Sudah lama aku mengagumi Mbak aryanti (biasa dipanggil Mbak Yanti), kakak dari suami istriku, orangnya tidak terlalu tinggi sekitar 160 cm tingginya, dengan wajah cantik alami, kuning langsat dan yang membuatku terpesona adalah buah dadanya yang begitu padat (belakangan baru aku ketahui kalau ternyata ukurannya 38C), ditambah dengan body-nya yang sintal menambah kesan seksi. Dibandingkan dengan istriku susan, dia lebih seksi dan dewasa, karena profesi dia sebagai agen yang mengharuskan dia ramah dan mudah bergaul dengan lainnya. Usianya hanya satu tahun lebih tua dari usia istriku yang 30 tahun. LAPORKAN IKLAN INI Selama ini Mbak Yanti sudah kuanggap sebagai kakak sendiri, karena dia memang selalu menjaga jarak dan bersikap anggun, sehingga aku semakin menghormatinya, meskipun di dalam hati ada hasrat liar untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Meskipun sudah menikah dan punya satu anak, tetapi postur tubuhnya masih tidak berubah, bahkan bertambah padat karena terus dilatih dengan olahraga yang teratur. Hari Sabtu itu di rumahku suasananya sepi, susan masuk kerja karena tutup buku di kantornya, sedangkan aku sendirian di rumah nonton TV, di luar hujan turun dengan derasnya disertai petir yang menggelegar. “Ding dong.., Ding dong..” bel rumahku berbunyi. “Ah, siapa sih hujan-hujan begini ngganggu orang saja..!” pikirku sambil malas mendekati pintu depan. Ternyata Mbak Yanti di luar pagar kehujanan dengan blazer-nya yang basah kuyup, segera kubuka pintu pagar dan mempersilakan dia segera masuk. “Sorry dit, aku mampir kesini, abis Mas ian (suaminya) belum pulang dari menjemput si lia (anaknya).” katanya sambil menggigil kedinginan. Tanpa menunggu jawabanku, Mbak Yanti langsung masuk dan melepas jas luarnya yang basah, sehingga terlihat baju dalamnya yang tipis dan basah, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. BH hitam kelihatan membayang di balik baju putihnya, sementara tonjolan di dadanya seolah menantang, karena baju basah itu begitu menempel di tubuhnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah yang tidak disangka-sangka dapat kusaksikan di hari itu. “Mbak Yanti mandi aja dulu dengan air hangat, biar tidak masuk angin, nanti kuambilkan bajunya si susan..” kataku setelah tersadar dari ketakjuban. Ketika Mbak Yanti mandi, kucarikan baju susan yang kira-kira cukup untuk dia dan terutama yang kelihatan seksi, atau paling tidak dapat menikmati lebih lama keindahan tubuh yang telah lama kuidamkan, apalagi perkiraanku dia pasti tidak akan memakai celana dalam dan BH-nya yang basah, sedikit banyak pasti akan segera melihat sebagaian tubuhnya yang indah. “dit.., tolong handuk dong..!” teriak Mbak Yanti dari kamar mandi. “Ah, begonya aku sampai lupa tidak menyiapkan handuk dulu..!” batinku. Sambil berlari kuambil handuk dari dalam lemari dan kuberikan ke Mbak Yanti yang sudah menunggu di pintu kamar mandi, tetapi dasar sial (atau keberuntungan), karena terburu-buru aku tidak melihat lantai licin karena tetesan air hujan dari tubuh Mbak Yanti yang basah, sehingga aku terpeleset. Akibatnya dengan tanpa dapat dikontrol lagi, tubuhku terhuyung-huyung menerobos ke pintu kamar mandi dimana Mbak Yanti sudah menunggu dalam keadaan telanjang. “Brak..!” tubuhku menabrak pintu dan menerobos masuk ke dalam tanpa dapat ditahan lagi oleh Mbak Yanti, langsung aku terduduk di lantai kamar mandi, sementara Mbak Yanti yg berdiri telanjang di depanku tertegun sampai lupa menutup sebagian tubuhnya yang sensual. Sesaat kami berdua tertegun tanpa berbuat apa-apa, akhirnya aku sadar dan memberikan handuk itu ke Mbak Yanti. “Sorry Mbak..” kataku segera menyerahkan handuk yang masih kupegang, terus keluar dari kamar mandi dengan terpincang-pincang. “Ah nggak apa-apa kok, kan kecelakaan, nggak sengaja..” katanya memaklumi peristiwa tadi. Setelah mengganti celana pendekku yang basah, di depan TV aku tidak dapat berkonsentrasi. Meskipun mataku tertuju ke layar TV, tetapi bayangan indah tubuh Mbak Yanti sungguh sangat menggoda dan terus membayang di benakku. Kemudian Mbak nining keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk yang tidak mampu menutupi seluruh tonjolan bukit di dadanya. “Ini Mbak bajunya..” kataku masih gemeteran sambil memberikan daster (lebih tepatnya baju tidur) milik susan, sambil langsung ke dapur mengambil air minum untuk menenangkan diri. Kulihat pintu kamar belakang (kamar kosong untuk keluarga kalau bermain atau menginap) gelap dan tertutup, “Ah, dia masih ganti baju, atau mungkin langsung tidur..” pikirku. Aku langsung menuju kamarku yang pintunya setengah terbuka, dan, “Aaahh..” teriak Mbak Yanti. Ternyata dia berdiri di depan kaca rias tanpa sehelai benang pun melekat di tubuh indahnya, balutan handuknya sudah dilepas, tetapi masih belum memakai daster yang kuberikan tadi. Tangannya berusaha