Baru 2-3 menit, ia sudah merapatkan badannya ke tubuhku
sambil berkata," puasin aku ya..". Aku langsung merapatkan bibirku ke
bibirnya. Kamu berciuman sangat bernafsu. Lidahnya duluan masuk ke mulutku
sambil meraba-raba setiap sudut dalam mulut. Aku sangat terangsang, apalagi
melihat tangannya memegang daerah vaginanya yang masih tertutup rok. Wanita ini
nampaknya ********* dan cuek, pikirku. Inilah kebiasaan wanita yang sangat ku
sukai dan sangat merangsangku.
Aku membuka kancing bajunya dan langsung menyusupkan
tanganku ke buah dada kirinya. Dia dengan cepat membuka tali bh sehingga
menyembul dua bukit yang cukup besar. Aku langsung mengulum putting salah
satunya. Kepalanya bergerak ke belakang menahan isapanku
Nama saya Adi. Seperti pria pada umumnya, aku sangat
menyukai hubungan intim yang bebas untuk dilanjutkan sampai kepuasan tertinggi.
Apalagi jika pasangan saya tidak banyak berharap lebih selain kepuasan seksual.
Saya biasanya sangat bergairah terhadap wanita yang demikian. Itulah yang
terjadi antara saya dan Sari. Ini terjadi selama 3 tahun terakhir. Umurku kini
39 tahun sementara Sari berusia 34 tahun. Memang kami akhirnya berhenti
berhubungan karena ia harus pindah ke luar kota sementara saya tetap di
Jakarta. Namun kisahku dengan dia selalu menjadi kenangan, bahkan sering
merangsangku.
Sari adalah seorang ibu dari dua anak dan bersuamikan pria
yang baik, memiliki pekerjaan lumayan di sebuah perusahaan milik pemerintah.
Aku sendiri di perusahaan swasta, se kantor dengan Sari. Badanku biasa-biasa
saja dengan tinggi hampir 170 cm, sementara Sari sekitar 165 cm. Badannya cukup
langsing dengan pantat yang agak menonjol. Inilah yang sangat menggairahkan
saya. Sementara dia bilang sangat menyukai bersenggama dengan saya karena
ukuran penis saya yang lebih gemuk dari punya suaminya, walaupun panjangnya
kira-kira sama.
Hubungan kami bermula dari kedekatan tempat duduk yang
membuat kami sering ngobrol di kala senggang. Aku suka memuji pakaiannya dengan
kalimat-kalimat yang mengarah ke urusan nafsu. Misalnya, "rokmu bagus deh
hari ini, seksi banget kelihatannya" . Luar biasanya, jawaban Sari lebih
mengarahkan lagi, "seksi gimana, hayo, jelasin dong.." Aku biasanya
langsung ngejelasin bahwa lekuk tubuhnya jadi terlihat dan enak dipandang. Dia
senang aku memujinya. Hal-hal begini terjadi dan makin lama makin brani, namun
tanpa pernah ia tersinggung atau marah. Nampaknya dia santai-santai aja dan
menikmati percakapan, sejauh apapun.
Pada suatu waktu, kamu keterusan ngobrol tentang hubungannya
dengan sang suami. Kebetulan paginya, katanya, ia baru bersenggama dengan
suaminya, namun nggak mencapai orgasme. Sementara suaminya selalu orgasme. Saya
langsung memancing," jadi lagi nanggung dong skarang, ya". Eh, nggak
nyangka dia menjawab,"napa, mo bantu nerusin nih.. emang mampu?".
Wah, bagi saya kesempatan nih. Aku langsung mengarahkan pembicaraan ke makan
siang bareng di luar kantor. Dia mau banget.
"Gimana kalo makannya di tempat yang berdua aja",
aku membuka obrolan di mobil ketika kami berangkat mencari tempat makan. Sari
menjawab dengan pertanyaan sambil melihat ke arahku yang sedang nyetir,"
di mana?". Pikiranku tidak lain ke motel jam-jaman tentunya. Di situ bisa
nonton tv, ngobrol, pesen makanan, dianterin ke kamar, bayar, tanpa harus
ketemu muka dengan pengantar makanan. Aku jelasin semua itu, dia malah
nyambung,"masa cuman nonton tv, ngobrol, makan..". Ini jawaban yang
ngeresin banget. Aku merasakan desakan dari dalam celanaku, ereksi yang
dahsyat.
Akhirnya kami tiba di motel. Ngobrol-ngobrol lebih jauh,
ternyata dia memang telah sering ke motel dengan suaminya ketika pacaran dulu.
