BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

yanti dan adik ipar



-->



Dua minggu setelah pesta pernikahan Wendy dengan Ray, mereka pindah dan ngontrak di sebuah rumah sederhana di sebuah komplek perumahan. Wendy minta dengan sangat padaku, selama aku di Jakarta, dia memohon aku tinggal dan menginap di rumahnya. Tadinya aku malas tinggal di rumah Wendy yang baru, tapi ia terus memaksa dengan alasan, orang terdekatnya adalah aku. Jadi aku harus menemaninya. Akhirnya aku mau juga.
Malam itu, aku tidur gelisah. Kamar mereka persis bersebelahan dengan kamarku. Wendy dan Ray yang masih tergolong pengantin baru tampaknya sedang melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Dengan jelas aku mendengar suara desahan, rintihan dan erangan. Suara-suara tersebut membuat aku benar-benar gelisah. “Sialan lo, Wen…Enak kok nggak bagi-bagi….”, gerutuku dalam hati.
Karena lelah, akhirnya aku tertidur juga hampir mendekati subuh. Aku bangun kesiangan. Ketika keluar kamar, aku lihat Wendy berada di meja makan. Dandanannya sudah rapi.
“Mau ke mana lo, Wen?”, tanyaku sambil membenarkan rambutku yang masih berantakan habis tidur.
“Yan, jaga rumah dulu ya. Gue mau ke kampus ngurusin daftar ulang”, kata Wendy semangat, yang meskipun sudah nikah tapi masih tetap kuliah.
“Lama nggak pulangnya?”
“Lumayan. Paling sore. Tapi yang pasti sebelom laki gue pulang kerja, sebagai bokin gue harus sudah ada di rumah”, kata Wendy lagi sambil bergegas mengambil tas. “Yuk, gue cabut dulu”.
Sepeninggal Wendy, aku di rumah sendirian. Bete juga. Aku lalu bergegas mandi. Sejam kemudian, badanku sudah segar kembali.
Sekitar jam 12 siang, di halaman rumah aku melihat ada sepeda motor masuk ke pekarangan. Dia adalah Anton, adik Ray alias iparnya Wendy. Anton masih duduk di kelas 2 SMA. Ia masih memakai pakaian seragam sekolah, putih abu-abu.
“Kok rumah pengantin baru sepi, Kak Yanti?”, tanya Anton santai sambil duduk di sofa ruang tengah.
“Mas Ray kan kerja. Kak Wendy baru aja berangkat ke kampus”, kataku santai juga sambil menyisir rambutku yang masih agak basah. “Bolos?”, kataku lagi.
“Enak aja. Aku ini pelajar teladan tau”, kata Anton protes.
Meskipun baru kenal, aku cepat akrab sama Anton yang masih berstatus pelajar itu. “Kak Yanti, aku ijin masuk ke kamar Mas Ray, ya. Aku mau putar film nih…”, kata Anton lagi.
“Lho kok di kamar. Di sini kan ada TV dan DVD player?”, kataku.
“Gak asyik ah. Enakkan di kamar bisa nonton sambil tiduran”
“Terserah, deh”, kataku menjawab sekenanya, “Film apa, Ton?, kataku lagi.
“Film action, Kak”, jawab Anton.
Anton tak lama masuk ke dalam kamar Ray, sementara aku masuk ke dalam kamarku.
Aku di kamar sendirian. Rencananya aku mau melanjutkan tidur karena rasanya aku kurang tidur karena suara-suara aneh semalaman. Tapi aku lagi-lagi tidak bisa memicingkan mata barang sejenak. Samar-samar aku mendengar ada suara aneh lagi. Suara erangan, rintihan dan desahan berasal dari kamar sebelah yang hanya dibatasi dinding.
Aku baru ingat kalau di kamar Ray dan Wendy ada Anton yang katanya tadi mau nonton film action. Aku bangkit dan bergerak keluar menuju pintu kamar Ray dan Wendy. Pintu itu tertutup. Perlahan aku buka handle pintu tersebut. tak lama pintu terbuka.
Di dalam kamar, aku melihat Anton yang ternyata sedang nonton BF. Anton kaget tatkala kupergoki kelakuannya. Aku bergegas kembali masuk ke dalam kamarku, sementara Anton buru-buru mematikan TV dan DVD Player.
Aku masuk ke kamar, sementara Anton menyusul masuk ke kamarku.
“Kak Yanti…. Kak Yanti… Maaf… ya kak…! Please… jangan bilangin Mas Ray dan Kak Wendy ya…”
“Kamu ini… nakal banget. Nggak baik tau…”
“Iya kak, maaf… Anton janji gak lagi-lagi deh..”, kata Anton dengan sedikit memelas.
