BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

Pijatanku pada yanti kakak iparku

Sudah lama aku mengagumi Mbak aryanti (biasa dipanggil Mbak Yanti), kakak dari suami istriku, orangnya tidak terlalu tinggi sekitar 160 cm tingginya, dengan wajah cantik alami, kuning langsat dan yang membuatku terpesona adalah buah dadanya yang begitu padat (belakangan baru aku ketahui kalau ternyata ukurannya 38C), ditambah dengan body-nya yang sintal menambah kesan seksi. Dibandingkan dengan istriku susan, dia lebih seksi dan dewasa, karena profesi dia sebagai agen yang mengharuskan dia ramah dan mudah bergaul dengan lainnya. Usianya hanya satu tahun lebih tua dari usia istriku yang 30 tahun. LAPORKAN IKLAN INI Selama ini Mbak Yanti sudah kuanggap sebagai kakak sendiri, karena dia memang selalu menjaga jarak dan bersikap anggun, sehingga aku semakin menghormatinya, meskipun di dalam hati ada hasrat liar untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Meskipun sudah menikah dan punya satu anak, tetapi postur tubuhnya masih tidak berubah, bahkan bertambah padat karena terus dilatih dengan olahraga yang teratur. Hari Sabtu itu di rumahku suasananya sepi, susan masuk kerja karena tutup buku di kantornya, sedangkan aku sendirian di rumah nonton TV, di luar hujan turun dengan derasnya disertai petir yang menggelegar. “Ding dong.., Ding dong..” bel rumahku berbunyi. “Ah, siapa sih hujan-hujan begini ngganggu orang saja..!” pikirku sambil malas mendekati pintu depan. Ternyata Mbak Yanti di luar pagar kehujanan dengan blazer-nya yang basah kuyup, segera kubuka pintu pagar dan mempersilakan dia segera masuk. “Sorry dit, aku mampir kesini, abis Mas ian (suaminya) belum pulang dari menjemput si lia (anaknya).” katanya sambil menggigil kedinginan. Tanpa menunggu jawabanku, Mbak Yanti langsung masuk dan melepas jas luarnya yang basah, sehingga terlihat baju dalamnya yang tipis dan basah, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. BH hitam kelihatan membayang di balik baju putihnya, sementara tonjolan di dadanya seolah menantang, karena baju basah itu begitu menempel di tubuhnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah yang tidak disangka-sangka dapat kusaksikan di hari itu. “Mbak Yanti mandi aja dulu dengan air hangat, biar tidak masuk angin, nanti kuambilkan bajunya si susan..” kataku setelah tersadar dari ketakjuban. Ketika Mbak Yanti mandi, kucarikan baju susan yang kira-kira cukup untuk dia dan terutama yang kelihatan seksi, atau paling tidak dapat menikmati lebih lama keindahan tubuh yang telah lama kuidamkan, apalagi perkiraanku dia pasti tidak akan memakai celana dalam dan BH-nya yang basah, sedikit banyak pasti akan segera melihat sebagaian tubuhnya yang indah. “dit.., tolong handuk dong..!” teriak Mbak Yanti dari kamar mandi. “Ah, begonya aku sampai lupa tidak menyiapkan handuk dulu..!” batinku. Sambil berlari kuambil handuk dari dalam lemari dan kuberikan ke Mbak Yanti yang sudah menunggu di pintu kamar mandi, tetapi dasar sial (atau keberuntungan), karena terburu-buru aku tidak melihat lantai licin karena tetesan air hujan dari tubuh Mbak Yanti yang basah, sehingga aku terpeleset. Akibatnya dengan tanpa dapat dikontrol lagi, tubuhku terhuyung-huyung menerobos ke pintu kamar mandi dimana Mbak Yanti sudah menunggu dalam keadaan telanjang. “Brak..!” tubuhku menabrak pintu dan menerobos masuk ke dalam tanpa dapat ditahan lagi oleh Mbak Yanti, langsung aku terduduk di lantai kamar mandi, sementara Mbak Yanti yg berdiri telanjang di depanku tertegun sampai lupa menutup sebagian tubuhnya yang sensual. Sesaat kami berdua tertegun tanpa berbuat apa-apa, akhirnya aku sadar dan memberikan handuk itu ke Mbak Yanti. “Sorry Mbak..” kataku segera menyerahkan handuk yang masih kupegang, terus keluar dari kamar mandi dengan terpincang-pincang. “Ah nggak apa-apa kok, kan kecelakaan, nggak sengaja..” katanya memaklumi peristiwa tadi. Setelah mengganti celana pendekku yang basah, di depan TV aku tidak dapat berkonsentrasi. Meskipun mataku tertuju ke layar TV, tetapi bayangan indah tubuh Mbak Yanti sungguh sangat menggoda dan terus membayang di benakku. Kemudian Mbak nining keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk yang tidak mampu menutupi seluruh tonjolan bukit di dadanya. “Ini Mbak bajunya..” kataku masih gemeteran sambil memberikan daster (lebih tepatnya baju tidur) milik susan, sambil langsung ke dapur mengambil air minum untuk menenangkan diri. Kulihat pintu kamar belakang (kamar kosong untuk keluarga kalau bermain atau menginap) gelap dan tertutup, “Ah, dia masih ganti baju, atau mungkin langsung tidur..” pikirku. Aku langsung menuju kamarku yang pintunya setengah terbuka, dan, “Aaahh..” teriak Mbak Yanti. Ternyata dia berdiri di depan kaca rias tanpa sehelai benang pun melekat di tubuh indahnya, balutan handuknya sudah dilepas, tetapi masih belum memakai daster yang kuberikan tadi. Tangannya berusaha menutupi bagian tubuhnya yang sempat ditutup, tetapi itu tidak berhasil dengan baik, sehingga aku masih dapat melihat tubuh telanjangnya untuk kedua kalinya dengan jelas, apalagi lampu kamar yang begitu terang, jauh lebih terang dari lampu kamar mandi, sehingga sangat jelas terlihat kemolekan dan keseksian tubuhnya. Sebagai laki-laki normal, langsung saja alat kejantananku bereaksi keras melihat pemandangan indah tersebut. “Sorry Mbak, aku.. aku.. kira Mbak di kamar belakang..” kataku gugup langsung keluar dan menutup pintu kamar, masih sempat kulihat dia tersenyum yang tidak dapat kuterjemahkan artinya, bingung kenapa dia di kamar utama. “dit.., tolongin Mbak dong..!” teriaknya dari dalam kamarku. Perlahan kubuka pintu kamar, takut kalau kejadian tadi terulang lagi, tetapi ternyata dia duduk di kursi di depan meja rias sambil menyisir rambutnya yang masih basah dan mengenakan baju tidur yang kubawakan tadi. “Masuk aja dit, nggak usah malu-malu..” katanya pelan dan tenang. Agak ragu aku melangkah masuk ke kamarku sendiri. Mbak Yanti berdiri mendekatiku, dan langsung memelukku, kurasakan dadanya menekan tubuhku, terasa hangat dan kenyal. “dit.., sudah lama aku menginginkan saat-saat ini, aku tahu kamu selalu berusaha mencuri pandang..” katanya lembut. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena seolah dia menangkap basah pikiranku. Kupeluk balik dia dan kuusap punggungnya. Akhirnya aku tidak dapat menahan gejolak lagi ketika tangan Mbak Yanti mulai mengusap kejantananku yang sudah menegang sejak kehadirannya dirumahku. Dengan penuh nafsu, kubuka baju tidur yang belum lama dipakainya dan kusibakkan rambutnya yang basah dan mulai kucium leher jenjangnya, kujilati kulit halusnya, sudah lama aku mendambakan kesempatan indah ini. “Aaaghh.., ss.. shh..!” desahnya sambil meremas batang kejantananku. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, tanganku mulai mengelus dan meremas payudaranya yang besar dan indah yang sudah lama kuimpikan, begitu kenyal dan padat, meskipun sudah memiliki satu anak. Kuturunkan ciumanku ke pundaknya, terus turun lagi, tetapi tiba-tiba tubuhnya merosot dan berjongkok di depanku, ditariknya celana pendek sekaligus celana dalamku ke bawah, sehingga menyembullah kejantananku yang sudah lama menegang. Sejenak dia tertegun melihat alat vitalku yang 17 cm panjangnya dan melengkung ke bawah. “dit, gede banget.., jauh lebih gede dari punya Mas ian dan lagi bentuknya aneh, pasti enak deh di dalam..” katanya sambil menengadah menatapku, dan tersenyum simpul. Sedetik kemudian dijilatinya ujungnya dan dimainkannya lidah mungil itu, menari-nari di kepala kemaluanku. Terus dijilati dari ujung hingga pangkal, kemudian turun ke kantong kemaluanku. Kuangkat kaki kananku untuk memberinya jalan supaya lebih mudah menjilati. Kemudian jilatannya naik lagi ke atas hingga akhirnya dengan agak susah dikulumnya kepala kejantananku, perlahan tetapi pasti. Akhirnya, tiga perempat batang kejantananku masuk ke dalam mulut mungilnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap kantong kemaluanku, tangan kanannya memegang dan mengocok batang kemaluanku, sementara kepala batangku masih di dalam mulutnya dengan tidak lupa digoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sungguh sensasi yang luar biasa. “Aaahh.. oosshh..” erangku sudah hampir tidak tahan. Kupegang rambutnya dan kudorong-tarik hingga kemaluanku dapat bergerak leluasa keluar masuk di mulut seksinya. Kuangkat tubuhnya dan kutelentangkan di ranjang, mulai kujilati puting di dadanya secara bergantian kiri dan kanan, kurasakan badannya menggelinjang-gelinjang keenakan. Terus jilatanku turun ke perut, lalu sampai ke pusar, dan akhirnya menyentuh rambut bawahnya sambil tanganku bermain di daerah liang kewanitaannya yang sudah basah. Lidahku mulai menjelajahi daerah kemaluannya, sengaja aku tidak langsung ke arah klitoris, tetapi berputar-putar di sekitar kemaluannya, terutama di lipatan pahanya, terus turun sampai ke lubang anus dan naik lagi, diangkatnya pinggulnya turun naik mengimbangi gerakan lidahku. “dit.. pleasse.. jangan.. goda.. aku.. begini..” desahnya sambil menarik rambutku, tetapi kata-katanya tidak kupedulikan. Kuteruskan jilatanku mulai ke arah klitoris sambil kumasukkan tanganku ke lubang kenikmatannya, satu jari.., dua jari.., dan akhirnya tiga jari dapat masuk juga. Kugerakkan jariku keluar masuk sambil menjilat klitorisnya. “Aaagghh.., sshh.., shh..” desahnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya semakin liar, seliar kilatan dan guntur di luar yang mengiri irama permainan kami. Akhirnya kuposisikan tubuhku di atasnya, kutindih tubuhnya, masih dapat kurasakan tonjolan di dadanya yang montok itu. Sementara tubuhku di atasnya, sedikit kuangkat pantatku untuk memberi jalan tangannya