BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

ibu guruku yang bergairah


Aku sebenarnya lahir dari keluarga yang tak kekurangan,meski kehidupan kami tidak berlebihan,tapi cukup dapat menjalani hari-hari dengan tentram,. Ayahku seorang pegawai negeri,sedangkan ibuku,membuka toko kelontong didepan rumah kami. Aku sendiri anak terua dari 2 bersaudara,adiku perempuan masih kecil.  Masa sekolah dasarku,kujalani dengan baik,aku orangnya memang mudah bergaul,walau keinginan tahuan akan hal baru sedikit besar,tapi kadang aku suka sedikit belagu dan sok tahu. Sosoku sendiri sebenarnya biasa saja,hanya badanku agak lebih besar dibanding teman-teman yang lain.
Keinginan tahuanku yang sedikit besar itulah yang menjadi awal berubahnya pemikiranku tentang hal-hal tabu. Hal itu berawal dari saat aku kelas 6 sd,temanku membawa kartu yang berisi adegan mesum. Meski hanya 4 lembar kartu,tapi hal it uterus membayang dibenaku. Sampai akhirnya,saat akhir kelas, aku sdh mengalami mimpi basah.
Awal masa smp, tidak menjadi masalah bagiku,aku dengan mudah dapat bergaul akrab hampir dengan semua teman baruku. Sampai kemudian,aku mengenal sebut saja bu yanti, guru matematika sekaligus wakil kepala sekolah kami. Wanita yang masih dibawah 40 tahun itu,mempunyai sifat yang sangat ramah serta akrab kepada semua murid. Selain itu wajahnya yang lumayan cantik,dengan kulit yang bersih,menjadi nilai tambah baginya. Perawakanya yang singset dan payudaranya yang agak besar,kadang menjadi bahan bisik2 murid2 disekolah.
Keakrabanku denganya berawal saat catur wulan pertama telah selesai. Siang itu,setelah keluar dari ujian terakhir,aku tak langsung pulang, aku main basket dengan teman2ku. Sampai akhirnya ketika jam 1 siang,kami hendak pulang. Mereka menuyuruhku mengembalikan bola basket ke kantor,akupun membawa bola itu. Saat masuk kantor,sebenarnya ada 3 orang guru yang masih belum pulang,termasuk buy anti. Saat melihatku,buy anti tersenyum. “kebetulan,kamu murud kelas 1 kan,siapa namanya?katanya. “iya bu,tono”jawabku. “sini,ibu mau minta tolong”katanya. Aku menghampirinya.”ada apa bu?tanyaku. “ibu mau minta tolong,periksain ulangan anak2,gpp?tanyanya. “wah bu takut gak bisa”jawabku. “gak kok,gampang,jawabanya sdh ada,kamu tinggal samain aja”katnya.karena merasa segan,akupun akhirnya mau setelah diberi sedikit petunjuk. “yuk,di ruang  ibu aja”katnya,kemudian kami masuk ke ruanganya. Dia kemudian memberikan tumpukan kertas jawaban.”ini samain sama ini,yang pilihan abc nya aja”katanya. Aku mengangguk. Baru sekitar 15 menit,kudengar buy anti memanggil penjaga sekolah. “kamu mau bakso atau mie ayam,blum makan kan?katnya. “gak usah bu,tadi dah makan”jawabku.”ya sudah,minum aja ya”katnya,tampa mendengar persetujuanku,dia sudah memesakan minuman kepada pak penjaga sekolah. Kira-kira kurang satu jam,aku selesai mengerjakan tugasnya. “mana lagi bu”tanyaku.”ada sih,tapi udah siang,tar orang tua kamu kawatir”katnya. “tenang aja bu,pulang magrib gpp,dah biasa”kataku. Akhirnya aku mengambil tumpukan di mejanya kerjanya. Aku kembali ke meja didepanya,dan asyik mengerjakan tugas yang iya berikan. Tak terasa,aku menyelesaikan sampai 5 kelas,saat ,saat jarum jam menunjukan angka 4. “cepat juga kamu ya,tapi sdh lah,cukup,dah terlalu sore’katnya. Walau aku bilang tak apa2,tapi kliatanya dia tidak tega,sebelum pulang aku diberi uang 5 ribu untuk ongkos,aku asalnya menolak,tapi dia memaksa. “nanti kalo ibu minta tolong lagi,mau kan?katnya,aku mengangguk.
Sejak itu,kami menjadi lebih dekat. Walau didepan teman2,dia biasanya hanya tersenyum,tapi kalau saat aku membantu memeriksa ulangan harian kelas lain,dia selalu banyak bertanya,terutama mengenai kegiatanku sehari. Aku sendiri tak merasa special,karena ku tahu,selain aku,banyak anak2 lain yang kadang dia mintai bantuan. Sampai akhirnya suatu hari,dia kembali meminta aku membantunya untuk memeriksa ulanagan harian murid-murid lainya. “no,nanti mau gak bantu ibu,bawa buku2 itu ke rumah,kamu kan lewat rumah ibu arahnya kan?tanyanya. “boleh bu”kataku. “ya dah nanti kita pulang bareng kalau sudah selesai,atau kita kerjakan dirumah ibu aja,gmana?karena sebagian masih teringgal di rumah.akhirnya,aku setuju. Kamipun pulang kerumahnya menngunakan angkutan umum.