menutupi bagian tubuhnya yang sempat ditutup, tetapi itu tidak berhasil dengan baik, sehingga aku masih dapat melihat tubuh telanjangnya untuk kedua kalinya dengan jelas, apalagi lampu kamar yang begitu terang, jauh lebih terang dari lampu kamar mandi, sehingga sangat jelas terlihat kemolekan dan keseksian tubuhnya. Sebagai laki-laki normal, langsung saja alat kejantananku bereaksi keras melihat pemandangan indah tersebut. “Sorry Mbak, aku.. aku.. kira Mbak di kamar belakang..” kataku gugup langsung keluar dan menutup pintu kamar, masih sempat kulihat dia tersenyum yang tidak dapat kuterjemahkan artinya, bingung kenapa dia di kamar utama. “dit.., tolongin Mbak dong..!” teriaknya dari dalam kamarku. Perlahan kubuka pintu kamar, takut kalau kejadian tadi terulang lagi, tetapi ternyata dia duduk di kursi di depan meja rias sambil menyisir rambutnya yang masih basah dan mengenakan baju tidur yang kubawakan tadi. “Masuk aja dit, nggak usah malu-malu..” katanya pelan dan tenang. Agak ragu aku melangkah masuk ke kamarku sendiri. Mbak Yanti berdiri mendekatiku, dan langsung memelukku, kurasakan dadanya menekan tubuhku, terasa hangat dan kenyal. “dit.., sudah lama aku menginginkan saat-saat ini, aku tahu kamu selalu berusaha mencuri pandang..” katanya lembut. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena seolah dia menangkap basah pikiranku. Kupeluk balik dia dan kuusap punggungnya. Akhirnya aku tidak dapat menahan gejolak lagi ketika tangan Mbak Yanti mulai mengusap kejantananku yang sudah menegang sejak kehadirannya dirumahku. Dengan penuh nafsu, kubuka baju tidur yang belum lama dipakainya dan kusibakkan rambutnya yang basah dan mulai kucium leher jenjangnya, kujilati kulit halusnya, sudah lama aku mendambakan kesempatan indah ini. “Aaaghh.., ss.. shh..!” desahnya sambil meremas batang kejantananku. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, tanganku mulai mengelus dan meremas payudaranya yang besar dan indah yang sudah lama kuimpikan, begitu kenyal dan padat, meskipun sudah memiliki satu anak. Kuturunkan ciumanku ke pundaknya, terus turun lagi, tetapi tiba-tiba tubuhnya merosot dan berjongkok di depanku, ditariknya celana pendek sekaligus celana dalamku ke bawah, sehingga menyembullah kejantananku yang sudah lama menegang. Sejenak dia tertegun melihat alat vitalku yang 17 cm panjangnya dan melengkung ke bawah. “dit, gede banget.., jauh lebih gede dari punya Mas ian dan lagi bentuknya aneh, pasti enak deh di dalam..” katanya sambil menengadah menatapku, dan tersenyum simpul. Sedetik kemudian dijilatinya ujungnya dan dimainkannya lidah mungil itu, menari-nari di kepala kemaluanku. Terus dijilati dari ujung hingga pangkal, kemudian turun ke kantong kemaluanku. Kuangkat kaki kananku untuk memberinya jalan supaya lebih mudah menjilati. Kemudian jilatannya naik lagi ke atas hingga akhirnya dengan agak susah dikulumnya kepala kejantananku, perlahan tetapi pasti. Akhirnya, tiga perempat batang kejantananku masuk ke dalam mulut mungilnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap kantong kemaluanku, tangan kanannya memegang dan mengocok batang kemaluanku, sementara kepala batangku masih di dalam mulutnya dengan tidak lupa digoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sungguh sensasi yang luar biasa. “Aaahh.. oosshh..” erangku sudah hampir tidak tahan. Kupegang rambutnya dan kudorong-tarik hingga kemaluanku dapat bergerak leluasa keluar masuk di mulut seksinya. Kuangkat tubuhnya dan kutelentangkan di ranjang, mulai kujilati puting di dadanya secara bergantian kiri dan kanan, kurasakan badannya menggelinjang-gelinjang keenakan. Terus jilatanku turun ke perut, lalu sampai ke pusar, dan akhirnya menyentuh rambut bawahnya sambil tanganku bermain di daerah liang kewanitaannya yang sudah basah. Lidahku mulai menjelajahi daerah kemaluannya, sengaja aku tidak langsung ke arah klitoris, tetapi berputar-putar di sekitar kemaluannya, terutama di lipatan pahanya, terus turun sampai ke lubang anus dan naik lagi, diangkatnya pinggulnya turun naik mengimbangi gerakan lidahku. “dit.. pleasse.. jangan.. goda.. aku.. begini..” desahnya sambil menarik rambutku, tetapi kata-katanya tidak kupedulikan. Kuteruskan jilatanku mulai ke arah klitoris sambil kumasukkan tanganku ke lubang kenikmatannya, satu jari.., dua jari.., dan akhirnya tiga jari dapat masuk juga. Kugerakkan jariku keluar masuk sambil menjilat klitorisnya. “Aaagghh.., sshh.., shh..” desahnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya semakin liar, seliar kilatan dan guntur di luar yang mengiri irama permainan kami. Akhirnya kuposisikan tubuhku di atasnya, kutindih tubuhnya, masih dapat kurasakan tonjolan di dadanya yang montok itu. Sementara tubuhku di atasnya, sedikit kuangkat pantatku untuk memberi jalan tangannya supaya dapat memegang kejantananku dan