Aku sejenak memperhatikan wajah Anton yang tampak masih lugu. Aku merasa sedikit simpati pada anak itu.
“Ya udah… tapi jangan ulangi lagi. Janji… swear..” kataku sambil mengangkat dua jari tanda “peace”.
“Swear Kak…”, jawab Anton.
Aku lagi-lagi memandangi Anton. Tiba-tiba ada satu desiran aneh di dadaku. Ada semacam desakan yang secara naluri aku tidak bisa tolak. Perlahan, aku pegang tangan Anton. Anton agak kaget melihat wajahku. Aku pandangi dia lekat-lekat, tetapi Anton memandangku dengan sorot mata ragu. Tangan Anton yang kupegang, kuangkat ke atas hingga mengenai dadaku, mengenai tetekku. Anton sekali lagi menatap mataku. Aku berbisik :”Kamu boleh meremas, Ton…”
Perlahan tangan Anton mulai meremas tetekku. Aku menggelinjang, sedikit mendesis. Tangan Anton sedikit demi sedikit mulai aktif. Ia meremas-remas dengan gerakan yang lebih besar. Aku semakin berdesis dan menggelinjang. “Ooooh…”
Karena aku sudah tak tahan lagi, kuraih wajahnya. Kukulum bibirnya. Ternyata Anton membalas. Selanjutnya, kami saling mengulum bibir dan memainkan lidah. Nafas Anton memburu, demikian juga dengan aku.
Aku perlahan-perlahan melepaskan kemeja putih, baju seragam Anton. Celana panjang abu-abunya pun aku pelorotkan.
“Kak Yanti….Anton…Anton belum pernah”, Anton bicara dengan suara yang bergetar.
“Jadi Anton belum pernah ngentot?”
“Iya, kak. Anton belum pernah ngewe eh ngentot…..! Tapi kalo onani udah”.
“Gak apa-apa, Ton. Nanti biar Kakak yang ngajarin Anton ngentot”
“Tapi kak….nanti perjaka Anton gimana?”
“Yang pasti perjaka kamu hilang. Perjaka kamu buat Kak Yanti”
“Ah nggak mau ah…”, Anton sedikit menolak dan berusaha menarik remasan tangannya dari gundukan tetekku. Aku nggak mau kalah begitu saja.”Kamu pasti akan enak. Percaya deh sama Kak Yanti. Nanti Kak Yanti kasih enak”.
“Ngentot enak ya, kak?”
“Enak banget. Kamu cobain ya, sayang”.
Aku mulai agresif. Kontol Anton lalu kuremas-remas. Dan kontol itu mulai tegang.
“Kak Yanti mau ajarin Anton ngewe ya…”
“I…iya, kak… tapi pelan-pelan ya kak ngewenya”.
Aku makin meremas-remas kontol Anton. Kontol itu lalu kujilati. Aku merasa senang karena aku mendapat daging yang masih segar. Anton mendesah ketika kontol terus kukulum, kuhisap, kusedot, kujilati. Ia makin keenakan.
“Ooh… kakak…. enak kak…”
“Enak ya, Ton…! Sekarang gantian ya. Memek kakak kamu jilatin. Mau gak?”
“Memek Kakak aku jilatin? Rasanya enak gak kak?”
“Kamu tadi nonton BF kan? Nah kayak gitu…rasanya enak deh. Nanti kamu ketagihan kalo udah jilatin memek kakak”.
Anton lalu mulai menjilati memekku. Aku benar-benar terbang. Soalnya semalam aku tidak mendapat pelampiasan karena aku mendengar Ray dan Wendy ngewe di kamar sebelah.
Tangan Anton menyibak memekku yang dikelilingi jembut. Ia pandangi sebentar lobang memekku.”Kak, di dalam lobang memek kakak seperti ada pentilnya”, kata Anton. “Itu namanya kelentit. Coba deh Anton jilatin juga”, aku menjawab dengan suara parau dan dengan nafas ngos-ngosan.
Akhirnya karena memekku terus dijlatin, akhirnya ku sudah benar-benar tak tahan. Kami bergantian saling menjilat. Anton menjilati memekku, dan aku mengisap dengan rakus kontol Anton dalam posisi 69.
Puncaknya, aku akhirnya udah nggak tahan. Aku minta Anton segera memasukkan kontolnya ke lobang memekku.

