelan, Ben menambahkan kesan lembut di setiap kata-katanya.
Dilihatnya Rere mulai menghentikan ciumannya dan membuka matanya. Selama sepersekian detik tampaknya Ben menyadari bahwa Rere sudah setengah sadar dan menyadari tindakannya tadi. Bahkan dalam ruangan gelap, Ben bisa melihat semburat merah merona di pipi Rere. Akhirnya Ben beranjak ke sudut ruangan, menekan tombol listrik di sana dan menerangkan seluruh ruangan.
“Ini Tania… “ ketika kembali ke posisi semula, Ben memperkenalkan gadis si rambut lurus di belakangnya yang masih saja menjadi penonton setia sambil memeluk lagi dan menciumi Ben dari belakang. “Yang di sana namanya Niken…“ katanya kemudian sambil menunjuk ke arah gadis berambut ombak. Rere pun spontan menoleh ke arah gadis yang dimaksud. Niken, begitu kata Ben yang ternyata sedari tadi merangsang dirinya sendiri dengan meremasi buah dadanya yang berukuran luar biasa. Gadis yang bernama Niken pun dengan tidak menghentikan aktivitasnya, melambai ke arah Ben dan tersenyum menatap Rere.
Rere tidak tahu harus berbuat apa. Ini kali pertamanya dia dalam posisi yang ganjil seperti ini. Sementara nafsunya yang tadi tertunda sempat membuatnya malu dan senewen. Dia juga tidak berani menatap Ben, akhirnya Rere hanya menundukkan kepalanya saja seakan jari-jari kakinya sekarang menjadi sangat menarik untuk diperhatikan.
Entah berapa lama keadaan kaku tersebut berlangsung, sampai akhirnya Rere melihat Tania sekarang menjatuhkan dirinya di kaki Rere, menatap Rere dari bawah sana dengan mesra dan nafsu, menjilati kedua betis Rere. Rere merasa saat itu sangat risih sekali untuknya. Tetapi dia tidak berani untuk menarik kakinya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya dia menghindar. Jilatan-jilatan tania di kedua betisnya sungguh sangat erotis. Sekarang jilatan-jilatan itu merambah ke atas ke kedua paha Rere. Rere merasakan kedua buah dada Tania sekarang digesek-gesekan di kakinya. Sungguh sensasi yang aneh menurut Rere.
Sementara Rere tidak tahu harus berbuat apa, Ben dengan lembut mulai kembali mencium bibirnya. Rere mengerti kalau Ben berusaha mencairkan suasana. Bingung dengan suasana hatinya sendiri atau memang sudah waktunya, Rere kembali membalas ciuman Ben. Mereka berpagut sungguh mesra. Ben pun mulai membuka pakaian Rere satu persatu. Sampai akhirnya Rere sekarang sudah telanjang, memperlihatkan buah dadanya yang sangat ranum dan kemaluannya, sama seperti Tania dan Niken.
Di bawah sana, Tania semakin gencar memberikan serangan di kedua kaki Rere, dengan berusaha mengerti, Ben merubah posisinya, dia sekarang memeluk dan meremasi buah dada Rere dari belakang sambil terus menciumi bibir dan leher Rere memberi kesempatan dan ruang gerak pada Tania sehingga Tania dengan leluasa menikmati kaki Rere.
Rere saat itu mulai semakin menjauh dari alam sadarnya. Dia terbuai ke alam di mana Ben sangat memegang peran atas tubuhnya, dan juga gadis asing di kamar sekapannya. Rere sekarang merasa remasan-remasan Ben di kedua buah dadanya sekarang sungguh nikmat dan membuat tingkat rangsangnya menjadi tinggi. Sementara tangan Tania di kakinya sekarang membuka kedua kakinya membuat bukit kemaluannya membuka menunjukkan bentuk kemaluan Rere yang sangat dikagumi Ben. Dengan tidak merasa jijik sama sekali Tania menjilati kemaluan Rere. Menelusuri setiap inci bibir kemaluannya dan menusukkan lidahnya ke dalam lubang rahimnya. Entah apa yang dirasakan Tania, tetapi Rere merasa sekarang dia melayang makin tinggi.
Ben semakin bergairah, dia tidak henti-hentinya memperhatikan reaksi dan ekspresi wajah Rere ketika dia sudah terangsang berat. Bahkan didengarnya Rere sudah mendesah pelan. Buat Ben, ini adalah hal baru. Dia tidak pernah melihat Rere sungguh-sungguh menikmati permainan ini. Hal ini juga membuat adik kecilnya yang sedari tadi memang sudah menggeliat bangun, sekarang sudah tegak bangun berdiri berusaha mencari kesempatan untuk bergabung dengan mereka bertiga. Ben melihat bahwa sekarang permainan sudah didominasi oleh hawa nafsu yang membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dan juga untuk pertama kalinya, mendengar Rere sekarang mendesah keras ketika Tania yang sekarang membenamkan kepalanya di kemaluan Rere menggerakan kepalanya di sana seakan ingin mengobrak-abrik segala sesuatu di dalamnya. Ben berusaha keras untuk memegangi Rere, dia tahu, kalu dia sekarang tidak berada di belakang Rere, pasti Rere akan jatuh ke lantai kehilangan keseimbangan. Ben masih tetap terus berusaha agar Rere tetap berdiri dan terus menimatinya. Ben berfikir, dia sudah cukup merasa seperti seseorang yang sangat beruntung dengan ketiga gadis ini di dalam kamarnya. Ben pun kembali merangsang Rere dengan menciumi leher dan bibir Rere sambil meremasi kedua buah dada Rere.
Tetapi tiba-tiba, Ben merasa seseorang merebut bibir Rere dari pagutannya. Ingin marah rasanya ketika dia sedang menikmati bibir gadis dalam pelukannya. Tetapi ketika dilihatnya bahwa Niken yang melakukannya dan melihat Niken yang sekarang mulai ikut bergabung dan mengambil bagian dalam kegiatan ini mulai mencium bibir Rere, Ben mengurungkan niat marahnya. Dia semakin bergairah melihat ciuman panas antara Rere dan Niken. Sungguh bukan pemandangan yang biasa buat Ben. Akhirnya Ben hanya bisa puas –dan memang puas– menikmati segala sesuatu yang ada di depannya.
Sementara Rere sendiri, merasa agak terkejut ketika Niken dengan rakus melahap bibirnya. Dia sebenarnya juga menikmati pergelutannya dengan Ben. Tetapi entah apa yang telah merasukinya, dia merasa semua permainan ini sangat dinikmatinya. Kewalahan menghadapi Niken dan Tania, Rere berusaha untuk tidak hanya menerima. Dia mencoba untuk tetap berkonsentrasi terhadap Ben yang masih saja menciumi belakangnya sementara di bawah sana, Tania seolah tidak puas-puasnya dengan bukit kemaluan Rere, sekarang perasaan Rere sungguh tak karuan ketika Tania memasukkan kedua jari telunjuk dan tengahnya ke dalam lubang rahimnya dan mengocoknya di sana. Dia pun tidak menolak ketika Niken meraba dan meremas buah dada menggeser tangan Ben. Rere juga tidak memperdulikan perasaan Ben ketika tangan dan bibirnya digusur oleh Niken dari depan, tetapi dia sadar ketika batang kemaluan Ben yang sedari tadi meraba-raba bongkahan pantatnya sekarang mencoba merayap masuk kecelah-celah lubang duburnya.
Rere tahu bahwa Ben mencoba untuk menganalnya. Hatinya sekarang sedang dilanda dilema. Dia tidak mau di anal oleh Ben, tetapi dia juga tidak mau menghentikan kenikmatan surga dunia ini. Selagi berpikir ternyata tubuh Rere bergerak refleks memberikan keleluasaan kepada kemaluan Ben untuk memasuki lubang belakangnya. Dalam beberapa saat Ben sudah berpenetrasi ke dalam lubang duburnya. Mendiaminya sebentar dan menariknya maju mundur di dalam lubang belakang Rere.
“Ach… sshh… Ben… mmmhhfff… hakit… aacchhh…Ben…“ Rere meracau keras. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa menikmati semua, yang pasti Rere merasa, rasa nikmat yang diberikan kedua gadis itu mengalahkan rasa sakit yang bersarang di lubang belakangnya.