Samapi dirumah yang berukuran sedang,dengan hanya satu kamar tidur besar.”ibu disini ngontrak,kebetulan perumahan ini yang paling dekat sekolah”katanya.saat aku tanya ini rumah ibu.”lingkungan sepi ya bu,gak takut maling?tanyaku.”kan didepan ada penjaga,mereka pada kerja kali,jadi sepi”jelasnya. “suami ibu di mana?tanyaku.”mereka di malang,sama anak ibu”katnya. “oh,anak ibu kelas berapa?tanyaku.”dia dah kuliah,baru masuk”.”masa sih bu,kirain anaknya masih kecil,kok ibu gak keliatan punya anak yang sdh gede”kataku sedikit memujinya.”ih kamu bisa aja”katanya.
Ya,buy anti memang ditugaskan ke sekolahnya ,tapi resikonya,dia harus jauh dengan keluarganya,sudah 3 tahun lebih,katanya dia jauh dari keluarga,biasanya kalau ada libur yang agak panjang,beliau baru menemui keluarganya. Suaminya sendiri sebulan sekali rutin menjenguknya,kadang bersama anak dan meruanya juga,begitu buy anti memberitahukanku. “ibu gak kesepian sendirian?tanyaku. “kdang sih sepi,tapi untung,ibu sibuk dengan kerjaan,lagian kadangkan ada murid yang datang bantu,jadi gak gitu sepi”jelasnya. “oh,oh ya,ibu kapanpun boleh kok minta tolong,asal jangan yang susah,yang meriksa abc aja bu”kataku.dia tersenyum,dan mengucapkan terima kasih.
Sungguh,aku makin senang dapat membantunya. Sampai akhirnya,ujian kenaikan kelas telah selesai,aku kembali diminta membantunya. Siang itu,aku kembali datang kerumahnya. Aku sudah tidak canggung lagi.”aduh,ibu ketinggalan sebagian”katnya saat mengeluarkan isi kantong plastiknya. “aku mau ambilkan bu,biar aku kembali ke sekolah lagi”kataku. “jangan ah,kasian,jalan kedepanya kan agak jauh,besok aja kalau kamu gak keberatan,kesini lagi ya?ktanya,aku setuju,akhirnya aku engerjakan tugasku,baru jam 2 siang,semau sudah beres.kulihat buy anti menyiapkan makan. “kamu makan dulu mending”katnya. Akupun kemudian makan. “kamu tuh berapa tahun”katnya.”13 bu”jawabku. “wah,dah gede dong,pasti dah akhir balig ya?katnya,aku mengangguk malu”. “udah mimpi dong”tnyanya.”udah dong bu”jawabku sok dewasa.bu yanti tertawa,tapi tawanya kelihatan agak genit,tapi entah,aku senang. “kapan pertama mimpi?tanyanya. “6 sd bu”jawabku.”dah punya pacar?.”belum bu”. Tak terasa obrolanpun mengalir,diiringan gelak tawa,sesekali dia menayakan hal tabu,aku jawab dengan senang hati.
Saat malam,aku terus berfikir mengenai hal yang terjadi sore tadi, apalagi saat bu yanti bertanya,pernah masturbasi,dengan malu aku jawab pernah sekali,dan dia berkata,anak2 sekarang terlalu cepat gede, aku juga ingat untuk menjaga rahasia,agar jangan sampai obrolan kami,aku ceritakan ke anak lain,dan aku berjanji. Dan besoknya,walau sekolah sudah bebas,tapi aku tak sabar menanti untuk membantu bu yanti.
Hari masih sekitar jam 10 tapi aku sudah bolak balik didepan kantor,sementara anak-anak lain yang hanya sebagian yang datang,sudah bergegas pulang. “kamu tunggu di depan ja ya” kata ibu yanti saat dia melihatku.kira-kira jam 11 lebih,beliau keluar dari kantor,akupun membantunya membawa bungkusan plastic,saat naik angkutan. Dalam beca yang menuju rumah,ibu yanti sempat berkata “terima kasih ya,kasian kamu jadi cape 2 kali”katanya. “kan aku bilang gpp bu,kapanpun siap,asal nilaiku jangan jelek,he3,bercanda bu”kataku,saat kulihat delik mata ibu yanti.
Sampai dirumah,ibu yanti berganti pakaian daster dengan belahan yang sangat rendah,membuat jantungku tak karuan.aku langsung mengerjakan tugasnya,yang ternyata hanya sedikit,kurang dari jam 1 sdh selesai,membuatku sedikit kesal karena harus cepat pulang. “kok sedikit sih bu,kelas lain mana”kataku. “belum,nanti aja”.”kenapa gak sekalian”kataku.”nanti di kerjakan anak lainya”jawabnya. “ya ibu”kataku. “loh,kenapa mangnya?tanyanya. “ya gpp bu”kataku. “masih betah disini ya?tanyanya. “aku hany senyum”.”ya dah ngobrol dulu aja,ibu juga sengaja bawanya dikit,supaya ngobrol ma kamunya lama’katnya. Akhirnya kamipun ngobrol kesana kemari. “sampai akhirnya saat aku berdiri mau ambil air,ibu yanti bertnya “bole tahu gak,anu kamu berapa senti?katnya. “apanya bu”jawabku,fikiranku tak menentu,”itu burungnya’katnya. “ih ibu,malu ah,gak tahu,gak pernah ukur?jawabku sambil kemudian aku berjalan kedapur sambil tersenyum. Bu yanti mengikutiku,kemudian dia duduk di dekat meja makan.”kok malu?katnya.”mang