supaya dapat memegang kejantananku dan diusap-usapkannya ke liang senggamanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kudorong pantatku dan, “Bless..!” dan, “Aaauu..!” dia menjerit kesakitan. Badannya menegang dan tangannya mencengkeram erat lenganku, kudiamkan sejenak. Kulihat dia memejamkan matanya, kubiarkan menikmati saat-saat seperti ini. Meskipun sudah mempunyai satu anak, tetapi liang kemaluannya masih tetap kencang seperti belum pernah melahirkan. Perlahan ketegangannya mulai mengendur, pelan-pelan kutarik keluar batang kemaluanku, lalu pelan-pelan pula kumasukkan lagi, begitu seterusnya sehingga dia sudah dapat menyesuaikan iramanya, semakin lama semakin cepat kocokan batang keperkasaanku di dalam liang senggamanya, hingga semua masuk ke dalam, terasa menyentuh sesuatu di dalam, tetapi enak. “Ooosshh.. ss.., yaa.. terus.. terus.. diit..!” dia mulai mengerang dan menggelinjang semakin lama semakin tidak beraturan. Kunaikkan badanku hingga posisi jongkok bertumpu pada lutut. Aku dapat melihat ekspresi wajahnya dan goyangan buah dadanya saat kukocok keluar masuk. Kakinya mengimbangi gerakanku dengan dinaikkannya ke pinggulku, lalu terus naik ke pundakku. Sesekali dipegangnya sendiri kedua bukit di dadanya, sehingga lebih menonjol dan kelihatan lebih seksi dari biasanya. Sementara hujan di luar semakin deras, sederas keringat dan nafsu kami berdua, sampai akhirnya, “Ooogghh.., ya.. ya.. ya.. lebih cepat dit, aku mau keluar.., ya.. terus.. ya.. begitu.. yaa..!” Mbak Yanti mencengkeram tanganku dengan kuat, kurasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya. Rasanya seperti dipilin-pilin enak, aku tidak menghiraukan itu, masih terus kukocok keluar masuk meskipun dia sudah orgasme, sudah menjadi kebiasaanku kalau cewek keluar akan semakin meningkat tensi dan kocokanku. Kubalikkan badannya hingga posisi dogie style, selanjutnya kumasukkan kejantananku ke liang senggamanya yang sudah basah itu, masih terasa seperti menyentuh ke dinding rahim, kupegang pantatnya yang padat, kutarik dan kudorong maju mundur. Aku mulai mengocok Mbak Yanti lagi, meskipun sudah kelihatan lemas, tetapi masih menggairahkan. Dari belakang kuraih kedua buah dadanya yang menggelantung dan kugunakan sebagai pegangan untuk menggoyang-goyangkan badannya sambil sesekali kupilin-pilin putingnya yang kian membesar. Dari pantulan kaca rias, terlihat wajahnya yang meregang keenakan, tangannya mencengkeram pinggiran ranjang dengan kuatnya. “Sss.. terus diitt.., cepaatt.. cepaatt..!” sambil mendorongkan badannya ke arahku untuk mengimbangi gerakanku yang semakin cepat dan keras, sesekali digoyangnya ke kiri dan ke kanan menambah sensual gerakannya yang semakin lama semakin liar. Sesekali kutarik rambutnya ke belakang, semakin kujambak semakin liar gerakannya. “Ya.., truss.. diit.. trus.., Mbak.. ke.. ke.. luar.. laagii..!” desahnya sambil menggigit ujung bantal di depannya. Kembali terasa dinding kemaluannya berdenyut, tetapi itu tidak kuhiraukan, malah kupercepat irama permainan kami. Sebenarnya pada saat yang bersamaan aku hampir orgasme, tetapi kutahan sejenak dan pada saat itu dia mengrudtikan goyangannya, sehingga aku ada waktu untuk menurunkan tegangan di ujung kemaluanku. Perlahan kutarik keluar kemaluanku, dia langsung telungkup, kulihat keringat membasahi punggung dan sprei, kurebahkan diriku di sampingnya. “Kamu gila diit.., Mbak udah dua kali keluar, tapi punyamu masih tegang..” komentarnya sambil memegang dan mengocok perlahan kemaluanku yang basah oleh cairan kewanitaannya. Kemudian dia bangkit dan diarahkannya kepalanya ke kemaluanku, dikulum dan dijilatinya batang kemaluan basah itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kutarik tubuhnya dan kuposisikan dia di atasku. “dit.., aku udah nggak kuat, beri aku istirahat sebentar..!” katanya sambil tetap memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulut seksinya. Kulirik jam di dinding, sudah pukul 14:30, berarti kami sudah bermain lebih dari setengah jam, sebentar lagi susan datang (biasanya dia datang sekitar pukul 15:00 sore kalau hari Sabtu), jadi tidak ada waktu lagi untuk beristirahat, aku harus menuntaskan permainan, segera sebelum susan pulang. “Mbak.., sebentar lagi susan datang, kita selesaikan aja sekalian, ntar Mbak bisa istirahat setelah ini..” kataku. Tiba-tiba Mbak Yanti berdiri dan keluar kamar, diambilnya wireless phone dan kudengar dia bicara dengan seseorang. ” Siang.., bisa disambungkan dengan susan.. susan, adit pesan akan keluar dan kembali jam lima sore.., ada perlu dengan temannya katanya. Telpon kantormu sibuk terus, dia telpon ke rumah.. Telpon dulu, barangkali sudah datang. Atau ke rumahku.. tapi.. aku lagi ada janji sama nasabah. Mas ian ada kok.. Oke..?” sepotong-sepotong kalimatnya kudengar, tetapi dapat kutebak maknanya. Kemudian dia masuk ke kamar lagi, langsung memeluk dan menciumi leherku. “Kita aman sampai jam lima nanti..” katanya sambil tangannya mulai meremas batang kemaluanku lagi. “Mbak nakal deh..!” kataku membalas ciuman bibirnya. Tidak lama kemudian, Mbak Yanti sudah menempatkan dirinya di atasku, dengan mudahnya kemaluanku sudah terbenam semuanya ke dalam tubuhnya. Perlahan tetapi pasti, Mbak Yanti sudah mulai menggoyang pinggulnya, maju mundur, kiri kanan, berputar-putar, sementara tangannya meraba kantong kemaluanku, terasa geli dan nikmat. Aku masih diam tidak melakukan gerakan kecuali tanganku yang aktif meraba payudaranya yang kelihatan sempurna. Sesekali kupilin-pilin seperti mencari gelombang radio. Mbak Yanti merubah gerakannya menjadi turun naik, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya, terasa sekali jepitan otot kemaluannya di batang kejantananku. “Sss.., yess.. akh.. sshh..!” desahnya mengiringi gerakan tubuhnya. Beberapa saat kemudian, kurasakan remasan pada batang kemaluanku, ternyata Mbak Yanti sudah orgasme untuk ketiga kalinya, langsung tubuhnya dijatuhkannya ke tubuhku. “Sekarang giliranku..” bisikku. Kupeluk tubuh montok Mbak Yanti dengan erat, lalu pinggulku mulai turun naik melakukan kocokan ke lubang nikmatnya, nafasnya terdengar naik turun dekat telingaku. Aku tidak mempedulikan desahannya, justru menambah rangsangan bagiku, semakin dia mendesah semakin kuat genjotanku ke tubuhnya. Akhirnya ujung kemaluanku semakin menegang, dan dorongan di dalam tubuh semakin kuat untuk menyemburkan cairan panas dari kemaluanku. Beberapa saat kemudian, kubisikkan ke telinganya, “Mbak aku mau keluar..” tanpa menghentikan gerakanku. Kurasakan desakan keluar di ujung kemaluanku, dengan cepat kutarik keluar supaya spermaku tidak tumpah di dalam. Tetapi, “Jangan ditarik dit.., keluarin di dalam aja..!” katanya sambil merapatkan pinggulnya di atas pinggangku, sehingga aku tidak dapat mengeluarkan kejantananku dari dalam. Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi, dan, “Crot.. crot.. crot..” hingga 12 kali semprotan di dalam liang rahimnya. “Aaauughh..!” jeritnya ketika kusemprotkan spermaku ke dalam lubang kenikmatannya. Terasa bibir kemaluannya menyempit dan menjepit batang kejantananku ketika ujung kemaluanku itu berdenyut. Kudiamkan sesaat di dalam hingga kurasakan pijatan halus dari dinding kemaluannya, sungguh nikmat. Lalu kucabut keluar alat kejantananku yang sudah setengah lemas. Kurebahkan Mbak Yanti di ranjang, lalu kujepitkan kemaluanku yang basah di antara buah dadanya yang montok sambil perlahan kugerakkan maju mundur. Terasa geli enak karena sudah berpelumas cairan kami berdua, dan lagi buah dada Mbak nining mampu menjepit seluruh lingkaran kemaluanku, sesekali dijilatinya ujungnya dengan nakal. Kami berdua terkulai lemas, tubuh Mbak Yanti masih terkulai di atas tubuhku. Kami berdua sama-sama bersimbah peluh, dinginnya AC dan suasana hujan tidak mampu menahan gejolak diri kami. Mbak nining kemudian meraih dan mengelus-elus kejantananku. Tiba-tiba kepalanya dicondongkan dan kembali alat kejantananku yang sudah agak lemas dan basah oleh spermaku dan cairan kewanitaannya dimasukkan ke dalam mulutnya, dikulumnya, dijilatinya seperti lollypop. Sungguh aku tidak tahan diperlakukan seperti itu. Akhirnya aku menyerah karena kegelian. Jarum jam sudah menunjukkan 15:15, masih ada waktu beberapa jam sebelum istriku susan sampai di rumah. Sambil berpelukan di ranjang, pembicaraan mengarah ke hal-hal pribadi yang selama ini tidak pernah dibicarakan, hingga akhirnya, “Kamu sungguh hebat dit.., belum pernah aku diperlakukan oleh laki-laki seperti itu, apalagi dibandingkan dengan Mas ian, jauh sekali..” katanya manis. “Emang sebelumnya pernah dengan laki lain..?” tanyaku iseng, tetapi jawabannya sungguh diluar dugaan. “Iya sih, just for fun aja..” jawabnya ringan tetapi cukup mengejutkanku, dan aku penasaran seberapa jauh petualang dia dalam melakukan hubungan seks. Akhirnya dia bercerita tentang petualangan dia sebagai seorang agen eksekutif di sebuah perusahaan . Kami masih sempat main sekali lagi di bath tub kamar mandi sambil membersihkan diri. Setelah itu kami berdua duduk berpelukan sambil nonton TV di ruang tengah seperti layaknya dia istriku sambil melanjutkan cetita petualangannya. Tepat pukul 17:30, susan istriku datang. Segera Mbak nining masuk kamar belakang untuk berganti pakaian yang lebih sopan, supaya tidak mengundang kecurigaan susan. Setelah susan mandi dan berganti pakaian, kami bertiga duduk di ruang tengah sambil mengobrol dan nonton TV, seolah tidak pernah terjadi apa-apa, hingga Mas ian menjemput Mbak Yanti untuk pulang pada jam 20:00, setelah menjemput lia dari rumah kakeknya. Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya, baik di rumahnya ataupun di rumahku. Bahkan kalau ada dinas keluar kota, tidak lupa kami menyempatkan diri semalam berdua di hotel.