Tania merayap ke atas dan mulai menjilati buah dada Rere tanpa melepaskan kocokan kedua jarinya di dalam kemaluan Rere. Bahkan ketika lidah Tania menggelitik putingnya, Rere merasakan sensasi yang sangat asing dalam dirinya. Malu, geli, risih, nikmat, enak semua menjadi satu. Juga manakala gesekan-gesekan Ben di dalam lubang duburnya lama kelamaan berubah menjadi nikmat dan menggetarkan seluruh pikirannya, akhirnya Rere benar-benar jatuh dalam buaian kenikmatan permainan ini. Rere merasa bahwa sekarang tanpa pelukan Ben di tubuhnya dia merasa kosong dan hampa. Rere pun sudah tidak lagi menahan kuasa untuk memeluk Ben dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ben yang masih di belakangnya. Hal ini semakin membuat posisi Rere menguntungkan Tania karena dengan demikian buah dada Rere semakin membusung ke depan membuat Tania lebih lahap mencumbuinya. Dan juga membuat Ben semakin bersemangat memompa tubuh Rere karena permainan “dua arah“ sedang berlangsung di hadapannya. Geliat monster lain sekarang bangkit di dalam perut Ben. Monster yang sudah lama ingin bangkit, akhirnya setelah sekian lama bangkit dan merasakan permainan cinta antara tuannya dengan wanita yang disukai tuannya.
“ya… Re… kamu hebat banget sekarang…say…kamu nikmatin aja ya… uggh… ssshhh… tutup aja mata kamu… nikmatin semuanya… ya… sshhh… mmmffhh…“ demikian yang keluar dari mulut Ben sebelum tiba-tiba Tania mencium Ben dari depan. Ben pun langsung merespon Tania dan memainkan lidahnya di dalam mulut gadis itu. “Sungguh seandainya ini mimpi, gue gak mau bangun-bangun lagi…“ kata Ben dalam hati.
Sekali lagi Rere merasakan sesuatu yang sungguh di luar pengetahuannya. Rasa nikmat yang begitu asing, membuat seluruh energinya berpusat di selangkangannya, menekan perutnya dan memuntahkan cairan yang mengalir keluar dari sela-sela kemaluannya. Serasa seluruh tenaga itu ikut terkuras habis seiring mengalirnya cairan itu.
“Say… pacar kamu keluar nih…“ Rere mendengar Tania menghentikan ciumannya dan berbicara lebih kepada Ben yang tanpa lelah masih menggenjot dubur Rere dari belakang. Rupanya dia merasakan bahwa kemaluan yang sedari tadi dikocok-kocoknya sudah mencapai puncaknya. Sedetik setelah Tania selesai bicara, Rere merasa tangan seseorang menarik wajahnya ke belakang dan langsung saja bibirnya di lumat dahsyat oleh Ben. Rere pun tak kuasa menolak ciuman itu.
Sambil berciuman, Ben melepaskan batang kejantanannya dari lubang dubur Rere. Niken yang mengetahui hal itu segera saja mengoral batang Ben dengan rakusnya. Rere tidak mengerti, apakah hal itu nikmat untuknya. Tetapi dia tidak mau berlama-lama menghiraukan itu, Rere berusaha untuk terus mengumpulkan kesadarannya setelah merasakan rasa lelah yang teramat sangat saat ’keluar’ tadi. Rere merasa kenikmatan yang tinggi tadi ingin sekali direngguhnya kembali. Maka Rere dengan egois merebut Ben dari sisi Niken, memutar badannya dan memeluk Ben dari depan, mengalungkan lengannya di leher Ben dan merespon panas lumatan-lumatan Ben di bibirnya, memainkan dan membalas semua perlakuan lidah Ben di dalam mulutnya. Rere merasa bahwa dia memang sudah hilang kesadaran sampai-sampai dia merasakan kehilangan yang sangat besar tanpa batang kemaluan Ben di rongga kewanitaannya.
Nampaknya Ben pun mengerti akan isi hati Rere, dia pun langsung menuntun, membawa dan merebahkan Rere di ranjang, seolah ini adalah malam pertamanya dengan Rere, tidak menghiraukan kedua gadis lain yang ada di ruangan itu.
Sementara Rere merasa Ben sungguh tampan saat itu. Senyum Ben yang selalu tersungging saat itu sekarang tidak di anggap ’sinis’ olehnya, bahkan senyum itu seakan sungguh-sungguh melegakan tenggorokannya dari haus yang berkepanjangannya. Rere pun langsung membuka kedua kakinya ketika dilihatnya wajah Ben sudah mendekati kemaluannya. Yang langsung di lahap dan di stimulasi Ben dengan rakus. Rere kembali terbang ke awang-awang. Bahkan ketika tidak ada dua gadis lain merangsangnya di sisinya, dia merasa awan yang indah dan sejuk sekarang berada di dekatnya menyejukan dirinya walaupun peluh keringatnya bercucuran. Ben masih terus saja menjilati dan menggigit kecil daging kecil di antara bibir kemaluannya.
“Aacchhh… ssshhh… Ben…!!“racaunya ketika dia merasa Ben menghisap daging klitnya kuat-kuat. Juga ketika Ben bangkit dan bersiap-siap untuk berpenetrasi, Rere kembali melebarkan kakinya serasa menanti saat-saat itu. Dan ketika batang kejantanan Ben sudah ada di dalam tubuhnya, Rere merasakan rasa lega yang luar biasa. Nikmat yang sungguh dirindukannya. Apalagi ketika Ben menatap matanya saat dia menggerakkan batangnya di dalam tubuh Rere, serasa tatapan mata Ben adalah tatapan mata yang sangat intim yang pernah didapatnya.
Entah perasaan apa yang sedang dialami Rere saat ini, tetapi lagi-lagi dia merasakan perasaan aneh ketika Niken dan Tania datang mendekati Ben dan meletakan tubuhnya di masing-masing sisi Ben. Rere melihat mereka berdua mencumbu Ben yang sedang bercinta dengannya. Ciuman Niken yang dahsyat sekarang mendarat di bibir Ben sementara Tania menjilat ganas telinga dan leher Ben di sisi lainnya. Dan perasaan yang nikmat tadi kembali menghampirinya. Dia yakin bahwa cairan apalah itu yang ada dalam dirinya sekarang sudah bersiap-siap untuk meletus lagi. Rere pun menahan nafasnya, berkonsentrasi dengan setiap denyut yang berkontraksi di dinding-dinding kemaluannya, sungguh hal yang sangat nikmat luar biasa, Rere pun mengeluarkan cairannya lagi.
Ben mengetahui bahwa Rere sudah orgsame untuk yang kedua kali setelah jepitan yang amat kuat mengurut batangnya, dia pun juga tidak bisa membendung spermanya lagi. Spontan Ben melepaskan segala pergelutannya dengan Tania dan Niken, memeluk erat Rere yang berbaring lemah dihadapannya, menciumi lehernya dan berkonsentrasi mendengar desahan panas Rere dalam setiap derik-derik tempat tidur yang bergoyang akibat dorongan-dorongannya, Ben mendorong dengan sekuat tenaga berusaha menanamkan batang kejantanannya lebih dalam dan membenamkannya di sana. Ben pun berejakulasi di dalam rahim Rere.
Peluh keringat mereka bercampur baur. Rere merasa tenaganya terkuras habis bersamaan dengan masuknya sperma Ben di dalam rahimnya. Dia pun juga tidak punya kekuatan lagi untuk membalas ciuman Ben yang sekarang menempel di bibirnya.
“Kamu hebat banget say…“ kata Ben penuh sayang, “Aku mau lanjutin lagi tapi takut kamu nanti pingsan…“ “Kamu istirahat aja ya… aku bersihin badan dulu…“ “Nanti aku cari makanan… kamu pasti laper… ya kan?“ “Masalah yang tadi, kita bahas besok aja ya…“ Ben menyudahi kata-katanya dengan mengecup kening Rere. Sedetik kemudian, Ben beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi diikuti Niken dan Tania. Rere melihat mereka bertiga memasuki kamar mandi dengan mesranya.
Bahkan Rere tidak bisa memaksa otaknya untuk berpikir apa yang baru saja terjadi. Kenapa dia bisa hilang kendali? Obat perangsang? Dia bahkan tidak minum apa-apa sebelum tidur tadi. Tetapi kenapa? Bagaimana nikmat seksual yang tadi dirasakannya baru didapatkannya sekarang? Pikiran itu berkecamuk di dalam otaknya yang buntu. Rere juga kembali meng-compare permainan cinta antara dirinya dengan Albie atau permainan cinta yang barusan. Dia tidak bisa memprediksi, apakah dia menginginkan perasaan nikmat yang seperti tadi lagi atau tidak. “Lapar…“ perutnya mengingatkannya, “Tapi nanti Ben mau cari makanan…“ katanya membalas dirinya sendiri mengingat kata-kata Ben sebelum pergi ke kamar mandi. Kapan dia akan keluar dari kamar mandi? Rere berpikir ketika didengarnya desahan penuh kenikmatan bergaung dari dalam kamar mandi. Apa yang sedang mereka lakukan?
Ah, dia terlalu lelah untuk perduli. Mungkin dia akan istirahat sebentar sebelum Ben membangunkannya nanti untuk makan. Dan besok, dengan adanya kejadian tadi, mungkin Rere akan bisa melunakkan sedikit kekerasan hati Ben dan membicarakan kesepakatan untuk kembali ke sekolah lagi. “I miss school…“ celotehnya, senyum lebar berkembang manakala dia mengingat bahwa akan ada kesempatan untuk bertemu teman-teman sekolahnya lagi.
Tamat