diusap-usapkannya ke liang senggamanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kudorong pantatku dan, “Bless..!” dan, “Aaauu..!” dia menjerit kesakitan. Badannya menegang dan tangannya mencengkeram erat lenganku, kudiamkan sejenak. Kulihat dia memejamkan matanya, kubiarkan menikmati saat-saat seperti ini. Meskipun sudah mempunyai satu anak, tetapi liang kemaluannya masih tetap kencang seperti belum pernah melahirkan. Perlahan ketegangannya mulai mengendur, pelan-pelan kutarik keluar batang kemaluanku, lalu pelan-pelan pula kumasukkan lagi, begitu seterusnya sehingga dia sudah dapat menyesuaikan iramanya, semakin lama semakin cepat kocokan batang keperkasaanku di dalam liang senggamanya, hingga semua masuk ke dalam, terasa menyentuh sesuatu di dalam, tetapi enak. “Ooosshh.. ss.., yaa.. terus.. terus.. diit..!” dia mulai mengerang dan menggelinjang semakin lama semakin tidak beraturan. Kunaikkan badanku hingga posisi jongkok bertumpu pada lutut. Aku dapat melihat ekspresi wajahnya dan goyangan buah dadanya saat kukocok keluar masuk. Kakinya mengimbangi gerakanku dengan dinaikkannya ke pinggulku, lalu terus naik ke pundakku. Sesekali dipegangnya sendiri kedua bukit di dadanya, sehingga lebih menonjol dan kelihatan lebih seksi dari biasanya. Sementara hujan di luar semakin deras, sederas keringat dan nafsu kami berdua, sampai akhirnya, “Ooogghh.., ya.. ya.. ya.. lebih cepat dit, aku mau keluar.., ya.. terus.. ya.. begitu.. yaa..!” Mbak Yanti mencengkeram tanganku dengan kuat, kurasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya. Rasanya seperti dipilin-pilin enak, aku tidak menghiraukan itu, masih terus kukocok keluar masuk meskipun dia sudah orgasme, sudah menjadi kebiasaanku kalau cewek keluar akan semakin meningkat tensi dan kocokanku. Kubalikkan badannya hingga posisi dogie style, selanjutnya kumasukkan kejantananku ke liang senggamanya yang sudah basah itu, masih terasa seperti menyentuh ke dinding rahim, kupegang pantatnya yang padat, kutarik dan kudorong maju mundur. Aku mulai mengocok Mbak Yanti lagi, meskipun sudah kelihatan lemas, tetapi masih menggairahkan. Dari belakang kuraih kedua buah dadanya yang menggelantung dan kugunakan sebagai pegangan untuk menggoyang-goyangkan badannya sambil sesekali kupilin-pilin putingnya yang kian membesar. Dari pantulan kaca rias, terlihat wajahnya yang meregang keenakan, tangannya mencengkeram pinggiran ranjang dengan kuatnya. “Sss.. terus diitt.., cepaatt.. cepaatt..!” sambil mendorongkan badannya ke arahku untuk mengimbangi gerakanku yang semakin cepat dan keras, sesekali digoyangnya ke kiri dan ke kanan menambah sensual gerakannya yang semakin lama semakin liar. Sesekali kutarik rambutnya ke belakang, semakin kujambak semakin liar gerakannya. “Ya.., truss.. diit.. trus.., Mbak.. ke.. ke.. luar.. laagii..!” desahnya sambil menggigit ujung bantal di depannya. Kembali terasa dinding kemaluannya berdenyut, tetapi itu tidak kuhiraukan, malah kupercepat irama permainan kami. Sebenarnya pada saat yang bersamaan aku hampir orgasme, tetapi kutahan sejenak dan pada saat itu dia mengrudtikan goyangannya, sehingga aku ada waktu untuk menurunkan tegangan di ujung kemaluanku. Perlahan kutarik keluar kemaluanku, dia langsung telungkup, kulihat keringat membasahi punggung dan sprei, kurebahkan diriku di sampingnya. “Kamu gila diit.., Mbak udah dua kali keluar, tapi punyamu masih tegang..” komentarnya sambil memegang dan mengocok perlahan kemaluanku yang basah oleh cairan kewanitaannya. Kemudian dia bangkit dan diarahkannya kepalanya ke kemaluanku, dikulum dan dijilatinya batang kemaluan basah itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kutarik tubuhnya dan kuposisikan dia di atasku. “dit.., aku udah nggak kuat, beri aku istirahat sebentar..!” katanya sambil tetap memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulut seksinya. Kulirik jam di dinding, sudah pukul 14:30, berarti kami sudah bermain lebih dari setengah jam, sebentar lagi susan datang (biasanya dia datang sekitar pukul 15:00 sore kalau hari Sabtu), jadi tidak ada waktu lagi untuk beristirahat, aku harus menuntaskan permainan, segera sebelum susan pulang. “Mbak.., sebentar lagi susan datang, kita selesaikan aja sekalian, ntar Mbak bisa istirahat setelah ini..” kataku. Tiba-tiba Mbak Yanti berdiri dan keluar kamar, diambilnya wireless phone dan kudengar dia bicara dengan seseorang. ” Siang.., bisa disambungkan dengan susan.. susan, adit pesan akan keluar dan kembali jam lima sore.., ada perlu dengan temannya katanya. Telpon kantormu sibuk terus, dia telpon ke rumah.. Telpon dulu, barangkali sudah datang. Atau ke rumahku.. tapi.. aku lagi ada janji sama nasabah. Mas ian ada kok.. Oke..?” sepotong-sepotong kalimatnya kudengar, tetapi dapat kutebak maknanya. Kemudian dia masuk ke kamar lagi, langsung memeluk dan menciumi