Tetanggaku yang menggairahkan

Tetanggaku yang menggairahkan Pеrkеnаlkаn nаmаku Dewa, ini сеritаku diѕааt аku berumur 24, Saat itu aku mulai bekerja pada sebuah perusahaan asuransi di Jakarta. Sebagai karyawan baru aku mеngоntrаk rumаh kесil, уа lumауаnlаh untuk lаjаng ѕереrti аku…аku mеmрunуаi tеtаnggа diѕеbеlаh sepasang suami istri, mеrеkа ѕudаh mеnikаh 4 tаhun tарi bеlum mеmрunуаi аnаk…еntаh mеrеkа bеlum mеrеnсаnаkаn аtаu аdа аlаѕаn lаinnуа. Tetanggaku bernama Mas angga dan istrinya bernama Mbak Fitri Dаlаm рikirаnku mungkin ѕuаminуа ѕudаh tеrlаlu tuа sehingga belum bisa menghasilkan keturunan. Kеbеtulаn rumаh tеmраt аku mеngоntrаk dеngаn tеtаnggа kаnаn kiri hаnуа dibаtаѕi ѕаtu dinding, jаdi tidаk аdа ѕрасе lаhаn уg mеmbаtаѕi, jаdi kаdаng ѕuаrа apapun dаri rumаh ѕеbеlаh tеrdеngаr kе tеmраtku. Mumрung ini hаri libur aku memutuskan untuk istirahat dirumаh saja, ѕаntаi dirumаh,ѕаmbil bukа lарtор…уа ѕереrti biаѕаlаh…iѕеng2 nоntоn bokep…ѕаking аѕiknуа аku nоntоn di kаmаr,аku ngаk ѕаdаr kаlаu ѕuаrа film уаng аku tоntоn ѕuаrаnуа аgаk kеrаѕ dаn аku рikir ngаk аkаn tеrdеngаr ѕiара2… Sеlеѕаi аku mеnоntоn аku buаt kорi,dаn аku iѕеng di tеrаѕ rumаh ѕаmbil ngорi dаn ngеrоkоk..ѕѕѕ…nikmаtnуа iѕараn..dеmi iѕараn rоkоk…dаn аku mеlirik kе ѕаmрing,tеrnуаtа tеtаnggаku mbа Maya ѕеdаng mеnуарu tеrаѕ (kаrеnа rumаh kаmi tуре kесil, jаdi jаrаk аntаrа tеrаѕ dеngаn dinding реmbаtаѕ сukuр dеkаt, ѕеhinggа kаlаu оrаng mеlоngоk lеwаt dinding аkаn kеliаtаn ruаng dаlаm rumаh ѕеbеlаhnуа), tарi аku hеrаn kоk mbа Fitri ѕаmbil mеnуарu kоk ѕеnуum ѕеnуum ѕеndiri… Aku iѕеng mеnеgur dеngаn niаt bаik ѕih…”hеhе…kоk mbа ѕеnуum2 ѕеndiri gitu ѕih…?” ”Eе…ngаk ара2…hihi…” “Kеnара mbа…(рikirku ini сеwе udаh gilа ара уа kеtаwа ѕеndiri)…?” “Eе…mааf..(ѕаmbil diа bеrbаlik kеаrаh аku..)itulоh…tаdi аku lаgi mаѕаk di dарur…ѕереrti dеngеr ѕuаrа mеndеѕаh2 gitu dаri bаlik dinding…hihihi…” Aku tаdinуа ѕеdikit bingung,…ѕuаrа mеndеѕаh ара уаа…dаn tеrnуаtа…уа аmрun…tеrnуаtа ѕuаrа film tаdi уg аku tоntоn kеkеnсеngаn kаli уаа…(аku tеrѕiрu mаlu)… ”аh mbа kоk dеngеr аjа ѕih…jаdi mаlu ѕауа… “nggаk ара2 kоk mаѕ…kаn udаh gеdе…hihi…” Mbak Fitri itu оrаngnуа саntik, tinggi dan mеmiliki bоdу уаng аduhаi,рutih,kulit wаjаhnуа рutih bеrѕih….kаdаng wаlаuрun ngаk еnаk,kаlаu аku diundаng mаin kеѕеbеlаh (rumаh mеrеkа), kаdаng Mbak Fitri dеngаn ѕееnаknуа ѕаjа mеngеnаkаn kаоѕ kеtаt & сеlаnа реndеk… ѕеhinggа рауudаrаnуа mеnоnjоl dаn раhа рutih muluѕnуа tеrlihаt dаn mеmbuаt аku ngаk kоnѕеntrаѕi ngоbrоl dеngаn mеrеkа,dаn ѕuаminуа mаѕ уоdi ѕеоlаh асuh tаk асuh dеngаn реnаmрilаn ѕеxу iѕtrinуа itu… Aku lаlu bеrdiri dаn mеlоngоk dаri bаlik tеmbоk,dеngаn mаkѕud аgаr реmbiсаrааn lеbih аkrаb…dаn tеrnуаtа mbа Fitri раgi itu mеngеnаkаn bаju kеtаt ungu dаn сеlаnа реndеk рutih,аduh рауudаrаnуа уаng kirа2 ukurаn 36 itu mеnоnjоl dаn bоkоngnуа tеrlihаt ѕеxу,dаn раhа рutih muluѕnуа bikin аku ngасеng…dаn kеliаtаnnуа mbа Fitri сuеk аjа ѕеmеntаrа аku ѕаmbil ngоbrоl,mеmреrhаtikаn bоdу nуа diа dаn раhаnуа… Sеtеlаh diа ѕеlеѕаi mеnуарu,diа реrmiѕi ѕеbеntаr kеdаlаm,dаn tеrnуаtа mеngаmbil lар untuk lар mеjа,dаn kеtikа diа mеlар mеjа ѕаmbil nunduk..аѕtаgа…bеlаhаn dаdа nуа kеliаtаn….dаn еntаh ѕеngаjа аtаu tidаk,diа bоlаk bаlik gаnti роѕiѕi mеlар mеjа…ѕеhinggа…ѕеlаin bеlаhаn dаdа..bоkоng bаhеnоlnуа рun ѕесаrа tidаk ѕеngаjа аtаu ѕеngаjа di “раmеrkаn” kераdаku…ѕесаrа ngаk ѕеngаjа аku kеlераѕаn…. “wоw..ѕѕѕh” Mbak Fitri ѕаmbil mеnоlеh kеаrаhku,tарi tidаk mеnunjukаn еkѕрrеѕi kаgеt,bеrtаnуа kераdаku ѕаmbil tеrѕеnуum…”kеnара mаѕ…?” “Oоh..еh..ngаk ара2 mbа (ѕаmbil аku рurа2 lihаt kеаrаh lаin)” “kirаin mаѕ tаdi kаgеt liаt арааn…” ”iуа mbа tарi ѕауа mеmаng kаgеt kоk…kаgеt liаt уаng indаh…hеhе”(аku iѕеng аjа nуеrосоѕ ngеluаrin kаlimаt itu) еh tеrnуаtа diа mаlаh nаntаng bеrtаnуа…”ара tuh уаng indаh…?” “Yа tаdi itu mbа…” ѕаmbil аku tеrѕеnуum kеаrаh diа…еh diа mаlаh bаlаѕ ѕеnуum…truѕ diа mаlаh bilаng gini… ”Aku mаu mаndi dulu аh mаѕ…” ѕаmbil tеrѕеnуum dаn bеrlаlu kеdаlаm..ѕеdаngkаn аku ѕаmbil mаѕih rоkоk tеrѕеliр di jаriku bеngоng mеrhаtiin diа bеrlаlu kеdаlаm rumаh… Didаlаm kаmаr аku hаnуа mеndеngаr ѕuаrа dеburаn аir dr dаlаm kаmаr mаndi ѕеbеlаh,ѕеdаngkаn аku…hаnуа mеmbауаngkаn mbа Fitri mаndi…оооh…lаlu аku dеngаn ѕеngаjа mеnуеtеl kеmbаli film bf tаdi dаn vоlumеnуа ku ѕеngаjа dibеѕаrkаn…еh tеrnуаtа аdа tаnggараn dаri ѕеbеlаh, tеrdеngаr ѕuаrа mbа Fitri tеrtаwа dаri dаlаm kаmаr mаndi…lаlu аku kеtоk dinding..dаn diа mеmbаlаѕ dеngаn kеtоkаn jugа..lаlu аku kеluаr rumаh kе tеrаѕ…ѕаmbil mеnghiѕар rоkоk ditеrаѕ lаgi…tеrnуаtа gауung bеrѕаmbut…uhuuу…mbа Fitri kеluаr dаri rumаhnуа ѕеоlаh mеngесеk рintu раgаr,dеngаn hаnуа bеrbаlut hаnduk,dаn kеtikа bеrbаlik ѕеmраt mеnоlеh kеаrаh аku dаn ѕеnуum… аku lаlu rеflеk bеrdiri kеаrаh dinding dаn сuri2 mеlоngоk kеаrаh rumаh mbа Fitri,tеrnуаtа рintu rumаh diа tidаk tutuр…dаn аku biѕа lihаt mbа Fitri mоndаr mаndir diruаngаn hаnуа dеngаn bеrbаlut hаnduk,dаn mеlirik kеаrаh luаr,kеаrаh аku ѕаmbil ѕеnуum… ”Liаt ара mаѕ…liаt уаng indаh2 уаа..?” tеruѕ tеrtаwа kесil…уа аku bаlаѕ dеngаn ѕеnуum….dаn tеrnуаtа ngаk bеrара lаmа “undаngаn”рun ditеbаr… ”Mаѕ biѕа mintа tоlоng ngа…?” ‘mintа tоlоng ара mbа…?” “Lаmрu dikаmаr mbа рutuѕ,mbа ngа biѕа gаnti,suamiku ngаk ѕеmреt2…lаmрunуа udаh аdа kоk mаѕ,tinggаl digаnti…” tаnра рikir раnjаng,аku lаngѕung kеluаr раgаr dаn mаѕuk раgаr rumаh mbа Fitri,dаn реrmiѕi mаѕuk rumаh… ”Dimаnа kаmаrnуа mbа…?” “Diѕini mаѕ…” mbа Fitri mеnunjuk ruаngаn…ѕеmеntаrа аku nаik kеаtаѕ kurѕi уg аdа dikаmаrnуа,аku lераѕ lаmрu kаmаr уаng lаmа… ”Lаmрu bаrunуа mаnа mbа…?” Dаn аѕtаgа реmаndаngаn indаh tеrlihаt dаri аtаѕ,bаgiаn аtаѕ рауudаrа mbа Fitri уаng mоntоk tеrlihаt jеlаѕ…аku bеngоng ѕеѕааt.. ”Hеy….kоk bеngоng ѕih,nаnti lаmрunуа jаtuh…liаt ара ѕih…?” ѕаmbil bеrkаtа itu mbа Fitri tеrѕеnуum kераdаku… “hаbѕi аdа уаng indаh2 tаdi…” еh diа mаlаh bаlik ngоmоng ” bаru liаt gitu аjа udаh ngаk kоnѕеn,gimаnа kаlаu….” Aku jаdi diеm ѕеjеnаk… ”Gimаnа kаlаu ара mbа…?” diа tidаk mеnjаwаb hаnуа ngеlоуоr kеluаr kаmаr…аku lаlu turun dаn kеluаr kаmаr,dаn diа tеrnуаtа ѕеdаng mеnуеndеr diluаr dinding kаmаr…lаlu аku tаnуа kеmbаli “Kоk mbа ngаk jаwаb ѕih tаdi…?” “Yаng mаnа ѕih…?” ѕаmbil mеnоlеh kеаrаhku dаn tеrѕеnуum…аku сuеk аjа ngоmоng “Yаng indаh2lаh…уg tаdi,уg ѕауа liаt dаri роѕiѕi аtаѕ wаktu раѕаng lаmрu…” Diа diеm ѕаjа,dаn mаѕuk kаmаr “mаѕ mаu minum ара…?” ѕеdаngkаn аku роѕiѕi mаѕih di dаlаm kаmаr, lаlu аku bеrаnikаn diri mеndеkаti diа dаn bеrbiѕik dikuрingnуа diа “Mаu..minum ѕuѕu….” еh diа mаlаh bаlik ngоmоng “Ah nаnti аdа tеtаnggа уаng liаt lоh…” Aku уаkinkаn kе diа kаlаu jаm ѕеgini jаm nуа “аmаn” рokоknуа dеngаn ѕеgаlа rауuаn аku ngоmоng kе diа ѕuрауа аku biѕа mеnikmаti kеhаngаtаn bаdуnуа mbа Fitri..lаlu аku bеrаnikаn diri lаgi bilаng ѕаmbil bеrbiѕik… ”Kеѕеmраtаn ngаk аkаn dаtаng 2 kаli mbа….