kenapa bum au tahu?tnyaku. “gak,badan kamu kan lbh gede dari yang lainya”katnya.aku hanya senyum.’gak tahu bu,lum ukur”jawabku.”ibu ukurin mau gak?katnya. jantungku makin berdetak,tapi setiap di bertanya,aku malah makin suka,entah kenapa.”malu dong bu”jawabku.aku kemudian meneguk air,padahal sudah gelasnya sudah kosong.”kenapa malu,atau ibu liat aja ya”katnya.aku tak sempat begerak karena tanganya tiba-tiba menyentuh pinggangku,dan menariknya agak mendekatat. “ibu penasaran aja,boleh ya?katanya,aku hanya diam,saat perlahan seleting celanaku mulai dia buka,dan kemudian melebarkan celanaku,mukanya terus menatap kemaluanku.kemudian tangan mengelus celana dalamku yang sedikit mumbul.aku sendiri hanya bisa melihat sambil terus meletakan gelas dibibirku. Sesaat dia mennurunkan celana dalamku,hingga burungku perlahan keluar. Anehnya burungku malah sepertinya bergerak dan membesar.apalgi saat tanganya mulai mengelusnya,kemudian diapun mengelus bulu2 halus yamg mulai menghitam di ujung kontolku. Perlahan wajahnya mendekati kontolku,aku hanya diam,perlahan dia mulai mengulumnya,sesaat kontolku mulai mengeras.”enak gak?katnya,aku mengangguk. “no,ibu boleh minta tolong gak?katnya.”apa bu?tanyaku.”kamu takut ga?katnya.”gak bu,mang kenapa?tanyaku. “kalau kamu berani,gauli ibu?bisiknya.”pasti gak berani ya?katnya. rasa belaguku muncul. “berani aja bu,tapi…”belum selesai aku menjawab,ibu yanti menarik tanganku kembali keruang tengah. Perlahan tapi pasti dia membuka kancing bajuku,kemudian kaos dalamku,kemudian,celana seragamku yang diasdh buka seletingnya dia turunkan bersamaan dengan celana dalamku. Aku akhirnya berdiri terpaku dihadapanya denagn telanjang bulat. Sesaat dia kemdian menarik dasternya keatas, dadku berguncang hebat,jantungku tak karuan berdetak saat kulihat dia hanya memakai celana dalam dan kutang warna hitam dan kemudian celana dalamnya dia lepaskan. Kulihat payudaranya seolah ingin keluar semuanya. Ibu yanti berbaring di karpet. “sini kalau kamu berani’katnya. Perlahan aku mengkampirinya. Kulihat dia membuka pahanya lebar-lebar. Jelas sekali belahanya yang berwarna coklat. Aku kemudian berjongkok dihadapanya. “tapi aku belum pernah bu”kataku. “gpp,sini pelan-pelan,gak sakit kok”katnya denag senyum menggoda. Akhirnya aku membungkuk dihadapanya,tanganku mennahan tubuhku dikiri kanan badanya. Kontolku yang dari tadi sudah menegang,digemganya,dan perlahan dengan mudah atas bantuan,kontolku di masukanya kelubang kemaluany. Rasa hangat dan nikmat langsung menjalar tubuhku. Rasa itu makin melambung,apalagi saat kontolku mulai masuk makin dalam. Perlahan dengan bantuan tanganya,aku mengerkana kontolku maju mudur,samapi akhirnya dia melepaskan tangannya dari pantatku dan memeluk punggung. Aku makin merapat dan kurasakan diapun mengerakan pinggulnya naik turun,menyambut sodokanku,rasa itu membuatku tak karuan,samapai akhirnya akupun mendekapnya erat “bu aku gak kua…’ dan ahh..ahh…akhirnya spermaku kuraskan mengucur dilubanynya. Ibu yanti mengusap keningku,dan tersenyum. “gpp,santai dulu ja”katnya sambil mendekapku. Aku hendak mengambil celnakau. “mending mandi gih”katnya,dia berjalan kekamarnya,aku masih menutup kemaluanku dengan celanaku saat dia menyodorkan handuk masih dengan hanya bercelana dalam dan berkutang hitam.’udah bajunya ditinggal aja”katnya sambil merebutnya. Aku kemudian masuk ke kamar mandi. Setelah selesai,kulihat buy anti menyediakan makan.kok masih malu,katnya saat melihatku membalikan badan dan mulai berpakaian. Fikiranku masih tak karuan,tapi rasa dingin air menenagkanku. Sambil makan kami ngobrol. “maafin ibu ya?katnya. “gpp bu’jawabku. “kamu suka gak”tanya,aku tersenyum.setelah selesai aku duduk dikursi,memandangi tempat kejadian tadi. “pasti kalau kamu dimintai tolong lagi gak mau?tnyanya. “gak kok bu,mau”jawabku.”benar?tanyana. aku mengangguk pasti. “ya dah ibu mau minta tolong lagi”katnya.aku mengangguk,tiba-tiba dia kembali menbuka dasternya kemudian kutangnya,dia kemudian berbaring kembali dikarpet beralaskan bantal di kepalanya. “sini”katnya menarik tanganku. “hisapin putting ibu ya?katnya,tak lama akupun mulai menyedot payudaranya seperti bayi. “ibu masih pingin ya?tnyaku disela-sela sedotanku. “iya”katnya sambil perlahan kembali mengeranyangi