istriku menikmati,aku dan temanku



berumah tangga dan kehidupan kami baik-baik saja. Aku sendiri berusia 10 tahun lebih tua dari pada istriku yang saat ini berusia 30 tahun dan sudah beranak seorang berusia 7 tahun. Walaupun sudah beranak, tetapi istriku tetap mempunyai wajah yang cantik dan bentuk tubuh yang indah sebab sering senam dan merawat wajah, rambut ke salon dan juga karena anaknya dulu minum susu kaleng sehingga bentuk buah dadanya yang besar itu tetap indah dan masih kencang serta kenyal. Juga lubang vaginanya saat habis melahirkan langsung dijahit sehingga lubangnya kembali seperti saat masih perawan. Jadi hubungan seks kami tetap indah.

Suatu hari di tahun 1995, kami diajak sebelah tetangga untuk nonton blue film karena baru beli laser disc. Kami dan suami istri tetangga nonton film itu yang cukup seram karena ada seorang wanita bule disetubuhi oleh dua orang Negro, mereka bergantian memasukkan penisnya yang seorang ke vaginanya dan yang seorang ke mulutnya untuk dihisap. Melihat adegan itu rupanya istriku jadi naik birahinya sehingga memegang tanganku erat-erat dan berbisik,
"Waah rupanya nikmat sekaligus lubang atas dan bawah kemasukkan penis." Kutanya pelan-pelan,
"Apakah kamu kepingin adegan begitu?" Istriku dengan malu-malu menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai memutar laser disc, kami segera pulang dan karena nafsu birahi kami sudah memuncak segera kami puaskan dengan bersetubuh malam itu. Sambil bersetubuh, aku tanya lagi kepadanya, "Mi, apakah kamu kepingin disetubuhi sekaligus dengan dua laki-laki?" Istriku memandangiku sambil malu-malu manggut-manggut kepalanya. Kutanya lagi, "Kalau lakinya dua, satunya kamu ingin dengan siapa?" Istriku menjawab, "Terserah sama Papi saja." Aku teringat punya dua teman baik sejak sekolah di SMA, yaitu Lud seorang anak turunan Ambon dengan Belanda dan Tono seorang Cina seperti kami. Lalu kutanya lagi, "Kalau Lud atau Tono mau?" Dia menggangguk juga. Lalu kujelaskan lagi, "Mami senang yang penisnya besar, lebih besar dari kupunya atau yang kira-kira sama?"

Istriku menjawab, "Enak yang besar saja, seperti di film tadi."
"Oh kalau gitu ya si Lud saja sebab dia punya panjang dan besar."

Memang kita dulu pernah mandi sama-sama bertiga saat masih sekolah ternyata Lud punya penis dalam keadaan mati saja besar dan panjang hanya warnanya agak hitam lalu bulu kemaluannya juga banyak sampai menyambung ke bawah pusar juga dadanya penuh dengan bulu maklum orang Ambon. Besok paginya segera kuinterlokal Lud yang ada di Jakarta dan kuceritakan maksudku, ternyata Lud menyambut dengan antusias dan sanggup datang besok sore sebab hari Sabtu kantor di Jakarta tutup. Aku kemudian booking motel yang terdiri dari 2 ka-mar dan sebuah ruang tamu dan TV.

Hari Sabtu sore aku menjemput Lud di airport bersama istriku, setelah menitipkan anak pada pembantu. Istriku sudah siap membawa tas dengan membawa perlengkapan baju tidur segala, saat itu istriku memakai rok panjang warna coklat tapi bagian atas terbuka sampai dada hanya memakai baju tipis (modelnya Yuni Sara) dengan bagian bawah ada belahannya agak tinggi di depannya sehingga kalau jalan atau duduk pahanya terlihat putih menggairahkan. Juga bagian atasnya terlihat sedikit belahan buah dadanya, karena istriku hanya memakai bra strepples tanpa tali, sehingga di airpot banyak mata laki-laki curi pandang lihat belahan buah dadanya istriku, apalagi kalau tangannya didekapkan di bawah buah dadanya maka buah dadanya semakin menyembul ke atas. Makin syuur..! Tepat pukul 17.15 pesawat Merpati dari Jakarta mendarat, dari penumpang yang turun kulihat Lud menuruni tangga pesawat dengan menenteng tas kecil. Dia memakai T-shirt dan celana jeans.

Setelah keluar pintu airport segera kusalami dia, dia menepuk-nepuk bahuku dan berkata, "Waah, nanti malam kita betul-betul ke nirwana", dengan logat Ambonnya. Kemudian dia memeluk istriku sambil mencium pipi kiri dan kanan yang mulus dan putih dari istriku. "Apa kabar Hwa?" tanyanya pada istriku. Dia kalau panggil istriku dengan Hwa. Kita berjalan menuju parkir dan naik mobil, untuk sementara dia duduk di belakang sendirian dulu sambil kita cari makan. Istriku usul makan sate kambing saja biar hot katanya. Dan usul itu kita setuju semua.

Setelah sampai motel kita segera check in, temanku sebagai tamu kuberi kamar yang besar dengan twin bed sekaligus untuk tempat bermain seks-ria nanti. Baru saja aku selesai dari kamar kecil menuju ruang TV yang bersebelahan dengan kamarnya Lud yang masih terbuka pintunya, kulihat Lud memeluk istriku dari belakang menghadap kaca rias sambil tangannya meremas-remas buah dada istriku sehingga ke-dua pentil buah dadanya yang coklat kemerah-merahan itu menyembul keluar sambil menciumi pipi istriku yang wajahnya menengadah ke wajahnya Lud. Tangannya lud yang kanan kadang-kadang terus meraba turun ke perut dan terus turun untuk disusupkan ke belahan atas dari rok istriku untuk meraba pangkal paha serta vagina istriku. Tampak istriku mulai mendesis kenikmatan serta menggeliat dengan tangan kanannya coba memijit penisnya yang masih pakai jeans itu. Adegan ini masih berlangsung beberapa saat walaupun mereka tahu aku di dekatnya. Ketika kutanya pada istriku, "Mi, nikmat ya permainannya Lud?" Istriku menjawab, "Waah, aku nggak tahan lagi Pi, habis sejak dalam mobil tadi Lud terus mempermainkan dan meremas buah dadaku terus." Memang istriku kalau buah dadanya sudah dipermainkan lalu nafsunya meroket naik, mungkin ciri khas wanita-wanita yang punya buah dada besar. Karena Lud mau mandi dulu, maka aku dan istriku yang sudah mandi dari rumah duduk di sofa menonton TV dulu.

Istriku berkata kepadaku, "Waah Pi, pertama aku dirangkul dan diciumi oleh Lud badanku rasanya merinding dan panas dingin. Habis bulu tangannya dan kumisnya begitu geli rasanya waktu menggesek tubuh dan pipiku."
"Tapi Mami bisa nafsu ya dengan Lud?" tanyaku. Istriku dengan malu manggut-manggut. Lalu dia bilang lagi,
"Kalau nanti malam Papi tidur sendirian bagaimana? Sebab katanya aku akan diajak tidur dengannya semalam."
"Nggak apa-apa, yang penting Mami bisa keturutan mendapat kepuasan", jawabku.
Memang entah kenapa perasaanku saat melihat Lud memeluk dan meremas buah dada istriku aku tidak cemburu bahkan nafsuku menjadi berkobar, apa mungkin aku punya kelainan seks pikir dalam hatiku.
"Tadi Lud bilang kalau nanti malam air maninya akan disemprotkan terus ke seluruh tubuhku dan vaginaku sampai habis. Dan lendir santanku akan dikuras sampai kering dengan penisnya", kata istriku. Aku pesan pada istriku agar satu hal yang jangan dilakukan adalah minum air maninya, walaupun nanti kalau nyemprot saat dihisap. Jadi harus diludahkan.