аku bikin mbа рuаѕ…” dаn diа bаlik ngоmоng “Aku mаu tutuр рintu раgаr dаn rumаh dulu…” Sеtеlаh diа kеluаr mеnutuр рintu раgаr dаn mеlihаt ѕuаѕаnа kаnаn kiri dаn kеmudiаn mеnutuр рintu rumаh,diа kеmbаli kе kаmаr dimаnа аku bеrаdа… ”tарi jаngаn ribut…nаnti kеtаhuаn tеtаnggа…” Tаnра di kоmаndо аku реgаng bаhu tеlаnjаng mbа Fitri, dаn аku сium bibirnуа dаn tеrnуаtа diа mеmbаlаѕ сiumаnku. Diа mulаi mеrаbа сеlаnа реndеkku bаgiаn dераn dаn mеrеmas bаtаng kоntоlku,mеmаѕukаn tаngаnnуа kеdаlаm сеlаnаku mengосоk kоntоlku. Sеdаngkаn tаngаnku mеlоrоtkаn hаnduk diа dаn kurеmаѕ рауudаrаnya уаng mоntоk,sambil mеnjilаti putting susunya yang mengeraas,mеngеmut,dаn diа mulаi mеngеlinjаng kеgеliаn kemudian mbak Fitri mulаi mеnаrikku kеаtаѕ rаnjаng . Kemudia kаmi ѕаling bеrgumul dеngаn nаfѕu binаtаng,аkhirnуа setelah berbagai macam cara pemanasan ku соblоѕ mеki diа dеngаn kоntоlku уаng ѕudаh tеgаng… Bblеѕѕ…..mbа Fitri mеnаhаn nikmаt,tubuhnуа mеnggеlinjаng kе kаnаn dаn kе kiri mеnаhаn ѕоdоkаn реlаn kоntоlku… Dimаnа роѕiѕi diа dibаwаh,ѕеmеntаrа раhа kеаtаѕ аku mеnindihnуа dаri аtаѕ dеngаn роѕiѕi jоngkоk,сukuр lаmа kаmi “bеrtеmрur” bеrgаnti роѕiѕi bеrgаnti lоkаѕi,аkhirnуа kаmi рindаh kеruаng tаmu. Pоѕiѕi dоggу ѕtуlе dаn diа ѕаngаt mеnikmаti hujаmаn ku dаri bеlаkаng,аku сеngkrаm рinggulnуа аku сеngkrаm bаhu mbа Fitri dаn аku mеrаѕаkаn mbа Fitri ѕudаh beberapa kаli оrgаѕmе ѕеdаngkаn аku bаru mаu mulаi оrgаѕmе. Lаlu kitа gаnti роѕiѕi di kаrреt diа dibаwаh аku diаtаѕ роѕiѕi аku jоngkоk ѕаmbil mеmеgаng kаki diа kеаtаѕ dаn…… ”Aааh..оооh..аku..mа..u…klu..аааr. ..аааrgh…” akhirnya munсrаt ѕеluruh ѕреrmаku kеdаlаm vаginа mbа Fitri ….ѕеmеntаrа mbа Fitri ѕеmаkin mеnсеgkrаmkаn tаngаnnуа kе tаngаn ku….aaaacchhh mmaass akkuuu maau keluuaarr aachh crrreett… craaattttt,akhirnya kami sama – sama terkulai lemas . Sеtеlаh bеbеrара kаli реrѕеlingkuhаn kitа…mbа Fitri bilаng kе аku kаlаu diа tеlаt hаid…dаn diа сеk kе dоktеr..diа hаmil….ѕеdаngkаn ѕuаminуа kеlihаtаnnуа jugа ikut gеmbirа kаrеnа аkhirnуа iѕtrinуа hаmil dаn аkаn mеnjаdi саlоn ауаh… ѕеmоgа mеnjаdi саlоn ауаh уаng bаik уа mаѕ Angga…diluаr itu,tеrnуаtа mbа Fitri kеtаgihаn dеngаn аku,dаn kitа mаѕih ѕukа ѕеlingkuh, kаdаng dirumаh diа,kаdаng dirumаh аku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

MEMUASKAN TETANGGAKU

Namanya Mbak Femi. Mbak Femi sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Femi, mas Anto adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Femi sering di tinggal 6 sampai 8 bulan. Dan aku juga kenal baik dengan mas Anto, suaminya, karena beberapa kali saat mas Anto kembali ke indonesia, mbak Femi dan mas Anto sering mengajak aku ikut jalan-jalan bersama. Dan kisah ini berawal saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak Femi, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak Femi serius sekali membaca sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak Femi, karena aku hafal betul web site yg sedang dibaca mbak Femi adalah website kumpulan cerita-cerita erotis. Kemudian aku menggoda mbak Femi dengan mengirim pesan YM ke dia : “Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya…” isi pesanku ke dia. Mbak Femi langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearah ku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur paniknya. “Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !” jawab dia masih melalui YM. “Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok ” jawab ku lagi. Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya. “Mas Anto masih lama pulangnya ya ?” tanya ku lewat YM. “He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan” jawab Mbak Femi. “Mau dibantu gak ?” tanyaku menggoda. “Maksudnya ?” jawab dia. “Ya kan mbak kangen sama mas Anto, siapa tau saya bisa gantiin sementara ” jawabku nakal. “Maksudnya ?” tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti. ”Kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yg di website” jawab ku tambah nakal. Mbak Femi menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab, “Awas ya, nanti aku aduin ke mas Anto, nanti tau rasa kamu”. Aku cuma tertawa sambil menjawab, “He..he..he.. cuma becanda mbak”. Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia. Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Femi karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga seminggu kemudian mbak Femi mengirim pesan YM ke komputer ku. “Yan, lagi sibuk banget ya ?” tanyanya melalui YM. “Iya nih mbak, kan deadline bulan depan” jawab ku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugas ku yg bertumpuk. “mmmmm…” jawabnya gak jelas. Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan “Ada apa mbak, apa ada masalah ?” Agak lama dia mengirim jawaban “Rian, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?” Jujur aku lupa sekali apa yg aku tawarkan, karena pikiran ku penuh dengan pekerjaanku. “Tawaran yg mana ya mbak, maaf aku lupa” jawab ku. “Yg minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku” jawabnya lagi. Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab “Bantuin apa ya ?” “Ya udah kalo udah lupa” jawabnya singkat. Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia. “Wah maaf mbak, yg web site waktu itu ya, beneran nih ?” tanyaku penuh selidik. Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab “Iya yg itu, mau nggak bantuin aku ?” tanyanya lagi. Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yg nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak Femi yg cantik itu. Aku menjawab, “Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?” “Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya” jawabnya. “OK” jawabku yg mengakhiri chat. Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Femi. Rumahnya sepi, aku tdk melihat Ria, anak mbak Femi yg baru berumur 4 tahun. “Ria kemana mbak ?” tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya. “Aku titipin kerumah neneknya” jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya. Hari itu mbak Femi seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna merah dan rok yang pendek sekali. Aku gak pernah lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sedikit berbeda kali ini. Setelah menaruh minuman di meja, mbak Femi duduk di sofa kecil yg bersebrangan dengan sofa panjang yg aku duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yg terpampang lebar karena rok yang dia pakai memang pendek sekali seperti di gambar. K0ntol ku pun mulai terasa menegang karena memandang wanita minim pakaian ini. Tapi sayang mbak Femi sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yg agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yg lain. Wah gawat nih, pikir ku, bisa gagal rencana karena mbak Femi takut duluan. Hingga saat mbak Femi terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yg lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yg masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan. “Mbak..” kata ku perlahan. Mbak Femi cuma memandang ku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari wajahnya. “Mbak…” kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak Femi mengikuti tarikan tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu. Mbak Femi duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak Femi masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak Femi mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yg menyentuhnya. Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yg sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak Femi cuma diam sambil menutup mata. Cerita Dewasa - Aku kecup bibirnya sekali, tdk ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yg ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak Femi sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yg berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian. Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yg masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak Femi cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya. Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yg tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yg sering aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak Femi melenguh agak keras walaupun tdk melepas ciumannku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak Femi bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya. Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak Femi menata bantal sofa yg ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya. Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yg memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat. Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yg sama. Sepertinya mbak Femi tdk sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yg bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya. Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak Femi kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan memek yg diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana. Tiba-tiba mbak Femi melepas roknya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini, Aku pun membantu meloloskan rok nya tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang. Aku tindih mbak Femi sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium memeknya. Tapi mbak Femi sudah tdk sabaran. Dia menarik-narik k0ntolku untuk diarahkan ke memeknya. Hmm.. sepertinya mbak Femi sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan k0ntolku ke memeknya, tapi mbak Femi masih menggenggam k0ntolku seakan tdk sabar agar k0ntolku dimasukkan kememeknya. Aku dorong perlahan k0ntolku hingga amblas semua, mbak Femi melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yg diidam-idamkannya tercapai juga. Mbak Femi terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yg baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak Femi menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tdk cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar Mbak Femi berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan k0ntolku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak Femi menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam memeknya, dia orgasme hebat. Cerita Seks - Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Dimemeknya terasa sangat basah, aku merasa cairan memeknya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak Femi begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut k0ntolku dari memeknya, karena mbak Femi terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk. Akhirnya aku angkat mbak Femi dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tdk memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur. Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak Femi yg tertidur sambil menonton televisi yg memang ada di dalam kamarnya tersebut. Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak Femi memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku. “Eh udah bangun mbak ?” tanyaku Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. “Maaf ya Yan..” katanya manja. “Maaf kenapa ?” tanyaku, sambil mengelus tangannya yg melingkar ke dadaku. “Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa” kata mbak Femi “Trus kamu gimana ?” tanyanya sambil meraba k0ntolku dari luar celana. “Enggak apa-apa kok mbak” jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi. “Mau diterusin sekarang ?” bisik mbak Femi yg masih dalam pelukanku. “Nanti aja mbak” jawabku. “Kita makan malam aja dulu yuk” ajakku. Kemudian mbak Femi berdiri dan memakai bathrobe. “Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu” ajak mbak Femi kearah meja makan. Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak Femi memang memiliki nafsu seks yg sangat tinggi tapi sayang mas Anto jarang pulang. Dia sebenarnya sering tdk tahan, tapi tdk mau menghianati mas Anto, tapi saat bertemu aku, mbak Femi menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak Femi langsung menanggapinya dengan serius. Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yg dialasi permadani. Mbak Femi duduk diantara selangkanganku yg kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang. Selama nonton tv, kami seperti pasangan yg sedang dimabuk kasmaran. Mbak Femi bersikap sangat manja kepadaku sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yg putih bersih. Mbak Femi cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yg memeluknya. perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak Femi mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis memeknya, terasa perlahan cairan memeknya mulai membanjir. Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yg tdk dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk memeknya, terasa memeknya berdenyut-denyut hebat. Mbak Femi tdk sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan k0ntolku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga mbak Femi bisa menarik k0ntolku keluar dan mulai mengelus-elusnya. “Mbak dikamar aja yuk” ajakku. Mbak Femi cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupun telanjang bulat. Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi. Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yg rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak Femi sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan memeknya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya. Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup memeknya. Aku tatap wajah mbak Femi dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yg aku kerjakan. Kemudian aku kecup memek itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga memeknnya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir memek kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tdk terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan. Pinggul mbak Femi semakin tdk tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangganya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan memeknya keluar sangat banyak. Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke memeknya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala k0ntolku ke bibir memeknya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan k0ntolku sampai mentok. “Kamu jahat sayang.. kamu jahat..” bisik mbak Femi saat aku memeluknya erat setelah memasukkan k0ntolku. Aku pompa k0ntolku ke memeknya perlahan, dan mbak Femi meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yg konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak Femi pun begitu sehingga terasa setiap gesekan k0ntolku dan memeknya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami. Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan k0ntolku masih didalam memeknya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan k0ntolku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan k0ntolku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, mbak Femi mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari memeknya yg ingin ditusuk oleh k0ntolku. Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan k0ntolku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa memeknya kadang pelan, kadang cepat. Mbak Femi terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang. Tak lama tubuh mbak Femi melengkung sambil dia terpekik kecil, memeknya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan k0ntolku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan, “Aku cinta kamu mbak”. Mbak Femi tersenyum kemudian memelukku erat seperti tdk mau dilepaskan.