leherku. “Kita aman sampai jam lima nanti..” katanya sambil tangannya mulai meremas batang kemaluanku lagi. “Mbak nakal deh..!” kataku membalas ciuman bibirnya. Tidak lama kemudian, Mbak Yanti sudah menempatkan dirinya di atasku, dengan mudahnya kemaluanku sudah terbenam semuanya ke dalam tubuhnya. Perlahan tetapi pasti, Mbak Yanti sudah mulai menggoyang pinggulnya, maju mundur, kiri kanan, berputar-putar, sementara tangannya meraba kantong kemaluanku, terasa geli dan nikmat. Aku masih diam tidak melakukan gerakan kecuali tanganku yang aktif meraba payudaranya yang kelihatan sempurna. Sesekali kupilin-pilin seperti mencari gelombang radio. Mbak Yanti merubah gerakannya menjadi turun naik, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya, terasa sekali jepitan otot kemaluannya di batang kejantananku. “Sss.., yess.. akh.. sshh..!” desahnya mengiringi gerakan tubuhnya. Beberapa saat kemudian, kurasakan remasan pada batang kemaluanku, ternyata Mbak Yanti sudah orgasme untuk ketiga kalinya, langsung tubuhnya dijatuhkannya ke tubuhku. “Sekarang giliranku..” bisikku. Kupeluk tubuh montok Mbak Yanti dengan erat, lalu pinggulku mulai turun naik melakukan kocokan ke lubang nikmatnya, nafasnya terdengar naik turun dekat telingaku. Aku tidak mempedulikan desahannya, justru menambah rangsangan bagiku, semakin dia mendesah semakin kuat genjotanku ke tubuhnya. Akhirnya ujung kemaluanku semakin menegang, dan dorongan di dalam tubuh semakin kuat untuk menyemburkan cairan panas dari kemaluanku. Beberapa saat kemudian, kubisikkan ke telinganya, “Mbak aku mau keluar..” tanpa menghentikan gerakanku. Kurasakan desakan keluar di ujung kemaluanku, dengan cepat kutarik keluar supaya spermaku tidak tumpah di dalam. Tetapi, “Jangan ditarik dit.., keluarin di dalam aja..!” katanya sambil merapatkan pinggulnya di atas pinggangku, sehingga aku tidak dapat mengeluarkan kejantananku dari dalam. Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi, dan, “Crot.. crot.. crot..” hingga 12 kali semprotan di dalam liang rahimnya. “Aaauughh..!” jeritnya ketika kusemprotkan spermaku ke dalam lubang kenikmatannya. Terasa bibir kemaluannya menyempit dan menjepit batang kejantananku ketika ujung kemaluanku itu berdenyut. Kudiamkan sesaat di dalam hingga kurasakan pijatan halus dari dinding kemaluannya, sungguh nikmat. Lalu kucabut keluar alat kejantananku yang sudah setengah lemas. Kurebahkan Mbak Yanti di ranjang, lalu kujepitkan kemaluanku yang basah di antara buah dadanya yang montok sambil perlahan kugerakkan maju mundur. Terasa geli enak karena sudah berpelumas cairan kami berdua, dan lagi buah dada Mbak nining mampu menjepit seluruh lingkaran kemaluanku, sesekali dijilatinya ujungnya dengan nakal. Kami berdua terkulai lemas, tubuh Mbak Yanti masih terkulai di atas tubuhku. Kami berdua sama-sama bersimbah peluh, dinginnya AC dan suasana hujan tidak mampu menahan gejolak diri kami. Mbak nining kemudian meraih dan mengelus-elus kejantananku. Tiba-tiba kepalanya dicondongkan dan kembali alat kejantananku yang sudah agak lemas dan basah oleh spermaku dan cairan kewanitaannya dimasukkan ke dalam mulutnya, dikulumnya, dijilatinya seperti lollypop. Sungguh aku tidak tahan diperlakukan seperti itu. Akhirnya aku menyerah karena kegelian. Jarum jam sudah menunjukkan 15:15, masih ada waktu beberapa jam sebelum istriku susan sampai di rumah. Sambil berpelukan di ranjang, pembicaraan mengarah ke hal-hal pribadi yang selama ini tidak pernah dibicarakan, hingga akhirnya, “Kamu sungguh hebat dit.., belum pernah aku diperlakukan oleh laki-laki seperti itu, apalagi dibandingkan dengan Mas ian, jauh sekali..” katanya manis. “Emang sebelumnya pernah dengan laki lain..?” tanyaku iseng, tetapi jawabannya sungguh diluar dugaan. “Iya sih, just for fun aja..” jawabnya ringan tetapi cukup mengejutkanku, dan aku penasaran seberapa jauh petualang dia dalam melakukan hubungan seks. Akhirnya dia bercerita tentang petualangan dia sebagai seorang agen eksekutif di sebuah perusahaan . Kami masih sempat main sekali lagi di bath tub kamar mandi sambil membersihkan diri. Setelah itu kami berdua duduk berpelukan sambil nonton TV di ruang tengah seperti layaknya dia istriku sambil melanjutkan cetita petualangannya. Tepat pukul 17:30, susan istriku datang. Segera Mbak nining masuk kamar belakang untuk berganti pakaian yang lebih sopan, supaya tidak mengundang kecurigaan susan. Setelah susan mandi dan berganti pakaian, kami bertiga duduk di ruang tengah sambil mengobrol dan nonton TV, seolah tidak pernah terjadi apa-apa, hingga Mas ian menjemput Mbak Yanti untuk pulang pada jam 20:00, setelah menjemput lia dari rumah kakeknya. Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya, baik di rumahnya ataupun di rumahku. Bahkan kalau ada dinas keluar kota, tidak lupa kami menyempatkan diri semalam berdua di hotel.