“Ton, ayo cepat masukkan kontol kamu ke lobang memek kakak. Kakak udah nggak tahan nih. Kakak udah pengen banget diewe…dientot…di genjot…disodok…atau apalah namanya…”
Anton lalu memasukkan kontolnya ke lobang memekku. Aku lega. Aku dapat perjaka. Anton mulai genjot. “Enak gak Ton memek kakak?”
“Enak banget, kak. Memek kakak enak…” Anton ngos-ngosan sambil menggenjot dan menyodok memekku dengan kontolnya.
Seperti biasa, kalau aku ngewe, aku selalu berteriak-teriak. “Ton… genjot terus…. genjot…. kakak dientot Ton… Ayo ngentot Ton. Kamu boleh ngentotin kakak sepuas-puasnya. Genjot terus…. genjot terus memek kakak…”
“Iya kak… memek kakak enak banget. Sempit dan empot-empot. Kontol Anton kayak disedot-sedot nih kak. Kok enak banget yang namanya memek ya. Apalagi lobang memeknya Kak Yanti”
“Ayo Ton… ngewe….ngewe…ngewe…ngewe…ngewe…ngewe…”
“Aduh kak… Anton mau kencing nih…” kata Anton, memakai istilah “kencing” untuk ejakulasi.
“Iya…iya… gak apa-apa. Ton…. kencing aja di dalam lobang memek kakak. Pasti kamu enak… deh…”
“Iya kak, Anton kencing sekarang ya…”
Aku teriak panjang : “Ngentooooooooooooooooooooooot….”, aku juga orgasme bersamaan dengan Anton yang kencing (ejakulasi) di dalam lobang memekku.
Dalam hatiku berkata, “Waaah aku dapat perjaka nih…”
Siang sampai sore itu, aku ngewe sama Anton 3 kali. Ternyata Anton cukup lumayan kuat juga. Dan ketika menjelang sore, Anton pulang sebelum Wendy dan Ray pulang. Aku sendirian lagi di rumah.
Ketika Ray dan Wendy pulang, malamnya kami bertiga makan malam bersama. Dan ketika malam mulai larut, kami masuk ke dalam kamar masing-masing.
Tapi tak berapa lama, tiba-tiba Wendy muncul dari dalam kamarnya, ia menggedor-gedor pintu kamarku.
“Hoooy… Yantiiii….”
“Ada apa sih lo, Wen? Berisik amat”
Wendy mengacungkan sekeping DVD, “Ini film bokep siapa? Punya elo ya…?
Aku hanya menganguk. Wendy tersenyum memandangiku. “Elo ngiri? Semalam gue sengaja ngentot sama laki gue teriak-teriak supaya elo ngiri, tau…. Makanya tadi ketika elo sendirian di rumah elo setel bokep kan?”
“Iya”, kataku lirih sambil nyengir.
“Gue pinjam DVD-nya”, sehabis berkata seperti itu, Wendy ngeloyor masuk ke kamarnya.
Sejak aku berhasil merenggut keperjakaan Anton yang nota bene seorang pelajar kelas 2 SMA, aku merasa menyesal. Bayangkan, secara pertalian keluarga, jelas asal-usulnya. Wendy sepupuku kawin dengan Ray, sedangkan Anton adalah adik kandung Ray. Jadi kalau diurut, Anton itu adik ipar sepupuku juga. Hmm… tapi meskipun demikian, aku merasa senang, karena aku mendapat daging segar. Hmm….
Sejak aku berhasil mengambil keperjakaan Anton, kini malah ia yang sekarang mengejarku. Sudah tiga hari berturut-turut Anton selalu datang ke rumah kakaknya sehabis pulang sekolah. Hal ini membuat Mas Ray dan Wendy heran. Dan naga-naganya, Wendy mulai mengendus ada sesuatu yang terjadi antara aku dan Anton. Maklum, Wendy adalah orang yang paling terdekat dengan aku. Dia tahu betul tentang siapa aku, bagaimana hitam-putihnya aku.
Jadi sebelum rahasia terbongkar, aku langsung memberi tahu Anton via telpon kalau ia jangan sering sering ke rumah kakaknya. Kalau mau ketemu aku, ketemunya di luar aja. Hal ini terpaksa kukatakan dengan maksud untuk mencegah hal-hal yang lebih parah lagi.
Anton setuju. Tapi syaratnya, aku harus menemui dia selepas jam sekolah. Dia sedikit mengancam, kalau tidak ketemu di luar, maka Anton akan datang ke rumah kakaknya.