Beberapa saat kemudian Lud bertanya pada istriku, "Hwa, apakah kamu tak bawa pakaian tidur? Tapi kalau tak bawa ya tak apa-apa sebab nanti malam kan tak ada pakaian yang boleh menempel di tubuhmu sebab akan kuselimuti dengan tubuhku."
"Macam-macam kamu", sahut istriku. Lalu istriku masuk ke kamar untuk ganti pakaian dan sikat gigi, juga aku masuk kamar untuk lepas pakaian dan hanya pakai CD saja. Sebentar istriku sudah selesai dan keluar dengan mengenakan pakaian tidur dari bahan tipis warna pink hingga terlihat CD mininya warna merah juga branya yang mini juga dari renda warna merah juga. Melihat istriku keluar dengan pakaian yang sensual sekali, Lud geleng-geleng dan bilang, "Waah aku bisa langsung tegang lho", sambil pegang-pegang penisnya. Lalu istriku duduk di sofa sebelahku dan tangan Lud ditarik juga untuk diajak duduk di sofa juga. Sekarang istriku diapit sebelah kiri aku dan kanan oleh Lud. Tangan istriku dipegang Lud dan digosokkan ke bulunya di bawah pusar sampai menyambung ke bulu kemaluannya. "Wuuuiihh, cek... cek... cek", gumam istriku sambil menarik tangannya.
 
Sambil nonton TV tanganku dan tangannya Lud mulai bekerja. Lud menciumi pipi, telinga dan lehernya istriku sehingga kepalanya disandarkan ke bahu Lud dan menengadah untuk terus menerima ciuman-ciuman disertai permainan lidah Lud dan tangan kanannya terus mulai meraba dan meremas buah dada sebelah kanan dan naik turun ke paha istriku. Aku sendiri segera melepas kancing atas baju tidurnya dan kurogoh buah dadanya sebelah kiri untuk segera kuhisap pentilnya serta tangan kiriku meraba paha kirinya dan vaginanya bergantian dengan tangan Lud. Istriku tak tahan terus menggeliat-geliat sambil tangan kirinya memijit penisku dan tangan kanannya merogoh ke dalam celana santainya Lud untuk memegang penisnya. Adegan ini tak berlangsung lama hanya sekitar 5 menit, karena istriku tak tahan dan minta langsung ditancap dengan penis vaginanya. Lalu kita sama-sama masuk kamar, kulepas CD-ku dan ternyata Lud hanya pakai celana santai saja tanpa CD sebab begitu dilorot celananya langsung nampak penisnya.


Walaupun belum hidup penisnya cukup panjang kira-kira ada 15 cm dan besar sekali dan kepalanya sudah menongol keluar karena dia disunat, tetapi kantong pelirnya agak kecil. Kupunya panjang dan besarnya hanya kira-kira 65 persennya saja. Istriku juga sudah bugil benar, lalu dia ditarik Lud ke hadapannya dan tubuhnya agak dirapatkan ke tubuh istriku jadi buah dada istriku yang menempel agak ketat dengan dadanya yang penuh bulu. Lalu Lud berpegang pada kedua lengan Hwa dan badannya digeser-geserkan naik turun, ke kiri dan kanan sehingga bulunya menggesek ke seluruh tubuh depan Hwa juga bulu kemaluannya kulihat sempat menggesek vagina istriku, hingga istriku kenikmatan sambil memejamkan mata. Aku jadi syuur melihatnya. "Addduuuh Lud, gila benar gesekan bulu atas bawahmu itu, tak tahan vagina dan buah dadaku kena gesekannya", kata istriku.
 
Selesai itu lalu Lud tidur dan istriku diminta me-nungging agak di bawahnya sehingga mulutnya pas depan penisnya dan aku diminta mengerjakan vaginanya dengan penisku. Saat menungging kelihatan buah dada istriku menggantung bebas dan langsung saja ditangkap dengan kedua tangan Lud dan terus diremas-remas. Istriku tanpa komando langsung mencaplok penis Lud yang mulai agak tegang dan mempermainkannya dengan mulut dan lidahnya. Lubang penisku dibuka-buka dengan ujung lidahnya dan kadang-kadang dikocok naik turun dengan mulutnya sehingga Lud mengerang nikmat. Aku sendiri langsung tegang keras dan terus kuhunjamkan maju mundur ke vaginanya. Mendapat dua penis yang sekaligus mengisi lubang atas dan bawah apalagi yang satu gede sekali istriku tampak bernafsu sekali, nafasnya kelihatan terus memburu sedang vaginanya mulai keluar santannya dan kental sekali. Kulihat istriku kadang-kadang tak menghisap penis Lud tapi memepetkan buah dadanya kepenis Lud dan ditaruhnya di belahan buah dadanya dan digosok-gosok dengan buah dadanya.

Melihat itu lalu kupegang pantat istriku dan langsung kugoyangkan maju mundur sehingga sekaligus buah dadanya bisa menggosok-gosok penis Lud dan vaginanya mengocok penisku. Praktis kami laki-laki berdua diam hanya dengan goyangan pada pantatnya sudah membuat nikmat penis dua laki-laki dan kulihat vaginanya makin banyak dengan santan kental yang berwarna putih seperti susu. Aku bilang, "Waduuuh Lud, santannya Hwa mulai keluar dan kental sekali Lud". Langsung dia bilang, "Aku juga tegang banget penisku disedot-sedot dan dipermainkan lubangnya oleh Hwa, ayo kita ganti posisi." Temanku usul supaya istriku jangan capai sebab masih terus akan dikerjakan semalam suntuk, maka istriku disuruh yang tidur tapi pantatnya di ujung bawah kasur hingga kakinya bisa menapak ke lantai. Temanku nanti akan menancapkan vaginanya dari bawah sambil memegang dan membentangkan kaki istriku. Dan aku yang bertugas mengisi mulut atas dengan penisku dengan jongkok tepat di atas buah dadanya sehingga penisku tepat di hadapan mulutnya.
 
Penisku juga langsung dicaplok oleh Hwa yang sudah memuncak nafsunya, baru beberapa saat Hwa melepas penisku dan mengaduh, "aachh.... Lud!" Aku melongok ke belakang ternyata Lud masih sibuk mau memasukkan penisnya sebab belum bisa masuk, yaah karena kelewat besar bendolan kepala penisnya saat tegang banget itu kira-kira ada 5 cm diameternya. "Sulit banget An masuknya coba kuberi minyak sedikit dulu", katanya. "Masak toch padahal sudah kumasukan penisku dan sudah ada santannya lho", sahutku. Lalu temanku ambil botol kecil isi minyak dan dioleskan kepala penisnya dengan minyak lalu dia mengambil semacam longsong dari karet dengan bagian dinding luarnya penuh bulu dari karet kira-kira panjangnya 1 cm. Longsong itu lebarnya kira-kira 10 cm.

Kemudian dipakaikan ke penisnya hingga batang penisnya sebagian tertutup dengan longsong berbulu itu. "Ini supaya Hwa mendapat kenikmatan yang lebih hebat. Mau coba ya Hwa?" katanya sambil ditunjukkan ke istriku penisnya yang sudah gede dan panjang lagi hitam itu dilongsongi dengan gelang karet putih berbulu itu sehingga benar-benar menakjubkan kelihatannya. Istriku bilang, "Waah kayak apa rasanya nanti Lud, aku belum bisa membayang-kan. Tapi pokoknya habisi ya Lud air mani dan santanku!"
"Oke" sahutnya. Lalu Lud mengangkat dan mementang lagi kaki istriku dan ujung penisnya ditempelkan tepat di lubang vagina istriku yang mulai menganga itu dan disentakkan ke dalam. "aacch... Lud, masuk Lud penismu", kata istriku. Memang kepala penisnya Lud sudah masuk lalu digoyang-goyangkan keluar masuk pelan-pelan kepala penisnya supaya agak terbiasa. "Waduh Lud, Pi, rasanya seret sekali bibir vaginaku bisa merasakan bentuk penismu Lud", kata istriku sambil matanya terpejam dan menggigit bibir. Setelah itu baru dimasukkan seluruh batang penisnya yang tertutup gelang bulu itu pelan-pelan.
 