celanaku,akhirnya aku yang merebah,kemudian dia kembali membuka celanaku dan mengulum kontolku. Tampa disuruh,aku mulai menurunkan celanaku, ibu yanti tersenyum,tak lama kontolku mulai kembali keras,dia naik diatasku,dan perlahan kontolku dia jejalkan ke memeknya. Satu-satu kancing bajuku dia buka,kemudian kaos dalanku,akhirnya lebih dari 15 menit,dia menggenjotku dan aku hanya pasrah terlentang,setelah itu dia memeluku dan berbalik. “duh,ibu sdh kewalahan,kamu yang diatas’katnya.kurasakan momoknya makin basah,aku akhirnya berguling dan naik diatasnya,kembali aku mengenjotnta,hingga kira-kira 30 menit sampai akhirnya aku terkulai lemas diatas payudaranya.
Sungguh,pengalaman yang luar biasa dan tak terkira,saat pulang,aku dibekali uang. Tapi fikiranku terus melayang tak karuan.
Sejak itu,kami makin dekat,sesekali kami mereguk kenikmatan bersama,meski tidak ada tugas memeriksa  yang dia berikan,tapi dia memberiku tugas lain, menuntaskan rasa dahaganya.
Sampai akhirnya dipertengahan kelas 2, aku kembali disuruh datang. Saat itu,dari sekolah seperti biasa kami bersama. Samapi dirumah dia bertanya. “kamu nanti mau ga?katnya. “mau bu”jawabku. Wah tapi gmana ya,nanti ada anak kelas 3 datang juga”katnya. “wah,gak bisa dong”jawabku. “ya nanti lagi aja yah”katnya. “jangan lama-lam bu,gak kuat,besok ya aku datang”kataku. Tiba-tiba suara motor terdengar. “kayaknya dia’kata buy anti. Aku kenal anak itu, anak yang teremasuk popular disekolah,dia anggota basket,badanya bagus,wajahnya hitam manis. Dia sepertinya tak kaget melihatku.”kak wisnu ya?tanyaku. Iya. “saya tono”kataku. “itu no yang anak kelas satu, dan itu yang buat kamu”katnya. Kami langsung memeriksa,tampa berkata apapun.sesaat ibu yanti datang membawa makanan ringan dan meletakanya di meja. “kok gak sambil ngobrol,malah diam2an”katnya. Kami hanya senyum. Kami hanya menjawab pertanyaan ibu yanti,lebih sering daripada saling bertanya. Akhirnya pekerjaan selesai,hari hampir jam 5 sore. “maaf ya,ibu janji sama kamu hari ini,”katnya saat kami asyik memakan cemilan. Aku sedikit tak mengerti, ibu yanti kemudian duduk diantara kami. “no,mau gak kita bertiga main”katnya. “maksud ibu”tnyaku. “dari pada besok,sekarang aja,wisnu juga pasti gak keberatan nya”buy anti berkata sambil meraba kemaluan wisnu,aku sempat kaget,tapi kemudian tangan ibu yanti merab kemaluanku. “gak usah takut’katnya.dia berkata sambil membuka kancing dasternya.”nu,kamu buka juga”katanya.wisnu senyum dan langsung membuak satu-satu pakaianya,aku masih bingung,tapi saat pakaianku dilucuti ibu yanti,aku diam. Perlahan buy anti mencuimiku,wisnu tampa ragu menciumi payudara buy anti, ke mudian dia menoyodorkan kontolnya ke mulut ibu yanti. Sungguh hitam dan lebih besar dibandingkan aku.bu yanti mengulumnya,tanganya meremas-remas kemaluanku. “kamu kok diam aja”katnya,aku akhirnya meremas dada bu  yanti. Tak lama,ibu yanti mengulumku kembali,wisnu menjilati momoknya,akhirnya buy anti nungging di pinggir sofa,dari belakang wisnu memasukan kontolnya. “dikamar aja yuk”bu  yanti menarik yangan kami,samapi dikamar,aku yang disuruh menggenjot bu  yanti,yang telah terlentang,wisnu mengulum payudaranya. Sesaat kemudian aku mengejang,akhirnya terkulai,wisnu mengantikan aku,akupun kemudian mengantikan pekerjaanya menghisap payudara bu  yanti.
Adan magrib terdengar,wisnu telamengeluarkan cairan kenikmatan juga,tapi kami malh sepakat mengulangnya lagi setelah berhenti sejenak.akhirnya seperti 2 kuda liar,aku dan wisnu bergantian menggagahi bu  yanti, bahkan akhirnya bu  yanti menyuruh kami memasukanya bersamaan. Sungguh kenikmatan luar biasa aku dapakan.
Nafsu kami makin tak terkendali,sesekali kami mengulangnya. Bahkan suatu saat, mantan kaka kelasku yang telah luluspun datang,bersamaku dia memuaskan bu  yanti. Di akhir kelas 3, akupun tahu, bahwa bu  yanti tidak akan kesepian walau jauh dari suaminya, karena satu hari,aku diperkenalkan dengan murid kelas satu berbadan tinggi,yang bersama-samaku mengauli bu  yanti.
Akhirnya aku lulus,saat sma,pernah dua kali aku mengunjunginya dan tentu saja mengaulinya,tapi semenjak kelas 2 sma,aku tak pernah ketempatnya lagi,karena aku menemukan wanit-wanita lain yang sebaya dan jauh lebih segar dari guruku, ibu yanti tercinta