Tetanggaku yang menggairahkan
MEMUASKAN TETANGGAKU
Tetanggaku memang nikmat
Ngentot Yanti kakak Iparku Yang Sedang hamil
Nama kakak ipar gue ini adalah Yanti dan suaminya Budi. gue memanggil kakak ipar gue itu dengan sebutan mbak Yanti karena dia istri dari kakak istri gue. dia adalah pengantin baru dan tengah hamil. gue masih tinggal serumah dengan kakak ipa gua kalau di pikir –pikir mba tuh tambah cantik aja dengan kondisi hamil sekarang ini. “tambah seksi aja mbak” canda gue. “hehe.. bisa aja kamu ini”.. “ngomong-ngomong mas budi kemana? kok sepi amat”, tanya gue. “oh.. dia lagi kerja, ntar lagi pulang” jawab dia. “oh ya.. biasanya ma budi kalau pulang dua hari sekali saat gua lagi rebahan sambil tiduran, tiba-tiba setan menghampiri pikiran gue. gue langsung menghayal mbak Yanti tadi yang lagi hamil, “seksi dan montok banget.. gimana ya rasanya kalau gue entotin dia? pasti mantap” ucap gue dalam hati. tak terasa gue ketiduran dan tiba-tiba gue dibangunin oleh mas budi untuk makan malam, kamipun langsung makan malam bertiga. selesai makan gue pamit untuk melanjutkan tidur, karena masih ngantuk habir perjalanan tadi siang. gue langsung kekamar untuk tidur. tengah malam gue terbangun karena kebelet ke kamar mandi. setelah selesai dari kamar mandi, gue mendengar suara wanita yang sedang mendesah seperti sedang ML. gue cari sumber suara tadi dan ternyata suara itu berasal dari kamar mbk Yanti dan mas budi. gue langsung lihat apa yang sedang terjadi didalam kamar, gue lihat dari atas pintu yang ada celah kecil sambil berdiri diatas kursi. dan ternyata yang gue lihat adalah mbak citra yang sedang telanjang bulat sedang nungging dan mas budi yang sama-sama telanjang sedang entotin mbak Yanti dari belakang. pemandangan yang sangat indah. gue tontonin mereka berdua yang sedang bersenggama sampai tak terasa jika gue sedang nonton mereka selama 1 jam sambil berdiri. Kebetulan istri gua sudah terlelap tidur jadi aman ,setelah selesai gue langsung ke kamar mandi lagi untuk onani karena udah tidak tahan lagi dengan yang gue lihat barusan. setelah hasrat gue tersalurkan gue langsung tidur kembali. pagi harinya gue lihat mas budi lagi bersiap-siap kerja. tiba-tiba mas budi berkata “di.. titip mbak Yanti ya, mas mau keluar kota ada tugas kerja selama 2 minggu” . “oke mas” ucap gue. setelah mas budi pergi, gue pun pergi untuk magang didaerah itu. gue pulang sore sampai dirumah gue ketuk pintu karena pintunya terkunci, lama sekali mbak Yanti membuka pintunya. setelah 10 menit mbak citra membuka pintu dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuh seksinya itu. hal itu membuat gue jadi bengong melihat tubuhya. “heh.. liat apa? seksi kan?” tanya mbak Yanti mengagetkan gue “hehe… iya mbak, seksi banget” jawab gue… sampai di kamar gue masih membayangkan mbak Yanti yang memakai handuk tadi, gue langsung membuka laptop dan gue tonton film porno yang memenuhi laptop gue. gue tonton sambil onani dikamar dan membayangkan gue lagi ngentot dengan mbak citra. malam harinya gue makan malam bersama mbak Yanti, setelah makan gue langsung ke kamar lagi. pada jam 9 gue keluar kamar dan gue pun terkejut banget dengan apa yang gue lihat sekarang. mbak Yanti lagi telanjang sambil nonton film porno di kamarnya karena kebetulan kamarnya tidak di kunci dan agak terbuka sedikit,entah sengaja atau tidak sambil meremas-remas toketnya dan meraba-raba selangkangannya, tampaknya dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak menyadari kalo gue sedang asik menonton apa yang dia lakukan. gue langsung masuk kekamarnya dan menghampiri dia dari belakang dan gue langsung meremas-remas toket gedenya dari belakang. dia terkejut karena ada yang meremas toketnya dari belakang “di.. apa yang kamu lakukan” tanya dia. “tenang mbak, aku akan memuaskan mbak malam ini” jawab gue sambil meremas toketnya. Nanti istrimu tahu di ‘ tenang aja mba eni udah tidur “dan nampaknya dia setuju, karena dia menikmati apa yang gue lakukan. gue remas-remas toketnya dan gue pilin putingnya. “ahh…” desahnya. gue langsung pindah kesampingnya, gue langsung melumat toketnya seperti bayi yang sedang menyusu. gue melumat toketnya sambil meraba-raba perut buncitnya, sampailah tangan gue keselangkangannya, gue raba-raba dan dia tampak sangat menikmatinya. gue pindah ke depannya sambil jongkok gue jilati memeknya, tercium bau khas memek wanita. gue masukkan lidah gue ke memeknya sambil gue remas toketnya. 5 menit gue diposisi itu dan diapun orgasme yang pertama. kami beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga. setelah selesai istirahat dia yang gantian menjilati kontol gue, dia masukkan kontol gue ke mulutnya. rasanya seperti melayang diposisi itu. “ sambil gua rebahin gue tidurin dia dikasurnya. gue lumat bibirnya. kami saling melumat bibir. gue lepas lumatan gue dibibirnya dan gue tanya “Sudah siap mbak?” sambil menunjuk kontol gue. dan dia mengerti apa yang gue katakan “oke,, puasin mbak malam ini ya?” jawab dia. Gue langsung mengambil posisi, gue angkat kedua kakinya keatas dan gue langsung tancapkan kontol gue yang lumayan besar ke memeknya. blesss… langsung menancap semua diikuti erangan dia. langsung due entot dia dengan tempo lambat. perlahan gue tingkatkan tempo, semakin cepat gue entot memeknya sambil meremas kedua tokenya “aahhhh…… hmmmm… lebih cepat sayaaaaangg…” ucap dia… Gue langsung percepat genjotan gue, 5 menit kemudia dia orgasme yang kedua. gue cabut kontol gue, dan suruh mbak citra untuk nungging, karena gue ingin mencoba posisi kesukaan gue “doggy style”. dari belakang terlihat semua, pantatnya yang semok banget, anusnya, dan memeknya yang sudah memerah membuat gue bergairah lagi. gue langsung tancapkan kontol gue dari belakang. sambil gue remas toketnya, gue langsung genjot dengan tempo cepat. mbak Yanti sangat menikmati permainan ini. dia hanya mengeluarkan erangan-erangan kenimatan. 