Setelah terbenam semuanya, istriku mendesis lagi, "Aduh Pi, penis Lud mentok sampai dalam kepalanya rasanya menyodok mulut rahimku. Enaaknya luar biasa dan gelinya juga hebat kena gelang bulu itu", dengan penis tetap terbenam penuh Lud mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun bergantian dengan kiri-kanan, sehingga penisnya menyapu seluruh dinding vagina istriku. Tangan istriku mulai meremas kain sprei dan minta penisku untuk dihisapnya. Penisku juga dipermainkan dengan lidah, lubangnya dibuka-buka dengan lidah, enaknya luar biasa. Aku sambil melihat ke belakang, kulihat penis Lud mulai digoyangkan keluar masuk sehingga bulu karetnya menyentuh clit-nya juga dan terlihat bulunya banyak santan istriku yang menempel. Setelah gampang masuk keluar penisnya, maka kaki istriku disuruh membuka dengan telapak kakinya manjat di pinggir kasur sehingga tangan Lud langsung meremas buah dada yang ada di bawah pantatku.

Baru 3 menit jalan adegan ini, istriku sudah mengaduh, "Aah.. aah, aku mau klimaks, Lud, Pi!" Benar juga sekejap lagi istriku tampak lemas sehingga menghisapnya kendor dan Lud berkata, "Gila An, pijatan vagina istrimu kuat sekali di penisku." Memang kalau klimaks istriku vaginanya memijit penis dengan kuat dan nikmat rasanya. Setelah agak kuat, istriku bilang, "Pi, Lud tolong semprotkan semua manimu ya, aku sudah pengin hangatnya manimu sekalian." Aku tanya pada istriku, "Mi, gimana? Mami nikmat dan puas keinginan Mami untuk merasakan 2 penis sekaligus terlaksana?"
"Ya Pi, Mami puas banget dan memang enaknya dan grengnya luar biasa sekaligus melihat, memegang dan menikmati 2 penis, apalagi ada yang gede-gede. Mami jadi kepingin terus", sahutnya. Lalu Lud sudah mulai menggenjot lagi vagina Hwa dengan penisnya dan penisku dihisap lagi sambil dibantu dikocok dengan tangan. Setelah 5 menit lagi, istriku mencapai klimaks lagi. Lalu temanku bilang, "Ayo An, sekarang kita puaskan Hwa dengan semprotan mani secara berbarengan."
 
Lud mulai menggerakan lagi keluar masuk dan kadang memutar sehingga istriku sering menggelinjang tubuhnya dan penisku mulai dihisap lagi sambil kadang-kadang dikocok dengan tangan, sedang buah dada istriku tetap menjadi bagian dari tangan Lud yang tak bosan-bosan meremas-remasnya. Makin lama Lud semakin cepat dan semakin keras meng-hunjamkan penisnya ke vagina Hwa dan mulai mendengus-dengus seperti sapi. Melihat itu akan jadi memuncak nafsuku dengan penis terus dikocok oleh istriku maka air maniku tak tertahan lagi, creet.... creet.... cret, maniku menyemprot masuk ke mulut istriku. Karena seminggu tak bersetubuh maka maniku banyak serta kental juga sehingga mulut istriku penuh dengan mani yang putih seperti cendol itu. Lalu penisku kukeluarkan dari mulutnya dan mani yang masih menetes dari lubang penisku kugeser-geserkan ke bibir istriku dan langsung ditelan semua maniku. Baru saja habis menelan maniku terdengar suara mengaduh dari temanku, "Uuuuuh.... uuuuhh.... uuuhh", sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vagina istriku. Dan tiap kali Lud mengaduh istriku pun ikut mengaduh, "aah Lud... aahh Lud... aah Lud." Jadi rupanya tiap kali semprotan mani Lud terasa sekali nikmatnya oleh istriku. Aku lalu rebah tidur sebelah istriku dan temanku juga langsung rebah menindih tubuh istriku.
 
Walaupun dengan nafas yang masih memburu tangan temanku tetap masih meremas buah dada Hwa. Kemudian tubuh Lud dipeluk erat oleh istriku dan kakinya pun dilipatkan erat-erat ke pantat Lud dengan maksud agar penisnya jangan buru-buru dicabut dari vaginanya. Kira-kira sampai 5 menit kita bertiga terdiam tanpa kata-kata hanya dengan nafas tersengal-sengal, baru kemudian aku turun menuju kamar mandi untuk cuci dan ternyata Lud dengan merangkul istriku juga ikut ke kamar mandi untuk cuci bersama. Untuk mencuci penis-penis, istriku yang bertugas karena kepunyaan Lud yang banyak belepotan santan dari mani istriku maka penisnya yang dicuci dulu. Kulihat dari vagina Hwa meleleh sedikit mani yang keluar ke pahanya dan kulihat bibir vaginanya memerah.

Istriku bilang, "Ya Pi bibir vaginaku merah? Itu gara-gara penis temanmu itu toch yang seretnya bukan main mulai dari bibir vagina sampai dinding dalam vagina seret terus, sehingga vaginaku bisa merasakan lekuk-lekuk penis Lud."
"Tapi nikmat dan nikmat toch sayang?" balas Lud. Istriku tertawa tanda setuju, sambil terus mencuci penis Lud dan kemudian penisku. Setelah itu giliran istriku vaginanya mau dicuci oleh tamanku, istriku duduk di closet dengan kaki terbuka lebar kemudian vaginanya dicuci dan jari tengahnya dimasukkan pelan-pelan untuk mengambil mani yang menempel di dalam dan ternyata ada sedikit dan ditunjukkan ke istriku. Istriku bilang,
"Wah Pi, maninya Lud ngendon dalam vaginaku nih sebab tadi semprotannya banyak dan sampai tiga kali tapi yang keluar sedikit sekali. Mungkin masuk ke rahim sebab dalam perutku masih terasa hangat dan saat nyemprot ujung lubangnya benar-benar disodokkan sampai rasanya masuk lubang rahimku. Gimana ya Pi?"
"Biarin saja lama-lama kan keluar sendiri, sekarang dikeluarkan percuma nanti malam kamu kan masih akan disemprot lagi."
"Bukan malam ini saja mungkin sampai besok pagi akan kusemprotkan sampai habis maniku ke vaginamu", sahut Lud. Istriku menjawab,
"Betul Lud, kamu biar kembali ke rumah dengan tempat yang kosong jadi manimu 2 hari ini harus dihabiskan sampai tuntas."

Setelah selesai mencuci, kita bertiga dengan berbugil ria duduk di sofa sambil makan kacang mete dan nonton TV. Temanku berkata,
"An, kamu beruntung sekali punya istri dia, walaupun sudah setengah baya dan punya anak tapi buah dadanya masih berdiri menantang tidak jatuh, juga perut dan pahanya mulus sekali tidak keriput, siapa yang tak tegang terus lihat tubuh seindah ini. Apalagi hisapannya juga yahut, kalau jadi istriku tiap hari bisa kusetubuhi minimum 2 kali! Istriku berbisik padaku,
"Sudah kesampaian keinginanku untuk melayani nafsu birahi 2 laki-laki sekaligus dan ternyata memang tambah besar nafsunya serta nikmatnya pun tambah. Oya Pi, malam ini aku tak tidur dengan Lud ya, aku akan melayani Lud untuk menyalurkan nafsu sexnya sepuas-puasnya supaya tak kecewa kalau balik ke Jakarta." Aku menjawab,
"Boleh saja, Lud malam ini Hwa biar melayani kamu supaya kamu bisa melampiaskan semua nafsu binatangmu padanya."
"Memang sejak aku makan sate kambing, aku sudah minta supaya dia malam ini dan besok pagi melayani nafsu binatangku", kata Lud.