Saya jadi sangat maklum, pantes Sari nggak kelihatan risi atau kaku sama
sekali. Selesai membayar kamar dan pesen makanan, kamipun duduk di tempat sambil
nonton tv. Ternyata ada channel video dengan film seks. Aku nggak pindahin lagi
channelnya dan Sari nampaknya senang. Baru 2-3 menit, ia sudah merapatkan
badannya ke tubuhku sambil berkata," puasin aku ya..". Aku langsung
merapatkan bibirku ke bibirnya. Kamu berciuman sangat bernafsu. Lidahnya duluan
masuk ke mulutku sambil meraba-raba setiap sudut dalam mulut. Aku sangat
terangsang, apalagi melihat tangannya memegang daerah vaginanya yang masih
tertutup rok. Wanita ini nampaknya ********* dan cuek, pikirku. Inilah
kebiasaan wanita yang sangat ku sukai dan sangat merangsangku.
Aku membuka kancing bajunya dan langsung menyusupkan
tanganku ke buah dada kirinya. Dia dengan cepat membuka tali bh sehingga
menyembul dua bukit yang cukup besar. Aku langsung mengulum putting salah
satunya. Kepalanya bergerak ke belakang menahan isapanku. Aku suka ekspresinya
ketika terangsang. Ia makin terangsang, aku juga.
Tanganku telah masuk ke dalam celana dalamnya dari samping.
Agak basah. Jari tengahku mengusap-usap klitorisnya. Ini membuat ia tak tahan.
Tanpa komando apa-apa, posisi kami berubah menjadi posisi 69. Kami saling
mengisap sambil, " aaaah.. eeeeh..haaaaaaahhh. ." Ketika bibirku
mengulum klitorisnya, ia melenguh panjang keenakan," aaaauu.. enak, Di".
Aku lakukan ini sekitar 5 menit sampai Sari mendorongku kemudian mengangkang di
sampingku. "Ayo Di, nggak tahan nih. Masukin cepet.."
Aku berputar menaikinya, mengarahkan kontolku ke liang
senggamanya yang sudah sangat basah. Perlahan-lahan ku dorong masuk.. enak
sekali. Sari melenguh," aaaaah.. ya teruuuss Di.". Perlahan-lahan ku
pompa liang senggamanya sementara dia memaju-mundurkannya dengan badan yang
sangat kaku. Rupanya ia mengejar orgasmenya yang pertama. "Terus Diiii,
aku suka banget. ". Semenit kemudian badannya mengeras total sambil
berteriak," aaaaaaaaah. udah Di aku dapet. aaaaah". Aku mendiamkan
sedikit agar ia bisa tenang dulu.
"Enak banget, sayang", katanya setelah agak tenang
Aku kaget dia memanggilku dengan sebutan sayang. "Kamu sayang aku
ya?", aku bertanya sambil memulai memompa liang senggamanya lagi.
"Iya dong, aku sayang kamu yang telah memuaskanku, selain menyayangi
suamiku yang baik itu lho", Sari menjawab.
Kami bertempur lagi dan nampaknya Sari telah terangsang
lagi. Kadang-kadang aku memutarmutar pantatku dengan arah yang berlawanan
dengan putaran pantat Sari. Kami benar-benar menikmati hubungan seks kami yang
pertama. Akhirnya aku hampir mencapai puncak," Sari, aku mo nyampe
nih.aaaahhh" . "Yaaaah, aku juga". Semenit kemudian aku mencapai
orgasme yang luar biasa sambil berteriak," aaaaaahhh.". Sari juga
ternyata mencapai orgasmenya yang kedua sambil melenguh keras sekali,"
aaaaauuuu.. Enak Di. enaaaak". Kami terdiam sejenak. Setelah reda, kami
berciuman lagi secara lembut sekali. Kemudian kami mandi bersama.
Di bawah shower, kontolku tegang lagi. Sari juga terangsang
karena ku gesek-gesek ke vaginanya ketika kami mandi sambil berpelukan.
Akhirnya kami bersenggama lagi, kali ini sambil berdiri. Karena sulit
melakukannya sambil berdiri, kami kembali ke tempat tidur untuk menyelesaikan
satu putaran kenikmatan. Lagi-lagi aku mengalami hubungan seks yang sangat
ekspresif. Karena Sari sangat ekspresif, nggak malu-malu, aku jadi sangat
terangsang. Akhirnya kami mencapai kepuasan bersama, setelah aku harus menahan
orgasme sebentar karena Sari belum akan orgasme. Akhirnya kami meledakkannya
bersama-sama, " aaahhhhhh... aaaahhh.".
Sampai pertengahan 2003 kami rutin berhubungan 2 atau 3 kali
seminggu. Kami melakukannya tanpa saling menuntut, kecuali menuntut kepuasan.
Saya tidak pernah bermaksud memperistrinya, dia juga tidak pernah
berangan-angan hendak bercerai dan menikah dengan saya. Cocok benar kemauan
saya dengan kemauan dia. Saya kami hari berpisah. Skarang saya harus agak
sering melakukannya sendiri, sambil berkhayal tentang hubungan seksku dengan
Sari