ibu guru yanti sexy


Sudah hampir setahun Andi tinggal di tempat kost bu Yanti. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Yanti di pasar. Waktu itu bu Yanti kecopetan, trus teriak dan kebetulan Andi yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Yanti. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Andi lagi cari tempat kost yang baru dan bu Yanti mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Yanti.


Bu Yanti lumayan baik terhadap Andi, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Andi sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Yanti masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Andi yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Andi lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Yanti.

Sampai satu hari…… waktu itu masih sore jam 4. Andi masih dengan malasnya di kamarnya. Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. lalu suara bu Yanti yang manggil,”Ndi…Andi… ada di dalem gak?” Sontak Andi bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Andi. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Yanti pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Yanti,” Andi lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Andi menyahut sedikit teriak,” lagi mandi bu….”

Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara ibu yanti jadi dekat ya udah mandi aja dulu Ndi, ibu tunggu di sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Andi tadi gak mengunci pintu. “busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,”pikir Andi.

Sekitar lima belas menit Andi di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Yanti bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Yanti sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Andi dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.

Bu Yanti tersenyum manis melihat Andi yang salah tingkah,”lama juga kamu mandi ya Ndi…” bu Yanti membuka pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Yanti sambil sejenak melirik dada bidang Andi. “ah ibu bisa aja… biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..?” jawab Andi sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Yanti mendekat dan duduk di samping Andi, “Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho… trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu…”ucap bu Yanti. Andi jadi kikuk,”wahduh… kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie…” jawab Andi dengan sedikit memohon.

Bu Yanti terlihat sedikit berpikir…”mmmm… boleh deh, tapi jangan lama-lama ya… emang uangmu di pakai untuk apa sie?” terlihat bu Yanti sedikit menyelidik. “hmmm… pasti buat cewe mu ya…”dia terlihat kurang senang.

“ah nggak juga kok bu….. saya emang lagi ada keperluan,” jawab Andi hati-hati melihat raut wajah bu Yanti yang kurang senang.

“huh…laki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh… sama aja dengan suamiku….”keluh bu Yanti dengan nada kesal.

Waduh nampaknya bu Yanti lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Andi. Dengan cepat Andi menjawab,”tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok…”

“hhhhh….”bu Yanti menghela nafas,”udahlah Ndi, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus… aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.”

sedikit penjelasan bahwa bu Yanti ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Yanti tampaknya udah mulai kesepian nie

“wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu…. “jawab Andi kikuk

“gak apa-apa Ndi, ibu hanya mau curhat aja sama kamu… boleh kan Ndi?” suara bu Yanti sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Yanti terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Andi.

“udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,”Andi bermaksud menghibur.

“ah kamu Ndi… emang ibu masih cantik menurutmu?” bu Yanti menatap sendu ke arah Andi, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh…. ingin rasanya Andi menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Andi bisa berbuat sesuatu… busyet… Andi memaki dalam hati… “kenapa otak gwa jadi kotor gini.”

Dengan sedikit gugup Andi menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut… gerutu Andi dalam hati. Andi jadi panik, jangan-jangan bu Yanti marah dengan ucapan Andi. Tapi ternyata Andi salah, karena bu Yanti tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,”ih Andi bisa aja menghibur…. Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona wajah bu Yanti berubah sedih lagi,”kalo menurutmu Ndi, apa ibu emang gak menarik lagi…?” sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Andi minta penilaian. Terang aja Andi makin kikuk,”wah aku mau ngomong apa ya bu…? Takutnya nanti di bilang lancang lho… tapi kalo mau jujur…. Ibu cantik banget, seperti masih 20an deh.”

Bu Yanti tampaknya senang dengan pujian itu,”hmmm.. kamu ada-ada aja saja… ibu udah 33 lho.. emang Andi liat dari mananya bisa bilang begitu?”

Andi jadi cengar cengir,” ….itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.”

Bu Yanti kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Andi sambil berkata,” ah.. gak perlu malu…. Bilang aja…”

Nafas Andi terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Yanti, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Andi mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Yanti mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Andi memperhatikan bahwa bu Yanti memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya. Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Andi beralih ke bagian depan uupss… terlihat belahan dada yang hmmm… sepertinya buah dada itu lumayan besar. Sentuhan lembut tangan bu Yanti di paha Andi yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Andi. Dengan penuh selidik bu Yanti bertanya,”lho… kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an…”

Andi sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Yanti,”mmm… eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang… masih sangat menggoda…”

Tidak ada jawaban dari mulut bu Yanti, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat… dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Yanti makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah. Andi pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Andi menyambut bibir merah bu Yanti, desahan nafas mulai terasa berat hhhh…hhhh…ciuman terus bertambah dahsyat, bu Yanti menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Andi, dan dibalas dengan lilitan lidah Andi sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.

Dengan naluri yang alami, tangan Andi merambat naik ke bahu bu Yanti, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Andi meraba bahu bu Yanti sampai ke lehernya…. Kemudian turun ke arah dada ,dengan remasan lembut Andy meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. “hhhhh…hhhh” nafas bu Yanti mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik bu Yanti tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Andi… melingkari pinggang Andi, mencari lipatan handuk, hendak membukanya…

Uupps…. Andi tersentak dan sadar….,”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Andi tertunduk tak berani menatap bu Yanti sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Yanti.

Terlihat bu Yanti pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bh itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. “napa Ndi… kita sudah memulainya… dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam… kamu harus menyelesaikannya Ndi…” tatapan bu Yanti terlihat semakin sendu…
“mmm… ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu… bisa gawat dong… pak Kardi juga bisa marah besar bu…” jawab Andi.

Tanpa menjawab bu Yanti bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Andi terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Yanti. Kemudian dengan tenang bu Yanti melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Andi itu nampak gerakan bokong bu Yanti naik turun, dan perasaan Andi semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Yanti berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Andi tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Yanti. Sampai bu Yanti berdiri dekat di depan Andi dan berkata,”kamarnya udah di kunci Ndi, dan gak ada yang akan mengganggu….”

Andi tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Yanti kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya. Andi mendekat dan duduk di samping bu Yanti… hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Andi langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.

Bu Yanti yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Andi, menarik wajah dan langsung melumat bibir Andi dengan nafsu yang membara. Andi membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Yanti, tangan Andi meremas payudara montok milik bu Yanti. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Yanti mendorong lembut badan Andi, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Andi mendorong lembut tubuh bu Yanti, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Andi melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting. Dengan gemas Andi menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya ………………… “hhhh…. Ahhh….mmmh….”suara bu Yanti mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Andi melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Yanti yang menggelinjang kegelian.

Andi menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Yanti, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Yanti mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi. Andi mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Yanti yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Andi menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Yanti dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Yanti mengerang kenikmatan,”ahhhh…. Mmmmh… hhh… ndi….uhh…”desahan birahi yang memuncak dari bu Yanti membuat Andi semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.

Setelah beberapa menit Andi mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Yanti tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”Ndi…. Ayo sayang… masukkin Ndi… hhhh…mmmmh.” Suara bu Yanti ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.

Dengan tenang Andi menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Yanti semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Andi naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Yanti yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Andi dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.

Dengan sekali dorongan penis Andi amblas sampai setengahnya. Andi menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Yanti,” ahhh….teruskan ndi….ahhh.” kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya. Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Andi memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot.