Kemudian istriku minta tiduran, kepalanya di pangkuan Lud sedang pahanya di pangkuanku sambil tangannya memegang-megang penis Lud lalu digosokan ke pipinya dan diciuminya. Tangan Lud diletakkan di buah dada istriku sambil mengusap, meremas dan kadang menunduk untuk mengecup bibir istriku. Dia kalau mengecup sampai lama hingga istriku sampai sulit bernapas dan minta dilepas kecupannya. Sedang bagianku adalah mempermainkan clit-nya dan memasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya dan penisku sambil digesek-gesek dengan betisnya. Lud kadang-kadang memeluk tubuh istriku dan kemudian menciumi pipi dan mengecup kening dan bibir istriku dan tangan istriku pun mengusap-usap dadanya yang berbulu itu.

Kemudian Lud berkata padaku, "An, sebenarnya aku sudah lama tiap kali bertemu dengan Hwa, aku kepingin menikmati tubuhnya dan malam ini jadi kenyataan. Untuk itu malam ini istrimu kupinjam untuk menemani tidur sebab aku akan melampiaskan seluruh nafsu binatangku pada Hwa dan penisku akan kusimpan dalam vaginanya sepanjang malam. Aku akan memberikan kenikmatan dan kepuasan yang tak terkira pada Hwa."
"Boleh Lud, malam ini istriku biar melayanimu agar kamu benar-benar puas", sahutku.
"Tapi kalau nanti malam Papi butuh ya Papi ikut masuk saja sebab Mami tetap akan melayani Papi juga malam ini, untuk itu nanti pintu kamarnya biar terbuka saja jadi Papi dapat lihat dan dapat masuk ikut juga", kata istriku. Setelah itu Lud bertanya pada istriku,
"Apakah kamu sudah fit lagi untuk main?" Istriku menjawab,
"Aku selalu siap setiap saat untuk melayanimu dan Papi. Malam ini aku benar-benar sehat makin mendapat semprotan mani semakin sehat rasanya, sebab manimu tadi yang keluar hanya sedikit lainnya masih berada di dalam rasanya masih hangat di dalam perutku, Lud." Setelah itu Lud berdiri sambil membopong istriku dibawa masuk ke kamar dan ditidurkannya. Lud memanggilku untuk menemani istriku dulu karena dia akan ke toilet dulu, kesempatan itu kupakai untuk mencium dan mengecup bibirnya dan mengulangi pesanku,
"Mi jangan lupa kalau maninya lud disemprotkan ke dalam mulut hati-hati jangan sampai tertelan dan jangan mau kalau penisnya dimasukkan ke dalam lubang anusmu!"
"Iya Pi, akan kuingat terus pesan Papi", sahut istriku.
"Selamat menikmati penisnya Lud yang gede ya Mi, nanti Papi diberi ceritanya ya!" kataku. Saat itu Lud sudah balik masuk kamar dan aku duduk lagi di ruang TV sambil menonton juga mau menonton adegan permainan Lud dengan istriku karena pintu kamarnya terbuka.

Lud naik ke tempat tidur dengan posisi di atas istriku, kemudian dadanya yang penuh bulu digesek-gesekkan ke buah dada istriku sehingga istriku menggelinjang kegelian dan terus digesekkan ke bawah yaitu perut, dan vaginanya. Setelah itu Lud naik lagi lalu mulai menciumi kening hidung dan pipi dari istriku lalu mencium telinga istriku dengan mengeluarkan lidahnya untuk mengorek lubang telinga istriku sampai istriku meronta karena geli dan tangan istriku segera meraih penisnya yang selama ini menggelantung dan ujungnya menggesek-gesek paha istriku. Segera dipijit-pijitnya penis Lud dan kadang-kadang dikocok juga serta kantung buah pelirnya diremas-remas juga. Hal itu membuat Lud lebih ganas dia segera mencucupi puting buah dada istriku sambil tangannya meremas-remas buah dadanya dengan harapan ada air susu yang keluar.

Tapi walaupun buah dada istriku montok tak keluar air susunya kalau diperas. Penisnya dipermainkan oleh istriku tampak tegang dan panjang banget, lalu Lud mengambil posisi gaya 69, hingga mulutnya pas di vagina dan penisnya tepat di wajah istriku. Keduanya yang langsung beraksi, penisnya yang gede segera dijilati dan dilumat dengan lidah seluruh bagian kepalanya yang nampak gempel besar itu sambil batang penisnya dipijit terus oleh istriku dan dia terus mencucup clit dan lubang vagina istriku. Kurang lebih 10 menit adegan ini lalu gantian Lud yang tidur dan istriku yang duduk di atas penisnya tepat dengan vaginanya. Kepala penisnya dimasukkan ke dalam vagina istriku lalu mulai diputar pantatnya sehingga penisnya berputar dengan dipegang bibir vagina istriku sedang tangan Lud tetap meremas buah dada istriku.

Kira-kira sudah 10 menit lewat mani Lud tetap belum menyemprot dan istriku juga belum klimaks, lalu oleh istriku mulai digoyang naik turun pantatnya kadang-kadang pelan kadang-kadang cepat sehingga penisnya keluar masuk vagina seperti dikocok dengan vagina. Dengan posisi ini baru 5 menit istriku klimaks dan dia diam terduduk di atas penis Lud dengan vaginanya memijit penis. Setelah fit lagi digoyang lagi sampai klimaks lagi istriku. Akhirnya istriku menarik Lud untuk duduk dan istriku tetap duduk di penisnya dan kakinya diselonjorkan di antara tubuh Lud. Lalu Lud yang ganti menggoyangkan pantat istriku maju mundur sambil kadang-kadang istriku ditidurkan ke belakang dan Lud tetap mendekapnya. Dalam waktu 15 menit dengan posisi ini istriku sudah mengerang karena klimaks sampai 2 kali.
Puas dengan posisi ini ganti istriku ditelentangkan, lalu Lud menindih istriku setelah penisnya dimasukkan semuanya ke vagina istriku, lalu pantatnya digoyang memutar sehingga bulu kemaluannya menggesek clit dan seluruh vagina istriku dan penisnya memutar di dalam lubang vagina sehingga istriku menggelinjang lagi dengan tangannya menarik lepas sprei. Sedangkan mau mengerang sulit, karena bibirnya dikecup kuat-kuat oleh Lud. Yaah, menonton itu penisku jadi tegang terus sampai kemeng rasanya, dan adegan ini berjalan cukup lama sampai kira-kira 10 menit lebih. Dan dalam waktu 10 menit itu paling tidak istriku sudah mencapai klimaks sampai 2 kali. Setelah itu kakinya yang kekar itu keduanya ditumpangkan ke kedua kaki istriku yang ramping dan indah itu lalu pantatnya digoyangkan naik turun hingga penisnya ikut juga. Dengan posisi ini penisnya betul-betul kejepit dengan bibir vagina istriku sehingga gesekannya betul-betul terasa di vagina istriku sampai istriku berulang kali menelan air liurnya dan geleng-geleng kepala saat klimaks.
Lud minta ganti posisi lagi, sekarang dia agak mengangkat pantatnya dan ganti istriku yang harus menggoyangkan pantatnya memutar hingga penis Lud diputar dengan vagina istriku. Kira-kira 5 menit lewat masih belum lepas juga maninya, padahal kalau aku yang diputar penisnya oleh istriku 5 menit langsung muncrat maniku, akhirnya malah istriku sendiri yang klimaks lagi. "Aduuh Lud... aduh Lud.... nikmatnya luar biasa aku sudah tak kuat menahannya lagi semprotkan manimu Lud", pinta istriku. Baru kemudian posisi istriku ditarik ke bawah sehingga pantatnya di pinggir kasur, kemudian Lud turun dan kaki istriku diminta mentang lebar-lebar dan diangkat tinggi lalu Lud menancapkan penisnya dari bawah dengan sedikit membungkuk agar tangannya bisa meremas buah dadanya.

Lalu mulailah ditembaknya vagina istriku dengan penisnya, pertama mulai pelan-pelan lalu tambah lama tambah keras dan cepat menembaknya sampai tiap kali ditekan pantat istriku terpental naik. Untuk itu terpaksa tangannya melepas buah dada istriku dan memegang pinggangnya supaya kalau ditembak keras vaginanya, pantatnya tak naik tapi penisnya yang deras menghunjam masuk menerobos sampai mulut rahim istriku. "Aduuh Lud... aduh Lud... nikmat banget penismu Lud, tapi aku tak kuat menahan nikmatnya Lud..., aku butuh manimu Lud dan penismu sudah makin hangat Lud", teriak istriku. Akhirnya "Huuuuh", desis Lud dan "Cruttt", maninya muncrat, "Huuuh", desis Lud lagi dan "Cruttt", maninya muncrat lagi dan setiap kali maninya muncrat istriku mengerang, "aach... sseett!" Setelah itu Lud tengkurap di tubuh istriku, "Lud tubuhku hangat rasanya kena semprotan manimu", kata istriku. Kemudian tubuh istriku diangkat naik dan Lud segera tidur di sebelahnya dengan memeluk istriku dan penisnya yang masih tegang itu dimasukkan lagi ke dalam vagina istriku dan kemudian kedua tubuh yang bugil itu diselimuti. Melihat itu walaupun penisku tegang aku tak ikut masuk sebab kupikir istriku capai apalagi vaginanya masih disumpal dengan penis Lud, jadi terpaksa aku masuk ke kamar dan tidur.