Jam 1 siang, aku sudah menunggu di depan pintu gerbang sekolah Anton. Mobil kuparkir di tempat agak teduh kira-kira 100 meter dari pintu gerbang. Dan tak lama, sekitar 15 menit kemudian jam bubaran sekolah tiba. Dari kejauhan aku melihat segerombolan anak sekolah berseragam putih abu-abu berjalan keluar dari pintu gerbang. Aku menunggu kemunculan Anton. Dan setelah agak sepi, aku melihat Anton berjalan mendekati ke arah mobil yang kuparkirkan. Ia sengaja pergi ke sekolah hari itu tidak pakai sepeda motor karena sebelumnya sudah kutelepon lebih dahulu.
Dengan gerak ringan, Anton membuka pintu mobil lalu duduk di sebelahku. Mobil kujalankan, menyusuri jalan kota Jakarta yang panas.
“Kita kemana, Kak?”
“Terserah kamu”
“Lho kok terserah?”
“Kamu udah ijin ke rumah belom kalau hari ini pulang telat”
“Udah kak. Aku alasan mau belajar kelompok di rumah teman sampe sore”
“Ya udah”
Mobil terus kuluncurkan ke arah selatan kota Jakarta. Ketika aku nyetir, Anton bicara ; “Kak… aku udah pengen banget nih..”, katanya dengan wajah yang lugu.
“Pengen apaan?”, kataku tersenyum kecil sambil memegang stir mobil.
“Pengen….pengen….diajarin ngentot lagi sama kakak…”
“Nakal kamu ya…”, aku mencubit paha Anton. Anton kesakitan tapi ia malah tertawa senang.
“Memek Kak Yanti enak. Legit. Sempit. Terus memek kakak empot-empotannya membuat kontolku gak tahan. Seperti disedot-sedot gitu lho, kak “
Aku diam tak berekasi, tapi sempat melirik ke arah Anton.
“Kenapa ya, Kak?”
“Ya emang rasanya kayak gitu kalau orang ngentot”
“Kakak hobby ngentot ya…?”
Aku tersenyum. Anak ini polos banget. Aku melirik seklas dengan konsentrasi nyetir mobil yang kuluncurkan terus ke arah Selatan jakarta.
Sesampainya di daerah dekat Lebak Bulus, aku membelokkan mobil ke sebuah tempat di jalan TB Simatupang. Di situ ada sebuah motel yang mobil bisa langsung masuk ke dalam garasi. Seorang pelayan dengan sopan membuka rolling door. Mobil langsung masuk, dan rolling door langsung ditutup kembali.
Aku turun dari dalam mobil, diikuti Anton. Garasi mobil langsung menghubungkan ke dalam kamar motel. Pelayan yang tadi membukakan rolling door setengah berlari mendekat, memberi dan menawarkan pelayanan prima. Aku memesan makanan dan minuman ringan.
Sesampai di dalam kamar motel, aku duduk di sofa melepas penat. Tak lama pelayan yang tadi muncul kembali membawakan pesanan.
Setelah pelayan pergi, kamar langsung kukunci. Aku lalu berjalan ke tempat tidur dan rebahan. Anton mendekat, ia berbaring di sebelahku.
“Mau langsung ngentot, kak?”
“Aduuuuh… ni anak gak sabaran amat…! Polos banget”, dalam hatiku, “Emang kamu udah gak tahan pengen ngentotin kakak?”
Anton tersenyum, “Kalo kakak nggak keberatan langsung mau ngentot, aku juga siap kok”.
“Foreplay dulu lah”
“Apaan tuh foreplay, Kak?”
“Pemanasan dulu. Kalo olah raga warming up. gitu”
“Oo harus gitu ya, Kak?”
“Ya nggak juga. Ada orang yang juga bisa langsung main tubruk aja. Tapi kalau ada foreplay-nya kan lebih asyik”, kataku memberi penjelasan.
“Foreplay itu seperti apa misalnya?”, kata Anton bloon.
“Misalnya ciuman dulu, raba-raba dulu, ngocok-ngocok dulu, remas-remas dulu, jilat-jilat dulu… gitu Nton”
“Oooo… gitu”
“Anton mau foreplay dulu?”
“Mau. Tapi langsung jilatin memek kakak aja ya”
“Aduuuuuh…! Ini anak…. maju beberapa langkah. Harusnya kan cium dan raba dulu, baru jilat”, dalam hatiku. Tapi karena sudah terlanjur, aku putuskan oke saja. Aku mulai membuka pakaianku, CD aku dan bra aku. Aku langsung bugil.
Anton melepaskan pakaian seragam putih abu-abu. Ia juga sudah bugil.
“Ayo kak kita mulai”, kata Anton.