Andi bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Yanti mencengkam punggung Andi, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,”ah..ah..ah..mmh…mhh…hhhh.” tak hentinya desahan meluncur dari bibir Andi dan bu Yanti. Sesaat Andi menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Yanti memeluk Andi dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Yanti memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali bu Yanti memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Andi lebih dalam. Andi tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Yanti. Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Yanti seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Andi membalikkan posisi, bu Yanti kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Andi meneruskan pertempuran. “Ndi…ahh..ah..ah..uh… terus ndi…. Ahhh…ahh ibu sampai…ndi….ahhhhhhhh… mmmmmhhh.” Setelah teriakan tertahan bu yanti mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar. Andi merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.Andi menikmatinya dengan memutar –mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Andi kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Yanti…. Yang dengan cepat meraih penis Andi dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Yanti mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Andi membaringkan tubuhnya disamping bu Yanti. Terdiam untuk beberapa saat.

Bu Yanti bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Andi. “makasih ya sayang… ini rahasia kita berdua… I love u Ndi,” bisik mesra bu Yanti di telinga Andi.

“mmm…baik bu…”belum sempat Andi menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Yanti menempel di bibirnya, “kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dong…”ucap bu Yanti manja.

“iya sayang….” Balas Andi, senyum manis merekah di bibir seksi bu Yanti.

Setelah itu dengan cepat Andi dan bu Yanti merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Andi, bu Yanti berbisik mesra,”sayang… tar malem suamiku gak ada di rumah….. aku tunggu di kamar ya… berapa ronde pun dilakoni buat Andi sayang.” Sambil berpelukan mesra, Andi menyanggupi ajakan bu Yanti.


ibu guru menikmati mantan murid


Sebuah Cerita Dewasa tentang mantan murid yang berhasil menikmati vaginaku yang lembut. Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

"Bu Asmi..?" Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

"Bu Asmi..?" Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam.

Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

"Sandi!! Ngapain kamu?"

Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

"Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu... " Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

"Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua," Ujarku lembut.

"Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan... Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya," jawab Sandi.

"Ah kamu... Ya sudah terserah kamu sajalah"

Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

"Body Ibu bagus banget.. " dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

"Ibu hebat...," desisnya.

"Apanya yang hebat..?" Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

"Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu" Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

"Itu karena Ibu teratur olahraga" jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

"Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!" Cegahku sambil menciumnya.

Sandi tersenyum lebar. "Sudah enggak sabar ya ?" godanya.

"Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San," Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

"Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak 'bercinta' sama Ibu...," dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu..., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya...!!!

Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

"Oohh...," sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

"Saann, penismu enaaak...!!!," kataku setengah menjerit.

Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

"Oohh..., toloongg.., gustii...!!!"

Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

"Aahh, penismu..., oohh, aarrghh..., penismuu..., oohh...!!!"

Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

"Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!" aku menjerit-jerit.

"Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget 'bercinta' sama Ibu!" Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

"Sodok terus, Saann!!!... Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!"

"Teruuss..., arrgghh..., sshh..., ohh..., sodok terus penismuuu...!"

"Oh, ah, uuugghhh... "

"Enaaak..., penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss..."

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

"San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar," kataku terus terang.

"Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?" jawabnya lembut di telingaku.

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

"Oorrgghh..., aahh..., ennaak..., penismu enak bangeett... Ssann!!"

Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

"Aarrgghhh...!!!" aku menjerit.

"Aku hampir keluar!" Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

"Terus, Sayang..., teruuusss...!"desahku.

"Ooohhh, enak sekali..., aku keenakan..., enak 'bercinta' sama Ibu!" Erang Sandi

"Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan...!" Balasku.

"Aku sudah hampir keluar, Buu..., vagina Ibu enak bangeet... "

"Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss..., yaah, aku juga mau keluarr!"

"Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar...!"

"Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann..., aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan 'bercinta' sama kamu..., yaahh..., teruss..., aarrgghh..., ssshhh..., uughhh..., aarrrghh!!!"

Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

"Oohhh...!!!" dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

"Enak banget," bisik Sandi beberapa saat kemudian.

"Hmmm..." Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

"Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..."

"Apalagi penis kamu..., gede, keras, dalemmm..."

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

"Aku bisa enggak puas-puas 'bercinta' sama Ibu... Ibu juga suka kan?"

Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

Sudah seminggu Sandi menjadi" suami"ku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Sandi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.

Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Sandi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sich buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi.

Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Sandi meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku pergunakan ke sekolah. Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan berdiri duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar kesekolah.

Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan dilakukan Sandi padaku.

"Masuk.. Nggak dikunci," panggilku dengan suara halus.

Lalu Sandi masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.

"Malam ibu... Sudah siap..?" Godanya sambil medekatiku.
"Sudah sayang..." Jawabku sambil berdiri.

Tapi Sandi menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja rias. Lalu ia berbisik ketelingaku dengan suara yang halus.

"Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip ibu?"
"Memangnya lewat mana..?" Tanyaku sambil membalikkan setengah badan.

Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias. Lalu sambil mengecup leherku Sandi berucap.

"Dari sini bu.." Bisiknya.

Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol dengan guru-guru pria disekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.

Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Sandi masuk kecelah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Sandi lalu membuka bajuku tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.

"Inilah yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang," Bisiknya ditelingaku sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini.

Lalu tangan Sandi menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Sandi dan menyedotnya dengan keras air liur Sandi, kulilitkan lidahku menyambut lidah Sandi dengan penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan membaringkannya ditengah ranjang.

Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan "push up bra style". Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Sandi lebih panas, aku lalu mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku mengenakan celana "mini high cut style".

Sandi tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Sandi mendarat disembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya dalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku. Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Sandi memilinnya secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman sandi dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan.

Selepas tautan dengan bibir hangatku, Sandi lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu.

"Saan... Saann... Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini.."

Sandi lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Sandi, Segera dua buah gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Lalu Sandi menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang ke atas. Sandi mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi.

Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Sandi dan kulemparkan kekursi rias. Dengan giat penuh nafsu Sandi menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CDku dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar ke atas. Lalu Sandi merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah. Melihat CDku yang sudah basah lembab, ia langsung menurukannya mendororng dengan kaki kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.

Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada memekku, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat adapun dibagian belahan vagina dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut. Rangsangan Sandi semakin tajam dan hebat sehingga aku meracau.

"Saaan.. Sentuh ibu sayang, .. Saann buat.. Ibu terbaang.. Pleaase."

Sandi segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritasku yang semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Sandi dan menekannya kebawah sambil mengerang.

"Ssaann.. Aarghh.."

Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, magma pun meluap menyemprot ke atas hidung Sandi yang mancung.

"Saan.. Ibu keluaa.. aar.. Sann.." Memekku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau.
"Saan.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang."

Sandi segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Sandi dalam rongga mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Sandipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.

Setelah merasa aku cukup beristirahat Sandi mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera bangkit dan medorong belahan badan Sandi yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar kekupingnya. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Sandi, sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu kiri Sandi yang berambut, Kubelai dada Sandi yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang sebelah kiri. Mengelinjang Sandi mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, sandipun mengerang dan mendesah.

Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat keperut. Lalu kumainkan lubang pusar Sandi ditekan kebawah dfan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Sandi sampai akhirnya kekemaluan Sandi yang sudah membesar dan mengeras. Kuelus lembut dengan jemari lentikku batang kemaluan Sandi yang menentang ke atas, berwarna kemerahan kontras dengan kulit sandi yang putih kepalanya pun telah berbening air birahi.

Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi tak sabar dan segera kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Sandi dengan penuh gelor nafsu, kusapu kepala kontol dengan cermat, kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Sandi memutar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan keikmatan yang sangat tiada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.

"Buuu.. Dera nikmat darimu tak tertahankan.. Kuingin memilikimu seutuhnya," Sandi mengerang.

Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Sandi yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayang kealam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala kontol tersebut. Termasuk dibagian urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.

Sadar akan keadaan Sandi yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah terangsang. Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan kumulan kontol Sandi dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Sandi menghadap kekakinya. Dan kumasukkan kontol Sandi yang keras dan menengang ke dalam relung nikmatku. Segera kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakanpun kutambah sampai kecepatan maksimal.

Sandi berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati dera kenikmatan gesekan kontol sandi yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga menimbulkan dera kenikmatan yang indah sekali. Tangan Sandipun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.

"Buu Dennook.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih lagi bu.. Denyutan diujung kontolku sudah tak tertahankan"
"Ibu pandai... Ibu liaarr... Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr" .

Lalu Sandi memintaku untuk memutar badan manghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku sehingga. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Sandi menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di depan memekku. Sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana wajah Sandi yang tak tahan lagi akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seakan mau meledak.

"Buu... Pleaass.. See.. Aku akaan meleedaaakkh!"
"Tungguu Saan.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita sama-sama yaa.."

Akhirnya... Cret.. Cret.. Cret tak tertahankan lagi bendungan Sandi jebol memuntahkan spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus dan meneriakkan erangan kenikmatan. Segera kusambar bibir sandi, kukulum dengan hangat dan kusodorkan lidahku ke dalam rongga mulut Sandi. Kudekap badan Sandi yang sama mengejang, basah badan Sandi dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai didadaku sambil menikmati denyut vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang nikmat yang selama ini kurindukan.

Lalu Sandi membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup keningku.

"Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus berikan kenikmatan seperti ini untukku ya.." Bisiknya lembut.

Aku hanya mengangguk perlahan, setelah memberikan ciuman selamat tidur aku memeluknya dan langsung terlelap. Karena besok aku harus masuk kerja dan masih banyak lagi petualangan penuh kenikmatan yang akan kami lalui.