Tetanggaku memang nikmat

Namaku Aldi, usia 40 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bekasi Barat. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu. Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan reni, isteriku. reni adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah. Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”. Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja. Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Fitri, begitu nama tetangga hot ku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Fitri namun tidak dimiliki Lia, isteriku. Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Lia juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Fitri kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya. Kedua, wajah Fitri yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Lia, namun ketika aku melihat wajah Fitri, maka aku membayangkan bintang film BF. filmbokepjepang.sex Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara. Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Fitri tetangga hot ku yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Lia tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan. Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Fitri dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu. Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Fitri tetangga hot ku dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Fitri yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik. “Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku. “Eh.. Mas Aldi, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya. “Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku. “Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi”. “Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku. Fitri juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”. “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”. “Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”. Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Fitri menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya. “Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya. “Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Fitri. “Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”. “Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku. Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Fitri. “Ha.. Sudah bayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata Fitri kaget. “Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus. “Ihh.. Mas Aldi!” jerit Fitri malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku. Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Fitri mengiyakan ajakanku. Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Fitri juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Fitri semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Fitri tetangga hot ku. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Fitri yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan! Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit. “Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas..”, celoteh Fitri tetangga hot ku dengan nada menggoda. Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Fitri menyambutnya. “Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Fitri.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku. “Terima kasih, Mas Aldi juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Aldi pria yang paling baik yang pernah saya kenal”. “O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara saya traktir Mbak?” “Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak reni, Mas Aldi sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah”. “Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”. “Jadi Mas Aldi juga sering memperhatikan saya?” “Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”. “Eh.. Kenapa kok senang?”. “Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Fitri, juga selera pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang. Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Fitri tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya. Mbak Fitri masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Fitri muncul. Sekitar lima menit, Fitri muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku. Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Fitri di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok. Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Fitri. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah. “Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Fitri memancing. Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetangga hot yang bahenol ini. Fitri duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Fitri, namun kini wanita itu justru yang menantangku. “Mas Aldi mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Fitri sambil menggenggam tanganku erat. Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya. “Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius. “Apa itu Mas?” “Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Fitri, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku. “Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Aldi”, Fitri merebahkan kepalanya di pundakku. “Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”. “Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Aldi mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Aldi, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Aldi demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”. “Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”. “Kalau begitu, Mas Aldi pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Aldi bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya”. “Oh.. Iya, hampir saya lupa”. Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur. Aku segera datang kembali ke rumah Fitri. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa. “Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”. “Terima kasih, Mbak Fitri baik sekali”. Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Fitri, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya. “Uhh..”, Fitri agak kaget dan menggelinjang. “Maaf”, kataku. “Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Fitri seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya. “Crup..!”, aku segera menciumnya, Fitri membalasnya dengan liar. Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Fitri sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi. “Ohh.. Ergh..”, lenguh Fitri di sela-sela ciuman panasnya. Dengan beberapa gerakan, Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Fitri. “Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali” “Hi-hi-hi.. Punya reni kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu. “36 B”, jawabku. “Salah” “36 C”. “Masih salah, sudah lihat aja nih”, Fitri membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku. “Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu. “Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi. “Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Fitri dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan. Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Fitri menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu. “Ngentot, enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin penetrasi nih!”. Aku yang juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Fitri. Dengan bantuan Fitri aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Fitri sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu. “Ohh.. Besar juga ya..” jeritnya. Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka CD orange sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Fitri, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku. “Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama”. Fitri duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Fitri dan perlahan tapi pasti menekannya masuk. Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Fitri yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan. “Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas”, jerit Fitri keenakan. “Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar. “Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Fitri memejamkan matanya. Pada penetrasi kelima, Fitri menjerit, “Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau.. Mau.. Oh..!” Dinding vagina Fitri melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya. “Oh.. Saya sudah sekali Mas”, katanya sambil menarik nafas. “Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Fitri “Terserah Mbak”, kataku. Aku sih pasrah saja. “Sini, saya emut saja dulu”. “Hmm.. Boleh juga, reni belum pernah oral dengan saya”, aku mencabut penisku dari dalam vagina Fitri yang basah dan menyodorkannya ke Fitri Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Fitri terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya. “Oh.. Saya mau keluar nih, gimana?”, aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya. Namun Fitri hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya. Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Fitri. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki! Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Fitri mengangkangkan kakinya kembali. “Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya”, Fitri menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar. “Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”, seruku. Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Fitri yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu. “Sudah gondrong nih Mbak”, seruku. “Oh iya, habis mau dicukur percuma juga, enggak ada yang lihat dan jilat”, jawabnya nakal, “Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Aldi datang lagi ya..”. “Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Fitri”. Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Fitri. Cairan vagina Fitri sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Fitri juga memperkuat tanda bahwa Fitri menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu. “Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru Fitri. Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Fitri, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Fitri menungging di atas sofa. “Sekarang doggy-style ya Mas..” Aku sih iya saja, maklum.. Sama enaknya.. Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya. Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Fitri begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetangga hot ku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika reni dinas ke luar kota maka Fitri secara resmi menggantikan posisi reni sebagai isteriku. Asyik juga. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Fitri. Betapa bahagianya Fitri dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya. Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: “Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau”, atau bisa diganti dengan: “Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat.

Ngentot Yanti kakak Iparku Yang Sedang hamil

Nama kakak ipar gue ini adalah Yanti dan suaminya Budi. gue memanggil kakak ipar gue itu dengan sebutan mbak Yanti karena dia istri dari kakak istri gue. dia adalah pengantin baru dan tengah hamil. gue masih tinggal serumah dengan kakak ipa gua kalau di pikir –pikir mba tuh tambah cantik aja dengan kondisi hamil sekarang ini. “tambah seksi aja mbak” canda gue. “hehe.. bisa aja kamu ini”.. “ngomong-ngomong mas budi kemana? kok sepi amat”, tanya gue. “oh.. dia lagi kerja, ntar lagi pulang” jawab dia. “oh ya.. biasanya ma budi kalau pulang dua hari sekali saat gua lagi rebahan sambil tiduran, tiba-tiba setan menghampiri pikiran gue. gue langsung menghayal mbak Yanti tadi yang lagi hamil, “seksi dan montok banget.. gimana ya rasanya kalau gue entotin dia? pasti mantap” ucap gue dalam hati. tak terasa gue ketiduran dan tiba-tiba gue dibangunin oleh mas budi untuk makan malam, kamipun langsung makan malam bertiga. selesai makan gue pamit untuk melanjutkan tidur, karena masih ngantuk habir perjalanan tadi siang. gue langsung kekamar untuk tidur. tengah malam gue terbangun karena kebelet ke kamar mandi. setelah selesai dari kamar mandi, gue mendengar suara wanita yang sedang mendesah seperti sedang ML. gue cari sumber suara tadi dan ternyata suara itu berasal dari kamar mbk Yanti dan mas budi. gue langsung lihat apa yang sedang terjadi didalam kamar, gue lihat dari atas pintu yang ada celah kecil sambil berdiri diatas kursi. dan ternyata yang gue lihat adalah mbak citra yang sedang telanjang bulat sedang nungging dan mas budi yang sama-sama telanjang sedang entotin mbak Yanti dari belakang. pemandangan yang sangat indah. gue tontonin mereka berdua yang sedang bersenggama sampai tak terasa jika gue sedang nonton mereka selama 1 jam sambil berdiri. Kebetulan istri gua sudah terlelap tidur jadi aman ,setelah selesai gue langsung ke kamar mandi lagi untuk onani karena udah tidak tahan lagi dengan yang gue lihat barusan. setelah hasrat gue tersalurkan gue langsung tidur kembali. pagi harinya gue lihat mas budi lagi bersiap-siap kerja. tiba-tiba mas budi berkata “di.. titip mbak Yanti ya, mas mau keluar kota ada tugas kerja selama 2 minggu” . “oke mas” ucap gue. setelah mas budi pergi, gue pun pergi untuk magang didaerah itu. gue pulang sore sampai dirumah gue ketuk pintu karena pintunya terkunci, lama sekali mbak Yanti membuka pintunya. setelah 10 menit mbak citra membuka pintu dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuh seksinya itu. hal itu membuat gue jadi bengong melihat tubuhya. “heh.. liat apa? seksi kan?” tanya mbak Yanti mengagetkan gue “hehe… iya mbak, seksi banget” jawab gue… sampai di kamar gue masih membayangkan mbak Yanti yang memakai handuk tadi, gue langsung membuka laptop dan gue tonton film porno yang memenuhi laptop gue. gue tonton sambil onani dikamar dan membayangkan gue lagi ngentot dengan mbak citra. malam harinya gue makan malam bersama mbak Yanti, setelah makan gue langsung ke kamar lagi. pada jam 9 gue keluar kamar dan gue pun terkejut banget dengan apa yang gue lihat sekarang. mbak Yanti lagi telanjang sambil nonton film porno di kamarnya karena kebetulan kamarnya tidak di kunci dan agak terbuka sedikit,entah sengaja atau tidak sambil meremas-remas toketnya dan meraba-raba selangkangannya, tampaknya dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak menyadari kalo gue sedang asik menonton apa yang dia lakukan. gue langsung masuk kekamarnya dan menghampiri dia dari belakang dan gue langsung meremas-remas toket gedenya dari belakang. dia terkejut karena ada yang meremas toketnya dari belakang “di.. apa yang kamu lakukan” tanya dia. “tenang mbak, aku akan memuaskan mbak malam ini” jawab gue sambil meremas toketnya. Nanti istrimu tahu di ‘ tenang aja mba eni udah tidur “dan nampaknya dia setuju, karena dia menikmati apa yang gue lakukan. gue remas-remas toketnya dan gue pilin putingnya. “ahh…” desahnya. gue langsung pindah kesampingnya, gue langsung melumat toketnya seperti bayi yang sedang menyusu. gue melumat toketnya sambil meraba-raba perut buncitnya, sampailah tangan gue keselangkangannya, gue raba-raba dan dia tampak sangat menikmatinya. gue pindah ke depannya sambil jongkok gue jilati memeknya, tercium bau khas memek wanita. gue masukkan lidah gue ke memeknya sambil gue remas toketnya. 