Aku mengangkangkan kakiku sehingga memekku terlihat lebih lapang. Anton mendekat. Ia sepertinya takut-takut dan agak jijik. Tapi aku berhasil meyakinkan, “Ayo Ton tunggu apa lagi. Jilatin dulu dong memek kakak”
Anton mulai menjilat. Mula-mula perlahan, tapi lama kelamaan seperti orang rakus. Aku langsung on. Seperti ada aliran strum yang mengaliri tubuhku, “Ooh… Ton… jilat terus memek kakak… jilat terus Ton…”
Aku bergeser dan merubah posisi. Kini jadi 69, kontol Anton langsung aku raih dan aku kukulum, kuisap, kusedot.
“Aduuuuh kakak…. kontol Anton jangan disedot keras-keras, kak. Tapi gak apa-apa deh. Lagian enak Kak. Kakak pinter banget bikin Anton enak”.
“Memek kakak gimana rasanya, Ton?”
“Memek kakak enak juga. Ada lendirnya. Tapi lendirnya itu bikin Anton gemes”
Kami terus saling menjilat. Lama kelamaan, kami makin hot juga. Birahi udah sampai di kepala.
“Anton, ayo kita mulai ngewe. Kita mulai ngentot ya”
“Iya, kak”, Anton tampak senang.
“Kakak di atas ya”
Terserah deh Kak. Kan Anton belajar ngewe dari kakak”
Anton terbaring terlentang. Aku lalu jongkok di atas tubuhnya.
“Ton, kontol kamu kakak masukin ya ke lubang memeknya kakak”
“Oke kakakku sayang. Kakakku yang baek hati. Bikin Anton enak ya, Kak”
“Sama-sama enak ya Ton”.
Selanjutnya, aku masukkan kontol Anton ke dalam memekku. Aku goyang sambil berputar. Anton merintih, aku juga mulai merintih.
“Ooh Anton…kenapa kontol kamu enak… Ayo… terus entotin kakak”
“Iya kak… Memek kakak nyedot-nyedot kontol Anton, nih”
Kugerakkan pantatku naik turun sambil berputar-putar. Seperti biasa, aku kalau ngewe selalu teriak.
“Anton…. ngentot…. ngentot….ngentot….! Ayo terus ngewein kakak….ngewein…ngewein….ngewein kakak…. terus….terus…. masukin kontol kamu sampe dalam. Ngewein kakak Ton…”
“Iya kak…. ini Anton lagi ngewein kakak…. pokoknya Anton terus ngentot. Kak…kenapa sih memek kakak enak banget? Sumpah kak. Memek kakak Anton pikir adalah memek yang terenak dan terlezat di dunia. Yang ada diotak Anton sekarang selalu terbayang-bayang memek kakak yang enak itu. Pokoknya, Anton nggak mau ngewe sama orang lain. Anton maunya ngewe sama kakak”
“Iya Ton…. terus…. genjot…. bikin memek kakak robek juga gak apa=apa. Yang penting enak. Memek kakak dibuat sampe ancur dan berdarah-darah juga gak apa-apa…”
“Iya…kak…. ngewe…ngewe… ngentot…ngentot… Anton udah mau kecing nih kak”
“Anton mau muncrat?”
“Iya. anton mau kencing”
“Anton mau muncratin di dalam lobang memek kakak, apa diluar?”
“Kakak maunya di mana?”
“Di dalam ya, Ton…”
“Ntar kalo kakak bunting gimana?”
“Kalo kakak bunting, yang pasti anaknya anak Anton”
“Ah nggak mau ah. Anton masih belum pengen punya anak”
“Anton pengen muncratin di luar? Iya diluar aja…. ntar muncratinnya di mulut kakak ya. Kayak seperti yang Anton liat di film-film bokep gitu lho…”
“Iya…. Muncratin di luar aja ya…”
Kami lalu menambah kecepatan ngentotnya. Makin cepat….makin cepat….makin cepat….!
“NGEWE…NGEWE….NGEWE…NGEWE… Ayo ngewein kakak, Ton…. Entotin Kakak Ton…. terus Ton….!”
“Aduh kak, Anton mau kencing enaaaak niiiih…..”
“Cabut Ton….”
Serta merta Anton mencabut kontolnya. Kontolnya lalu didekatkan ke wajahku. Seketika cairan kental muncrat dengan dahsyat tepat ke mulutku. Aku jilati cairan itu. Aku telan peju Anton yang muncrat dari kontolnya. Katanya peju perjaka buat obat awet muda….! Ah mitos…!
Akhir dari permainan, aku dan Anton ngewe sampai jam tujuh malam. Setelah itu kami masing pulang ke rumah.
Kami sepakat untuk merahasiakan kejadian ini. Dan kami sepakat, 2-3 hari sekali kami ngentot dan ngewe sepuasnya.