30 berlalu kami masih diposisi itu, tampaknya mbak Yanti sekarang kuat banget. beberapa menit kemudian dia berkata “sayang…. aa…a..aku mau nyampeeekk.. nih…” mendengar seperti itu langsung gue percepat lagi genjotan gue, dan tiba-tiba kontol gue serasa dijepit keras banget dan terasa hangat sekali, rupanya dia orgasme lagi yang ketiga. tapi gue masih belum orgasme sekalipun, gue tidak memikirkan mbak Yanti yang sudah lelah gue masih genjot dia dengan cepat, dan 5 menit kemudian “aahhh….” gue semburin sperma gue semua kedalam memeknya. merasa kelelahan kamipun tidur bersama dalam keadaan telanjang. pagi harinya gue terbangun dan mbak Yanti sudah tidak ada lagi, setelah ku cari ternyata dia sedang didapur menyiapkan sarapan pagi. gue menghampiri dia masih dalam keadaan telanjang bulat karena ku pikir hanya kami yang ada dirumah ini. dari belakang kulihat mbak Yanti hanya memakai daster tipis transparan dan tidak memakai apa-apa lagi. gue langsung peluk dia dari belakang, gue remas-remas toketnya, gue tempelin kontol gue yang sudah mengeras ke belahan pantatnya, terasa sekali karena dia tidak memakai celana dalam. dari belakang gue cium dia. gue angkat daster bawahnya, gue masukin kontol gue dari belakang. kamipun bercinta lagi didapur, gue genjot dia dari belakang dan dia sambil memasak. gue genjot selama 10 kamipun sampai klimaks bersamaan, gue semburin sprema gue ke memeknya lagi. setelah itu kami memutuskan untuk mandi bersama. didalam kamar mandi gue sabunin mbak Yanti gue sambil gue remas-remas toketnya. Setelah mandi kami sarapan bersama. masih dalam keadaan telanjang bulat kami sarapan. jam 8 gue berangkat untuk magang, sebelum berangkat kami saling cium. layaknya suami istri. kami melakukan percintaan ini hampir setiap hari selama 2 minggu. sebelum sarapan pagi, setelah pulang magang, malam hari kami terus melakukan percintaan ini. minimal kami melakukannya 2 kali sehari, entah itu diruang tamu, dapur, kamar mandi, kamar mbak citra, atau dikamar gue. kami melakukannya. sampai 2 minggu dan mas budi pulang dia tidak tahu apa yang sudah kami lakukan selama 2 minggu tanpa dirinya.kadang kami masih melakukannya ketika mas budi dirumah. kami melakukannya secara diam-diam. ketika mas budi kerja atau pada malam hari ketika mas budi terlelap tidur. pernah kami melakukannya setelah mas budi dan mbak Yanti selesai bercinta, karena mbak citra tidak puas dengan permainan mas budi, mbak citra diam-diam ke kamar gue dan membangunkan gue untuk bercinta lagi dengan gue. Gue dirumah mbak citra selama 3 bulan dan selama itu gue dan mbak Yanti hampir setiap hari bercinta. itu juga berguna untuk membantu kelancaran kelahiran bayinya nanti karena wanita yang melakukan senggama saat sedang hamil bisa membantu proses persalinannya nanti. setelah 3 bulan gue pamit pulang ke mereka berdua, tapi sebelum pulang gue minta hadiah perpisahan dari mbak Yanti untuk bercinta lagi dengan gue. Untunglah mas budi kerja sampai malam hari ini jadi, kami bisa bercinta seharian, ketika lelah kami berhenti istirahat lalu melakukannya lagi sampai mas budi pulang malam harinya. TAMAT
yanti kakak iparku selingkuhanku
Saya seorang pria berumur 40 tahun. Istri saya satu tahun lebih muda dari saya. Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD. Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distric Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya. Tapi tidak untuk soal seks. Saya seorang peselingkuh. Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan. Dia pernah bilang kepada saya, "Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan." Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama- sama. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya. Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor. Dia berangkat ke kantor pukul 07.30 dan pulang lepas Maghrib. Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20.00 dia sudah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani. Tentu tanpa sepengetahuan dia, karena malu kalau ketahuan. Bukan apa-apa. Perempuan- perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia. Saya menyimpan rapat rahasia itu. Sampai kini. Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama. Saya tak mau mengulanginya. Saya khawatir, pengulangan bakal melibatkan perasaan. Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik. Bukan hati dan perasaan. Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin, dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan. Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan. Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak ipar istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.. Istri saya sebut saja bernama Yeni. kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi. Mbak Yanti, kakak ipar istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Yanti menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Yanti sering berkeluh- kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Yanti sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Yanti sering datang bersama anaknya berkunjung ke rumah orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa- basi saya bertanya, "Kenapa Mas Wid tidak diajak?" "Ahh malas saya ngajak dia," jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh. Seringkali saat Mbak Yanti datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Yanti, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Yanti menemani saya makan. Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Yanti. Tapi mustahil. Mbak Yanti tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Yanti mendadak membuka pintu. "Kopinya Dik Andy." Saya terkejut, dan Mbak Yanti buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Yanti melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang? Pikiran itu terus mengusik saya. Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Sejak peristiwa Mbak Yanti membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Yanti masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah dating Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah. Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan. Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Yanti di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar. Malamnya, di meja makan kami makan bersama- sama. Saya, kedua mertua, Mbak Yanti,. Berkali-kali saya merasakan Mbak Yanti memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Yanti. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Yanti pun demikian. Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami. "Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?" Mbak Yanti mebuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. "Maksud Mbak Yanti apaan sih?" saya pura-pura tidak tahu. "Tadi Mbak Yanti lihat Dik Andy ngapain di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat. Kalau sedang gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana?" "Apaan sih?" saya tetap pura- pura tidak mengerti. "Tadi onani kan?" "Ohh. " Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Yanti. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. "Yahh , Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi.." "Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu." "Ahh Mbak Yanti ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan." "Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?" "Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa." Kami sama- sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras. "Kamu sering swalayan gitu?" "Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok ngomongin gitu?" Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. "Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan." Mbak Yanti memegang punggung tangan saya. "Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Sebaliknya dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia." Kali ini saya bicara jujur. "Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok." "Kasihan kamu." Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Yanti seperti kaget, dan buru- buru menariknya. "Kapan kalian terakhir kumpul?" "Dua atau tiga minggu lalu," jawab saya. Bohong besar. Mbak Yanti mendesis kaget. "Ya ampuun. " "Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan." Mbak Yanti kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Yanti. Tapi Mbak Yanti menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa- apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. "Saya horny kalau Mbak pegang terus." Mbak Yanti tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. "Kaciaann ipar Mbak satu ini." Mbak Yanti berlalu, menuju ruang keluarga. "Liat TV aja yuk," ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, "Saya juga nih, Dik. " Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi. Hanya sebentar. Saya masuk ke kamar. Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Yanti. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. "Belum bobo?" tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. "Belum. " Jawab saya. "Kita ngobrol di luar yuk?" "Di sini saja Mbak." Saya seperti mendapat inspirasi. "Ihh . Di teras aja. Udah ngantuk belum?" Mbak Yanti segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Yanti ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek. Mbak Yanti mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Yanti hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun. Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. "Dik Andy" Mbak Yanti membuka percakapan. "Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak." Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Yanti menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. "Maksud Mbak apa sih?" "Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih." Mbak Yanti mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan- lahan penis saya bergerak. "Kok bisa?" "Nggak tahu tuh. Mas Wib itu loyo abis." "Impoten ?" Saya agak kaget. "Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin," "Hihihi. . Tadi kok kasih nasihat ke saya?" Saya tersenyum kecil. Mbak Yanti mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Yanti. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Yanti.. "Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?" Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Yanti mencoba menghindar, tapi tak jadi. "Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja." "Kapan terakhir Mbak Yanti tidur sama Mas Wib?" Saya mencium punggung tangan Mbak Yanti. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. "Dua minggu lalu." "Heh?" Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. "Bener. " Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. "Mbak.. " Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur. "Hm ," Mbak Yanti menatap mata saya. "Mbak pengin?" Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Yanti merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek- gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. "Di kamar aja yuk Mbak?" ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat- jingkat menuju kamar Mbak Yanti. Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Yanti adalah kamar mertua saya. Aku mulai beraksi kukulum bibir mbak yanti yang merah merekah,bagai di sengat aliran listrik mba yanti menggeliat keras menahan kenikmatan yang aku berikan ,sambil ku jilat dan kuhisap putting susunya mbak yanti semakin kelabakan…uddahhh dikk…aku udah nggak tahan nichh…cepat masukin punya kamu…dan akhirnyaa….ssssllleeeppp .blleesssss ..achhh… dikkk nikmat banget sodokanmu…aku benar-benar bahagia mala mini…teruus dikkk…genjot teruss…memek mbaaa…aaaccchhh….diikkk aku mauuu keluuarrr ….aku juga sama mba keluarin di dalam aja yahh…iyaa diiikkk….aaacccchhh….ccrraattt…crarrattt dan akhirnya kami sama-sama mencapai kepuasan malam itu.makadih ya dik kamu benar-benar bias memuaskan mba,nanti kalau ada kesempatan kita ulangi ya dik…siiap mba kapanpun aku siap untuk melayani mba yanti. Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Yanti. Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib. Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Yanti. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur. Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Yanti. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa- biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun. Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak- desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Yanti. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Yanti benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mulai jarang menginap. Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Yanti. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga?
Buaian asmara kakak ipar
Aku sungguh tak percaya perselingkuhan ini bisa terjadi antara aku, sebut saja Toni (24 tahun) dengan kakak iparku yang bernama mbak Ratna (30 tahun). Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu ketika Mas Iwan (40 tahun) mengalami kecelakaan kerja dan koma selama 3 bulan di rumah sakit. Dia memang bekerja sebagai pengawas bangunan di sebuah proyek pembangunan gedung bertingkat. Untuk membantu Mbak Ratna akhirnya aku selaku adiknya langsung ke Surabaya, karena memang mereka sudah menetap disana. Kedatanganku cukup membantu karena di Surabaya mereka tidak memiliki saudara, semua saudaranya termasuk aku tinggal di Kota Malang. Mbak Ratna sendiri hanya Ibu rumah tangga biasa dengan 1 orang anak yang masih kelas 3 SD. Awalnya aku sempat canggung tinggal bersama kakak iparku itu, namun setelah sebulan bersama kami mulai akrab, aku sering mengajaknya bercanda dengan maksud agar dia bisa bahagia dan tersenyum dalam menghadpi cobaan ini. Usahaku berhasil, dia tidak lagi murung dan perlahan-lahan mulai pulih psikologisnya. Sejak saat itu dia mulai bisa terbuka dan kami tak canggung lagi untuk saling ngobrol. Saat ngobrol santai itulah Mbak Ratna menceritakan hubungan dengan suaminya selama ini setelah itu akupun menceritakan hubunganku dengan pacarku. Dia sempat terkejut saat aku bercerita bahwa aku sering ngentoti pacarku di kamar kos, namun aku santai saja bercerita sehingga dia semakin penasaran. Dia tampak memperhatikan ceritaku dengan serius, sesekali dia bertanya bagaimana ekspresi wajah pacarku saat di entoti maupun saat mencapai orgasme. Karena cerita itulah awal perselingkuhanku dengan Dia terjadi. Setelah aku selesai menceritakan adegan demi adegan aksiku saat ngentoti pacarku dengan berbagai posisi dan gaya kulihat wajah Mbak Ratna tampak memerah, desahan napasnya juga tak teratur, aku tahu dia mulai birahi. Semula aku hanya sekedar iseng aja mengatakan Waahhh… ko diam aja dengar ceritaku….. mbak Ratna terangsang yaa? Dia tampak gugup menjawab pertanyaanku yang mendadak dan jadi salah tingkah. Akupun semakin menggodanya, Sudahlah mbak… kalo terangsang juga ga apa-apa ko, itu alami dan sebaiknya hasrat itu di salurkan…. he…he…. sambil tersenyum aku mengatakan itu. Dasar kamu Ton ada-ada aja, memangnya kamu tau dari mana aku lagi horni, jangan mengarang ah…. jawab mbak Ratna sambil berdiri dan melangkah menuju dapur. Aku segera mengejarnya dan meraih tangannya. Mbak kalau aku bisa membuktikan bahwa mbak Ratna lagi horni mbak mau kasih hadiah aku apa….? Dia tersipu malu dan menjawab…terserah kamu mau minta apa aja boleh…. sambil melepaskan tanganku dia kembali menuju dapur dan mengambil segelas air, tampaknya dia kehausan karena terangsang. Aku segera mendekatinya dari belakang dan langsung saja kusingkap roknya ke atas dan kuusapkan jari tangan kananku di celana dalamnya, gerakanku sangat cepat sehingga dia tidak sempat menghindar. Setelah itu akupun segera berucap, Maaf mbak, sepertinya aku menemukan bukti yang kuat kalau mbak lagi horni, celana dalam mbak terasa sangat basah. Dia sangat terkejut dan berkata, Ton kamu ko bisa begitu si…. ? Mbak sekarang terbuktikan tebakanku. Sekarang hadiahnya aku mau minta… Dia tampak bingung dengan pernyataanku, Ya sudah deh Toni, karena kamu sudah tau, sekarang kamu minta apa.? Inilah kesempatanku untuk bisa ngentoti mbak Ratna, aku segera memeluk dan mencumbuinya. Dia berusaha menolak, Ton kamu mau apa…? Mbak aku ingin ngentot sama kamu sebagai hadiahnya. Gila kamu Ton… aku kan Istri kakak kamu. Sudahlah mbak santai aja… sama saja kok. Saya janji akan buat kamu puas dengan permainaku yang hot. Mbak Ratna diam saja, tampaknya dia semakin terangsang karena sejak dari tadi Memeknya terus ku obok-obok dengan jariku. Diapun hanya pasrah saja ketika aku melucuti semua pakaiannya sehingga dalam sesaat kami sudah sama-sama bugil. Setelah itu aku langsung mengambil posisi jongkok di belakang pantatnya, dia yang kuminta menungging sambil berpegangan pada meja dapur. Dengan penuh semanat aku langsung memainkan lidahku di mulut memeknya. Itil miliknya yang tegang dan basah terus kujilati dengan sesekali kusedot bagian lubang memeknya. Permainanku ini membuat Dia sangat terangsang sehingga dia mencapai orgasme Cret… Cretzzz cairan putih dan hangat keluar dari memeknya dan mengalir membasahi jembutnya yang hitam dan lebat. Setelah itu giliran dia yang kuminta jongkok di depanku lalu kuminta mengulum kontolku yang tegak berdiri. Dengan penuh semangat Mbak Ratna mengulum senjataku Slep…slep…. rasanya sungguh nikmat dan aku semakin tidak tahan untuk segera ngentiti dia. Segera kuminta dia kembali berdiri, namun saat akan kumasukkan kontolku ke memeknya dia menahanku. Jangan disini Ton, nggak nyaman… kita ke kamar aja yuk. Akhirnya kami melangkah kekamar sambil tanganku terus meremas pantatnya yang bahenol itu. Di atas kasur dia langsung melentangkan tubuhnya yang putih itu. Mbak Ratna tergolong wanita ToGe alias Toket Gede, karena ukuran nya memang suoer jumbu bahkan lima jariku saja tak cukup untuk meremasnya secara penuh. Mungkin ukurannya sekitar 36 C bahkan mungkin lebih. Setelah puas memandanginya aku segera menindihnya dari samping, kemudian sedikit kucumbui agar kami jadi hot, sesaat kemudian langsung kuentoti dia dengan posisi nungging. Tanpa kesulitan kontolku melesat masuk ke memeknya, Blezzzz…… Slep…. dan langsung kugoyang dengan tempo cepat. Clup……Slep…..Slepppp….Cluppp… Ahhh…ah…. Ohhh rasanya sungguh nikmat. Dari kaca besar yang ada di meja rias kulihat Toket mbak Ratna berayn-ayun seperti balon yang di isi air dan di goyang-goyang selain iti kulihat dia juga mendesah dan merintih. Saat itu memang aku sengaja mengarahkan wajahnya menghadap ke cermin rias. Dalam posisi nungging itu mbak Ratna kembali orgasme, dia meminta berhenti untuk istirahat, namun aku menolaknya, aku hanya membalikkan badanya dengan posisi terlentang. Setelah itu aku langsung kembali mengentotnya sambil kedua kakinya kutekuk kearah perutnya sehinga menempel di puting susunya yang besaer dan berwarna coklat. Dengan posisi itu aku sangat bersemangat karena aku bisa menyaksikan kontolku yang perkasa menerjang dengan semangat memek mbak Ratna yang empuk iti. Clep…. Clepp…. Plakk…. Plakkk ….clepp……clepp, suara tabrakan antara pankal pahaku dengan pantatnya dan cuara yang keluar dari memek saling bersahutan sehingga sangat asik terdengar, mbak Ratna kembali terangsang dengan rintihan dan desahan yang semakin keras Akkkh….ahhh….ohhh Ton Kontolmu enak sekali…… akupun semakin bersemangat mendengar rintihan itu dan akhirnya kami sama-sama mengalami orgasme…Oh….. sayang…… Ahhh…ahhh…. memek kamu benar-benar mantap…. Crotttt…..crot… air maniku mengalir deras membanjiri memek mbak Ratna. Permainan birahi yang dahsyat itu membuat tubuh kami sangat lemas dah lelah sehingga kami tertidur sampai sore hari. Dan sejak saat itu aku sering ngentoti mbak Ratna dengan berbagai macam variasi gaya. dia sangat bersemangat aku entoti dengan gaya yang baru dan belum pernah dia coba sehingga hubunganku dengan dia semakin hot. Hubunganku terus berlanjut sampai akhirnya mas Iwan sadar dari koma dan di ijinkan pulang dari rumah sakit. Walaupun mas Iwan sudah di rumah tapi kami masih tetap ngentot bila ada kesempatan dan mbak ratna tidak pernah menolak. Namun setelah mas Iwan pulih dan dapat kembali bekerja aku kembali pulang le kota Malang dan meninggalkan kenangan indah itu. Untuk mengobati rasa rinduku pada permainan mbak Ratna, sebulan sekali aku berkunjung ke Surabaya untuk menyalurkan hasratku. Hingga sekarang hubungan ini terus berlanjut. Mas Iwan maafkan atas perbuatan adikmu yang kurang ajar ini… TAMAT