Suatu saat aku terbangun, karena terasa penisku dipijit-pijit dan ketika membuka mata ternyata istriku dengan masih dibopong di muka berpelukan oleh Lud tangan istriku memijit-mijit penisku. Ketika aku bangun, istriku bilang, "Ayo Pi jangan tidur saja Mami mau disemprot Mani lagi berdua berbarengan." Eeeh, ternyata pikiranku tadi meleset, kukira istriku yang lemah lembut itu sudah capai tadi ternyata masih ingin dikerjain berdua lagi. Aku lihat ternyata vagina istriku tetap didongkrak dengan penis Lud, jam saat itu sudah jam 1 tengah malam jadi aku sudah tidur dua jam. Kemudian istriku ditidurkan di bawahku dan langsung Lud mulai menembak vagina istriku dengan penisnya yang gede itu dan aku terpaksa bangun mendekatkan penisku ke mulut istriku untuk dihisap. Penisku terus dijilati disedot lubangnya sambil kantong penisku diremas-remas dan rambut bawah kantong penisku ditarik-tarik juga pinggiran lubang anusku dielus-elus dengan jarinya hingga aku terus bernafsu dan tegang lagi.

Memang kalau kita main bertiga ini tambah terangsang demikian juga Lud yang menembakkan penisnya semakin seru dan nafasnya mulai ngos-ngosan dan crot... crot... crot, maninya muncrat ke dalam vagina istriku, kulihat itu tak tahan juga langsung maniku kulepaskan juga dan memenuhi mulut istriku dan setelah ditelan mulutnya dibuka ditunjukan pa-daku kalau maniku sudah habis masuk. Dan Lud pun lalu menelungkup di atas istriku untuk istirahat, tapi mulutnya masih sempat menghisap-hisap pentil istriku. Lalu dia bilang,
"Waah Pi, mani Lud rupanya masuk terus ke dalam rahimku sebab tiap nyemprot tak pernah keluar lagi, apa karena vaginaku disumpal terus dengan penisnya Lud ya Pi? sebab biasanya kalau punya Papi paling 1 jam sudah mengalir keluar lagi walaupun nyemprotnya keras banget." Belum sempat kujawab, Lud bilang,
"Gila, istrimu itu minta disumpal terus vaginanya, pokoknya penisku malam ini tak boleh lepas dari vaginanya."
"Nggak Pi, Lud yang minta dulu supaya penisnya dipendam semalam suntuk dalam vaginaku, dan aku setuju", jawab istriku.

"Penisnya terasa hangat terus di vaginaku, dan kalau mulai tegang terasa mulai goyang-goyang dan semakin keras yang menyodok-nyodoknya Pi, kalau tidur walaupun sudah tidur pula penisnya tetapi kepala penisnya tetap nyantol di bibir vaginaku jadi tak mau lepas seperti Papi punya biasanya lepas sendiri kalau tidur." kata istriku. Setelah fit kembali istriku dibopong lagi dengan masih disodok vaginanya dengan penisnya dan dibawa balik ke kamar depan dan aku pun tertidur lagi karena mengantuk. Seperti biasa aku selalu bangun jam 4.30 pagi selain kebiasaan kadang-kadang penisku tegang sendiri jam-jam itu. Pagi itu penisku juga tegang lalu aku bangun dengan maksud mau naiki istriku, kumasuk ke kamarnya ternyata istriku masih tidur berpelukan dengan Lud dengan tubuh diselimuti. Aku mencoba mendekati kepala istriku dan kubelai-belai pipinya dan istriku terbangun.
Aku bilang, "Penisku tegang nih, yo tak semprotkan ke vaginamu."
Istriku berbisik, "Aduuuh Pi, penis Lud masih menancap terus dalam vaginaku kalau tak ditarik tak bisa lepas sebab nyantol kepalanya, Papie tak hisap saja ya penisnya?"
"Oke", sahutku.
Lalu istriku menengadah dan kudekatkan penisku supaya bisa masuk ke mulutnya, lalu kukocok sendiri penisku dan kugosok-gosokkan kepalanya ke bibirnya dan kadang-kadang kumasukkan dalam-dalam ke mulutnya. Karena sudah cukup lama tegangnya tak lama hanya 5 menit maniku sudah muncrat lagi ke dalam mulut istriku dan kemudian seluruh bagian kepala penisku dijilati untuk membersihkan maniku dan setelah itu baru ditelan semua maniku. Aku bertanya,
"Mami tidak nelan maninya Lud toch dan tak dimasuki lubang anusnya juga ya?"
"Tidak Pi, semua maninya Lud masuk ke dalam vaginaku dan sampai sekarang belum keluar sehingga rasanya ada sesuatu barang dalam perut yang hangat! Lalu Lud hanya mencabut penisnya kalau minta dihisap setelah itu dimasukkan kembali ke vaginaku", jawab istriku.

Kukecup bibirnya dan kubisiki, "Baik-baik ya Mi, semoga dapat kenikmatan lagi!" Lalu aku keluar kamar dan tiduran lagi. Aku terbangun lagi pukul 6 pagi langsung kupergi mandi dan kemudian duduk di sofa menonton TV. Ternyata istriku baru saja diajak bersetubuh lagi oleh Lud, karena baru saja berada di atas istriku kemudian tidur lagi dengan berangkulan lagi. Karena bosan lihat TV lalu kupergi keluar untuk lihat pemadangan alam dan jalan-jalan di taman. Kira-kira sejam kemudian aku balik ke motel dan kulihat kamarnya sudah kosong, rupanya mereka mandi berdua. Aku masuk ke kamar dan melihat di tempat tidur ada gelang karet berbulu yang dipakai dan ada cincin dari bulu buntut kuda. Aku nonton TV lagi, rupanya lama sekali mereka mandi. Kucoba mendekat ke pintu kamar mandi dan menempelkan kupingku di pintu, oh ternyata mereka main lagi dalam kamar mandi sebab terdengar rintihan istriku, "Aduuuh Lud... aduuh Lud... enaknya penismu Lud, nikmat banget Lud rasanya." Kemudian suaranya Lud, "aach... Hwa, vaginamu juga nikmat, aku kangen terus dengan vagina dan payudaramu yang kenyal ini Hwa!"

Aku balik nonton TV lagi jadinya, kira-kira 30 menit lagi mereka keluar dari kamar mandi dengan masing-masing berbalut handuk tubuhnya dan sekarang sudah pisah tidak nyantol lagi penisnya di vagina istriku. Mereka masuk ke kamar dan ganti pakaian, kulihat istriku pakai celana dalam mini warna merah dan pakai bra mini warna merah juga, lalu pakai rok bawah mini hitam dan kaos strip hitam putih tapi pendek jadi hanya sampai bawah bra saja, jadi perutnya yang langsing putih agak kelihatan dari luar. Melihat istriku pakai kaos agak ketat, Lud bilang, "Hwa, kamu jangan pakai bra saja lebih bagus karena kaosmu ketat." Istriku pertama menolak, "aah katanya mau keluar makan dan nanti mau pulang segala nggak enak kalau tak pakai BH." Lud bilang, "Kita kan hanya makan di restoran sini saja sebelum pulang, sebab nanti aku masih mau main lagi Hwa." Jadi terpaksa istriku menurut dengan melepas lagi BH mininya. Eeeehh, ternyata betul juga pendapat Lud, sebab tanpa BH pun ternyata buah dada istriku tetap tegak menantang hanya bedanya putingnya agak nampak jelas dari kaosnya dan kalau jalan ke-lihatan sedikit bergoyang-goyang buah dadanya.