5 menit gue diposisi itu dan diapun orgasme yang pertama. kami beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga. setelah selesai istirahat dia yang gantian menjilati kontol gue, dia masukkan kontol gue ke mulutnya. rasanya seperti melayang diposisi itu. “ sambil gua rebahin gue tidurin dia dikasurnya. gue lumat bibirnya. kami saling melumat bibir. gue lepas lumatan gue dibibirnya dan gue tanya “Sudah siap mbak?” sambil menunjuk kontol gue. dan dia mengerti apa yang gue katakan “oke,, puasin mbak malam ini ya?” jawab dia. Gue langsung mengambil posisi, gue angkat kedua kakinya keatas dan gue langsung tancapkan kontol gue yang lumayan besar ke memeknya. blesss… langsung menancap semua diikuti erangan dia. langsung due entot dia dengan tempo lambat. perlahan gue tingkatkan tempo, semakin cepat gue entot memeknya sambil meremas kedua tokenya “aahhhh…… hmmmm… lebih cepat sayaaaaangg…” ucap dia… Gue langsung percepat genjotan gue, 5 menit kemudia dia orgasme yang kedua. gue cabut kontol gue, dan suruh mbak citra untuk nungging, karena gue ingin mencoba posisi kesukaan gue “doggy style”. dari belakang terlihat semua, pantatnya yang semok banget, anusnya, dan memeknya yang sudah memerah membuat gue bergairah lagi. gue langsung tancapkan kontol gue dari belakang. sambil gue remas toketnya, gue langsung genjot dengan tempo cepat. mbak Yanti sangat menikmati permainan ini. dia hanya mengeluarkan erangan-erangan kenimatan. 30 berlalu kami masih diposisi itu, tampaknya mbak Yanti sekarang kuat banget. beberapa menit kemudian dia berkata “sayang…. aa…a..aku mau nyampeeekk.. nih…” mendengar seperti itu langsung gue percepat lagi genjotan gue, dan tiba-tiba kontol gue serasa dijepit keras banget dan terasa hangat sekali, rupanya dia orgasme lagi yang ketiga. tapi gue masih belum orgasme sekalipun, gue tidak memikirkan mbak Yanti yang sudah lelah gue masih genjot dia dengan cepat, dan 5 menit kemudian “aahhh….” gue semburin sperma gue semua kedalam memeknya. merasa kelelahan kamipun tidur bersama dalam keadaan telanjang. pagi harinya gue terbangun dan mbak Yanti sudah tidak ada lagi, setelah ku cari ternyata dia sedang didapur menyiapkan sarapan pagi. gue menghampiri dia masih dalam keadaan telanjang bulat karena ku pikir hanya kami yang ada dirumah ini. dari belakang kulihat mbak Yanti hanya memakai daster tipis transparan dan tidak memakai apa-apa lagi. gue langsung peluk dia dari belakang, gue remas-remas toketnya, gue tempelin kontol gue yang sudah mengeras ke belahan pantatnya, terasa sekali karena dia tidak memakai celana dalam. dari belakang gue cium dia. gue angkat daster bawahnya, gue masukin kontol gue dari belakang. kamipun bercinta lagi didapur, gue genjot dia dari belakang dan dia sambil memasak. gue genjot selama 10 kamipun sampai klimaks bersamaan, gue semburin sprema gue ke memeknya lagi. setelah itu kami memutuskan untuk mandi bersama. didalam kamar mandi gue sabunin mbak Yanti gue sambil gue remas-remas toketnya. Setelah mandi kami sarapan bersama. masih dalam keadaan telanjang bulat kami sarapan. jam 8 gue berangkat untuk magang, sebelum berangkat kami saling cium. layaknya suami istri. kami melakukan percintaan ini hampir setiap hari selama 2 minggu. sebelum sarapan pagi, setelah pulang magang, malam hari kami terus melakukan percintaan ini. minimal kami melakukannya 2 kali sehari, entah itu diruang tamu, dapur, kamar mandi, kamar mbak citra, atau dikamar gue. kami melakukannya. sampai 2 minggu dan mas budi pulang dia tidak tahu apa yang sudah kami lakukan selama 2 minggu tanpa dirinya.kadang kami masih melakukannya ketika mas budi dirumah. kami melakukannya secara diam-diam. ketika mas budi kerja atau pada malam hari ketika mas budi terlelap tidur. pernah kami melakukannya setelah mas budi dan mbak Yanti selesai bercinta, karena mbak citra tidak puas dengan permainan mas budi, mbak citra diam-diam ke kamar gue dan membangunkan gue untuk bercinta lagi dengan gue. Gue dirumah mbak citra selama 3 bulan dan selama itu gue dan mbak Yanti hampir setiap hari bercinta. itu juga berguna untuk membantu kelancaran kelahiran bayinya nanti karena wanita yang melakukan senggama saat sedang hamil bisa membantu proses persalinannya nanti. setelah 3 bulan gue pamit pulang ke mereka berdua, tapi sebelum pulang gue minta hadiah perpisahan dari mbak Yanti untuk bercinta lagi dengan gue. Untunglah mas budi kerja sampai malam hari ini jadi, kami bisa bercinta seharian, ketika lelah kami berhenti istirahat lalu melakukannya lagi sampai mas budi pulang malam harinya. TAMAT

yanti kakak iparku selingkuhanku

Saya seorang pria berumur 40 tahun. Istri saya satu tahun lebih muda dari saya. Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD. Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distric Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya. Tapi tidak untuk soal seks. Saya seorang peselingkuh. Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan. Dia pernah bilang kepada saya, "Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan." Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama- sama. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya. Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor. Dia berangkat ke kantor pukul 07.30 dan pulang lepas Maghrib. Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20.00 dia sudah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani. Tentu tanpa sepengetahuan dia, karena malu kalau ketahuan. Bukan apa-apa. Perempuan- perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia. Saya menyimpan rapat rahasia itu. Sampai kini. Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama. Saya tak mau mengulanginya. Saya khawatir, pengulangan bakal melibatkan perasaan. Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik. Bukan hati dan perasaan. Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin, dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan. Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan. Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak ipar istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.. Istri saya sebut saja bernama Yeni. kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi. Mbak Yanti, kakak ipar istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Yanti menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Yanti sering berkeluh- kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Yanti sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Yanti sering datang bersama anaknya berkunjung ke rumah orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa- basi saya bertanya, "Kenapa Mas Wid tidak diajak?" "Ahh malas saya ngajak dia," jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh. Seringkali saat Mbak Yanti datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Yanti, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Yanti menemani saya makan. Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Yanti. Tapi mustahil. Mbak Yanti tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Yanti mendadak membuka pintu. "Kopinya Dik Andy." Saya terkejut, dan Mbak Yanti buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Yanti melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang? Pikiran itu terus mengusik saya. Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Sejak peristiwa Mbak Yanti membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Yanti masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah dating Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah. Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan. Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Yanti di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar. Malamnya, di meja makan kami makan bersama- sama. Saya, kedua mertua, Mbak Yanti,. Berkali-kali saya merasakan Mbak Yanti memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Yanti. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Yanti pun demikian. Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami. "Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?" Mbak Yanti mebuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. "Maksud Mbak Yanti apaan sih?" saya pura-pura tidak tahu. "Tadi Mbak Yanti lihat Dik Andy ngapain di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat. Kalau sedang gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana?" "Apaan sih?" saya tetap pura- pura tidak mengerti. "Tadi onani kan?" "Ohh. " Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Yanti. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. "Yahh , Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi.." "Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu." "Ahh Mbak Yanti ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan." "Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?" "Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa." Kami sama- sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras. "Kamu sering swalayan gitu?" "Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok ngomongin gitu?" Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. "Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan." Mbak Yanti memegang punggung tangan saya. "Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Sebaliknya dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia." Kali ini saya bicara jujur. "Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok." "Kasihan kamu." Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Yanti seperti kaget, dan buru- buru menariknya. "Kapan kalian terakhir kumpul?" "Dua atau tiga minggu lalu," jawab saya. Bohong besar. Mbak Yanti mendesis kaget. "Ya ampuun. " "Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan." Mbak Yanti kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Yanti. Tapi Mbak Yanti menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa- apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. "Saya horny kalau Mbak pegang terus." Mbak Yanti tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. "Kaciaann ipar Mbak satu ini." Mbak Yanti berlalu, menuju ruang keluarga. "Liat TV aja yuk," ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, "Saya juga nih, Dik. " Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi. Hanya sebentar. Saya masuk ke kamar. Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Yanti. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. "Belum bobo?" tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. "Belum. " Jawab saya. "Kita ngobrol di luar yuk?" "Di sini saja Mbak." Saya seperti mendapat inspirasi. "Ihh . Di teras aja. Udah ngantuk belum?" Mbak Yanti segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Yanti ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek. Mbak Yanti mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Yanti hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun. Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. "Dik Andy" Mbak Yanti membuka percakapan. "Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak." Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Yanti menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. "Maksud Mbak apa sih?" "Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih." Mbak Yanti mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan- lahan penis saya bergerak. "Kok bisa?" "Nggak tahu tuh. Mas Wib itu loyo abis." "Impoten ?" Saya agak kaget. "Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin," "Hihihi. . Tadi kok kasih nasihat ke saya?" Saya tersenyum kecil. Mbak Yanti mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Yanti. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Yanti.. "Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?" Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Yanti mencoba menghindar, tapi tak jadi. "Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja." "Kapan terakhir Mbak Yanti tidur sama Mas Wib?" Saya mencium punggung tangan Mbak Yanti. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. "Dua minggu lalu." "Heh?" Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. "Bener. " Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. "Mbak.. " Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur. "Hm ," Mbak Yanti menatap mata saya. "Mbak pengin?" Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Yanti merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek- gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. "Di kamar aja yuk Mbak?" ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat- jingkat menuju kamar Mbak Yanti. Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Yanti adalah kamar mertua saya. Aku mulai beraksi kukulum bibir mbak yanti yang merah merekah,bagai di sengat aliran listrik mba yanti menggeliat keras menahan kenikmatan yang aku berikan ,sambil ku jilat dan kuhisap putting susunya mbak yanti semakin kelabakan…uddahhh dikk…aku udah nggak tahan nichh…cepat masukin punya kamu…dan akhirnyaa….ssssllleeeppp .blleesssss ..achhh… dikkk nikmat banget sodokanmu…aku benar-benar bahagia mala mini…teruus dikkk…genjot teruss…memek mbaaa…aaaccchhh….diikkk aku mauuu keluuarrr ….aku juga sama mba keluarin di dalam aja yahh…iyaa diiikkk….aaacccchhh….ccrraattt…crarrattt dan akhirnya kami sama-sama mencapai kepuasan malam itu.makadih ya dik kamu benar-benar bias memuaskan mba,nanti kalau ada kesempatan kita ulangi ya dik…siiap mba kapanpun aku siap untuk melayani mba yanti. Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Yanti. Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib. Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Yanti. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur. Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Yanti. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa- biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun. Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak- desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Yanti. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Yanti benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mulai jarang menginap. Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Yanti. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga?

Buaian asmara kakak ipar

Aku sungguh tak percaya perselingkuhan ini bisa terjadi antara aku, sebut saja Toni (24 tahun) dengan kakak iparku yang bernama mbak Ratna (30 tahun). Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu ketika Mas Iwan (40 tahun) mengalami kecelakaan kerja dan koma selama 3 bulan di rumah sakit. Dia memang bekerja sebagai pengawas bangunan di sebuah proyek pembangunan gedung bertingkat. Untuk membantu Mbak Ratna akhirnya aku selaku adiknya langsung ke Surabaya, karena memang mereka sudah menetap disana. Kedatanganku cukup membantu karena di Surabaya mereka tidak memiliki saudara, semua saudaranya termasuk aku tinggal di Kota Malang. Mbak Ratna sendiri hanya Ibu rumah tangga biasa dengan 1 orang anak yang masih kelas 3 SD. Awalnya aku sempat canggung tinggal bersama kakak iparku itu, namun setelah sebulan bersama kami mulai akrab, aku sering mengajaknya bercanda dengan maksud agar dia bisa bahagia dan tersenyum dalam menghadpi cobaan ini. Usahaku berhasil, dia tidak lagi murung dan perlahan-lahan mulai pulih psikologisnya. Sejak saat itu dia mulai bisa terbuka dan kami tak canggung lagi untuk saling ngobrol. Saat ngobrol santai itulah Mbak Ratna menceritakan hubungan dengan suaminya selama ini setelah itu akupun menceritakan hubunganku dengan pacarku. Dia sempat terkejut saat aku bercerita bahwa aku sering ngentoti pacarku di kamar kos, namun aku santai saja bercerita sehingga dia semakin penasaran. Dia tampak memperhatikan ceritaku dengan serius, sesekali dia bertanya bagaimana ekspresi wajah pacarku saat di entoti maupun saat mencapai orgasme. Karena cerita itulah awal perselingkuhanku dengan Dia terjadi. Setelah aku selesai menceritakan adegan demi adegan aksiku saat ngentoti pacarku dengan berbagai posisi dan gaya kulihat wajah Mbak Ratna tampak memerah, desahan napasnya juga tak teratur, aku tahu dia mulai birahi. Semula aku hanya sekedar iseng aja mengatakan Waahhh… ko diam aja dengar ceritaku….. mbak Ratna terangsang yaa? Dia tampak gugup menjawab pertanyaanku yang mendadak dan jadi salah tingkah. Akupun semakin menggodanya, Sudahlah mbak… kalo terangsang juga ga apa-apa ko, itu alami dan sebaiknya hasrat itu di salurkan…. he…he…. sambil tersenyum aku mengatakan itu. Dasar kamu Ton ada-ada aja, memangnya kamu tau dari mana aku lagi horni, jangan mengarang ah…. jawab mbak Ratna sambil berdiri dan melangkah menuju dapur. Aku segera mengejarnya dan meraih tangannya. Mbak kalau aku bisa membuktikan bahwa mbak Ratna lagi horni mbak mau kasih hadiah aku apa….? Dia tersipu malu dan menjawab…terserah kamu mau minta apa aja boleh…. sambil melepaskan tanganku dia kembali menuju dapur dan mengambil segelas air, tampaknya dia kehausan karena terangsang. Aku segera mendekatinya dari belakang dan langsung saja kusingkap roknya ke atas dan kuusapkan jari tangan kananku di celana dalamnya, gerakanku sangat cepat sehingga dia tidak sempat menghindar. Setelah itu akupun segera berucap, Maaf mbak, sepertinya aku menemukan bukti yang kuat kalau mbak lagi horni, celana dalam mbak terasa sangat basah. Dia sangat terkejut dan berkata, Ton kamu ko bisa begitu si…. ? Mbak sekarang terbuktikan tebakanku. Sekarang hadiahnya aku mau minta… Dia tampak bingung dengan pernyataanku, Ya sudah deh Toni, karena kamu sudah tau, sekarang kamu minta apa.? Inilah kesempatanku untuk bisa ngentoti mbak Ratna, aku segera memeluk dan mencumbuinya. Dia berusaha menolak, Ton kamu mau apa…? Mbak aku ingin ngentot sama kamu sebagai hadiahnya. Gila kamu Ton… aku kan Istri kakak kamu. Sudahlah mbak santai aja… sama saja kok. Saya janji akan buat kamu puas dengan permainaku yang hot. Mbak Ratna diam saja, tampaknya dia semakin terangsang karena sejak dari tadi Memeknya terus ku obok-obok dengan jariku. Diapun hanya pasrah saja ketika aku melucuti semua pakaiannya sehingga dalam sesaat kami sudah sama-sama bugil. Setelah itu aku langsung mengambil posisi jongkok di belakang pantatnya, dia yang kuminta menungging sambil berpegangan pada meja dapur. Dengan penuh semanat aku langsung memainkan lidahku di mulut memeknya. Itil miliknya yang tegang dan basah terus kujilati dengan sesekali kusedot bagian lubang memeknya. Permainanku ini membuat Dia sangat terangsang sehingga dia mencapai orgasme Cret… Cretzzz cairan putih dan hangat keluar dari memeknya dan mengalir membasahi jembutnya yang hitam dan lebat. Setelah itu giliran dia yang kuminta jongkok di depanku lalu kuminta mengulum kontolku yang tegak berdiri. Dengan penuh semangat Mbak Ratna mengulum senjataku Slep…slep…. rasanya sungguh nikmat dan aku semakin tidak tahan untuk segera ngentiti dia. Segera kuminta dia kembali berdiri, namun saat akan kumasukkan kontolku ke memeknya dia menahanku. Jangan disini Ton, nggak nyaman… kita ke kamar aja yuk. Akhirnya kami melangkah kekamar sambil tanganku terus meremas pantatnya yang bahenol itu. Di atas kasur dia langsung melentangkan tubuhnya yang putih itu. Mbak Ratna tergolong wanita ToGe alias Toket Gede, karena ukuran nya memang suoer jumbu bahkan lima jariku saja tak cukup untuk meremasnya secara penuh. Mungkin ukurannya sekitar 36 C bahkan mungkin lebih. Setelah puas memandanginya aku segera menindihnya dari samping, kemudian sedikit kucumbui agar kami jadi hot, sesaat kemudian langsung kuentoti dia dengan posisi nungging. Tanpa kesulitan kontolku melesat masuk ke memeknya, Blezzzz…… Slep…. dan langsung kugoyang dengan tempo cepat. Clup……Slep…..Slepppp….Cluppp… Ahhh…ah…. Ohhh rasanya sungguh nikmat. Dari kaca besar yang ada di meja rias kulihat Toket mbak Ratna berayn-ayun seperti balon yang di isi air dan di goyang-goyang selain iti kulihat dia juga mendesah dan merintih. Saat itu memang aku sengaja mengarahkan wajahnya menghadap ke cermin rias. Dalam posisi nungging itu mbak Ratna kembali orgasme, dia meminta berhenti untuk istirahat, namun aku menolaknya, aku hanya membalikkan badanya dengan posisi terlentang. Setelah itu aku langsung kembali mengentotnya sambil kedua kakinya kutekuk kearah perutnya sehinga menempel di puting susunya yang besaer dan berwarna coklat. Dengan posisi itu aku sangat bersemangat karena aku bisa menyaksikan kontolku yang perkasa menerjang dengan semangat memek mbak Ratna yang empuk iti. Clep…. Clepp…. Plakk…. Plakkk ….clepp……clepp, suara tabrakan antara pankal pahaku dengan pantatnya dan cuara yang keluar dari memek saling bersahutan sehingga sangat asik terdengar, mbak Ratna kembali terangsang dengan rintihan dan desahan yang semakin keras Akkkh….ahhh….ohhh Ton Kontolmu enak sekali…… akupun semakin bersemangat mendengar rintihan itu dan akhirnya kami sama-sama mengalami orgasme…Oh….. sayang…… Ahhh…ahhh…. memek kamu benar-benar mantap…. Crotttt…..crot… air maniku mengalir deras membanjiri memek mbak Ratna. Permainan birahi yang dahsyat itu membuat tubuh kami sangat lemas dah lelah sehingga kami tertidur sampai sore hari. Dan sejak saat itu aku sering ngentoti mbak Ratna dengan berbagai macam variasi gaya. dia sangat bersemangat aku entoti dengan gaya yang baru dan belum pernah dia coba sehingga hubunganku dengan dia semakin hot. Hubunganku terus berlanjut sampai akhirnya mas Iwan sadar dari koma dan di ijinkan pulang dari rumah sakit. Walaupun mas Iwan sudah di rumah tapi kami masih tetap ngentot bila ada kesempatan dan mbak ratna tidak pernah menolak. Namun setelah mas Iwan pulih dan dapat kembali bekerja aku kembali pulang le kota Malang dan meninggalkan kenangan indah itu. Untuk mengobati rasa rinduku pada permainan mbak Ratna, sebulan sekali aku berkunjung ke Surabaya untuk menyalurkan hasratku. Hingga sekarang hubungan ini terus berlanjut. Mas Iwan maafkan atas perbuatan adikmu yang kurang ajar ini… TAMAT