Setelah semua siap kami pergi makan ke restoran hotel pukul 8.15, di sana kita lihat ada 2 pasangan lagi rupanya juga bermalam di hotel itu sebab yang cewek ada yang masih pakai pakaian tidur segala. Selesai makan kita jalan-jalan di taman sebentar sambil ngobrol-ngobrol lalu balik ke motel dan duduk untuk nonton TV. Baru beberapa menit perutku terasa sakit, terpaksa aku ke kamar mandi untuk buang air besar. Selesai buang air besar aku mau menonton TV lagi, ternyata mereka berdua sudah tak ada dan masuk ke kamar lagi. Aku melihat istriku sudah tak mengenakan kaos lagi tapi sedang memakai BH mininya, sedang Lud sedang melepas celana dan kemudian bajunya lalu dia menarik istriku dan ditidurkannya ke ranjang lalu ditindihnya lagi istriku, yaah rupanya mau main lagi mereka. Ternyata benar, rok mini istriku dilepas lalu CD mininya disingkap ke pinggir pangkal paha lalu penisnya dikeluarkan dari CD-nya dan dimasukkan ke vaginanya istriku. Jadi Lud main dengan masih pakai CD dan istriku pakai BH dan CD mini. Karena branya mini, otomatis payudara istriku mencuat keluar ketika terkena remasan tangan Lud sambil pantatnya terus menggenjot naik turun dengan cepatnya. Kira-kira hampir 10 menit terdengar istriku berteriak, "Aduuuh Lud, hangatnya manimu, lepaskan semua manimu Lud!" karena sebelumnya istriku cuma mendesis terus kenikmatan. Nampak sesaat lagi Lud jatuh menelungkup di atas istriku.

Karena sudah hampir jam 10 kubangunkan mereka, sebab Lud harus berangkat pulang dengan pesawat jam 11.00. Kuselesaikan semua rekening hotel sementara mereka berpakaian lagi. Kita langsung menuju airport tepat sampai airport pk 10.30. Lalu kita ngomong sebentar dan Lud usul, "Kalau lain kali kita main berempat dengan istriku, bagaimana?" Pertama istriku keberatan sebab aku tak boleh main dengan wanita lain. Tapi Lud menjelaskan kalau wanita itu adalah keponakannya sendiri yang kerja jadi sekretarinya dan kadang-kadang melayani tamu-tamunya yang membutuhkan hiburan. Jadi pasti bersih dan usianya masih muda baru 19 tahun, cukup seksi hanya buah dadanya agak sedikit lebih kecil dari istriku. Kalau istri dia pasti kurang ramai karena agak kerempeng dan tidak ceria, jadi aku dikhawatirkan tak bisa tegang. "Jadi bisa ramai Hwa, kita main 2 pasang dalam satu kamar pasti hot", kata Lud.

Akhirnya istriku setuju kapan-kapan main berempat, tiba-tiba istriku pergi lari-lari ke kamar mandi. Setelah pulang dari kamar mandi, aku bertanya, "Ada apa?" Dia menjawab sambil menunjukkan CD mininya yang digenggam. "Waah, maninya Lud mulai keluar, CD-ku sampai basah dan lengket jadi tak nikmat dipakai. Mungkin rokku juga basah belakangnya." Ternyata betul bagian bawah vaginanya basah, karena Lud sudah hampir check in lalu kami berdua langsung pamit pulang dulu setelah dikecup bibirnya oleh Lud. Kami segera menuju mobil dan jok tempat istriku duduk dilembari dengan kertas koran, hampir sampai di rumah istriku mengeluh lagi, "Aduh Pi, maninya keluar lagi rasanya basah dan lengket semua pahaku. Cepat dikit Pi!" Kukebut terus dan sampai di rumah mobil kuparkir di tepi jalan dan istriku turun lalu menekan bel, setelah dibuka oleh pembantuku dan segera istriku masuk ke kamar utama kita dan masuk ke kamar mandi dalam tanpa ditutup pintunya. Karena anakku sedang tidur di kamarnya, aku langsung masuk ke kamar utamaku, kulihat istriku lagi melepas rok mininya lalu duduk di closet.

Melihat aku datang, istriku bilang, "Papi sini lho, lihat Pi pahaku kena cendol maninya Lud dan itu keluar terus banyak." Kulihat paha istriku dan bulu kemaluannya basah kena mani dan dari lubang vaginanya keluar jatuh mani Lud yang seperti cendol itu. Melihat itu aku malah jadi nafsu, penisku jadi tegang, terpaksa aku melepas semua pakaianku. "Papi pasti tegang toch kalau lihat vaginaku belepotan mani begini", kata istriku sambil mulai memegang penisku. Lalu kutarik lepas kaos istriku. "BH-nya jangan dulu ya supaya Papi lebih terangsang kalau Papi mainan payudara Mami!" kata istriku. Istriku bilang kalau tadi malam sampai pagi tadi dia disemprot mani Lud sampai 7 kali, yaitu jam 8 malam saat bareng dengan saya, jam 11 malam saat main saya nonton TV, jam 1 tengah malam waktu main di kamar saya, jam 3 fajar waktu penis Lud tegang sendiri, jam 6 pagi sehabis saya nyemprot ke mulutnya, jam 8 pagi saat di dalam kamar mandi dan jam 10 pagi waktu mau pulang. "Hebatnya Lud itu sejak dari awal sampai yang terakhir semprotannya keras terus dan kental serta hangatnya dan banyaknya sama, maka dari itu rasanya penuh dalam perutku tadi sampai suatu saat kutekan perutku dan mulai keluar terus maninya", kata istriku. "Mi, kalau sudah habis cuci dulu vaginanya, aku sudah nggak tahan nih."

Istriku buru-buru mencucinya dan mengeringkan dengan handuk, lalu kuangkat dia dan kuletakkan di atas tempat tidur. Tanpa tunggu macam-macam aku segera menaiki istriku dan kutancapkan penisku ke vaginanya. "Wah Mi, vaginamu masih seret juga buat penisku, kukira jadi longgar kemasukkan penis gedenya Lud", kataku. Istriku lalu cerita, "Waktu penis Lud ditanam semalam suntuk dalam vaginaku, begitu mulai kurang tegangnya vaginaku kumulai renggangkan sehingga sampai kepalanya saja yang nyantol di bibir vaginaku dengan maksud supaya jangan sampai longgar liangnya. Apalagi Lud selalu pakai cincin bulu kuda itu kalau di dalam banget geli rasanya kalau goyang sedikit, kalau di luar kurang geli sebab yang kena cuma bibir vagina saja. Kalau mainnya Papi dan Lud sama saja, hanya Lud kalau sudah nafsu banget agak kasar mainnya, lain dengan Papi tetap semangat tapi mesra. Hanya Papi punya kalah besar dan panjangnya saja, tapi Mami mau belikan alat yang bisa buat memperbesar dan memperpanjang penis, tiap pagi nanti Mami yang melakukannya supaya punya Papi bisa jadi panjang dan besar. Memang saat Lud mau menyemprot, Mami selalu tekan pantat Mami ke atas supaya penisnya bisa amblas masuk semua sebab kalau nyemprotnya di dalam rasanya hangat, nikmat dan nikmat. Papi punya kalau nyemprotnya keras dan kebetulan maninya agak encer juga bisa langsung kena mulut rahimku jadi hangatnya nikmat Pi."

"Pi ini lho selain leher buah dadaku juga dicupang oleh Lud, tapi nanti Mami gosok dengan minyak kayu putih supaya cepat hilang", kata istiku sambil melihatkan buah dadanya yang dicupang.

Mendengar cerita istriku itu aku semakin menggebu mengangkat turunnya pantat dan segera hak BH istriku yang terletak di bagian depan itu kubuka hingga buah dadanya yang semakin kencang itu tak tertutup lagi yang sebelah kuremas dan yang sebelah kukecupi dan kugigit-gigit putingnya. "Aduuh Pi, nikmat banget Pi, aku sudah kangen dengan penisnya Papi sejak Papi minta tadi malam, masih seret ya Pi, aku masih merasakan seret gesekan penisnya Papi. Pi mau keluar ya? kok sudah anget banget pe-nisnya?" tanya istriku. Benar juga tak lama lagi creeett.... creeettt, maniku menyemprot. "Waah... maninya Papi nyemprot ke dalam, sebab semprotannya keras tapi agak encer. Bisa jadi satu dengan Lud punya nih!" kata istriku. Karena capai kami berdua tiduran tapi akhirnya tertidur juga