Narti istriku nampak tanpa ragu saat
menerima Arman. Sebagai Satpam kantorku memang Arman kerap aku suruh ke rumah
apabila ada hal-hal yang biasanya terlupa tak terbawa ke kantor. Semula aku
sama sekali tidak curiga. Perjalanan dari kantor ke rumah bolak-balik pada
kondisi normal paling memakan waktu 2 jam. Atau pada saat jam-jam macet paling
3 jam. Namun tidak jarang Arman menghabiskan waktu seharian untuk sekedar
mengambil dokumen atau surat-surat yang kuperlukan.
Alasannya, "Ibu mesti mencari-cari
dulu di laci atau lemari bapak".
Padahal semua dokumen dan surat-suratku
berada jelas di atas meja kerjaku. Yaa, sudah.. Mungkin Arman menggunakan
kesempatan tugas luar untuk main-main dulu di tempat lain.
Pada suatu kesempatan aku kembali menyuruh
Arman untuk ke rumah. Satu bundle surat-surat dia atas meja kerjaku kuperlukan
untuk memenuhi permintaan relasi bisnisku. Sangat penting. Aku pesan Arman agar
terus balik ke kantor. Jangan pakai main-main ke tempat lain dulu.
Sesudah saya kasih uang transport
secukupnya dia langsung berangkat. Sesuai janjiku pada relasi aku akan ketemu
nanti pada jam makan siang. Aku perhitungkan sekitar 2 atau 3 jam lagi tepat
pada jam makan siang aku sudah menerima bundle surat itu dari Arman.
30 menit sesudah keberangkatannya relasiku
menelpon minta agar pertemuan makan siangnya di ajukan jam 11 siang itu, karena
transaksi bisnis yang akan dilakukannya akan berlangsung lebih awal dari
jadwal, sehingga semuanya mesti diajukan waktunya. Waahh.. Aku agak panik.
Akhirnya kuputuskan aku untuk mengambil
sendiri surat-surat itu. Dengan mobilku aku pulang mendahului Arman. Rupanya
kejadian inilah yang membuat aku jadi mengetahui adanya hubungan yang tidak
selayaknya antara Arman dan istriku.
Saat aku memarkir mobil di seberang rumahku
ternyata Arman telah sampai mendahului aku. Aku melihat sepatunya yang dia
lepas berada depan di pintu. Sementara itu pintunya tertutup. Aku berpikir
mungkin istriku sedang mencari surat-surat yang kuperlukan itu.
Namun tiba-tiba saja aku seakan mendapat
firasat. Kenapa pintunya mesti ditutup? Dan aku langsung ingat akan Dik Narti
istriku yang cantik dan sekaligus Arman petugas Satpamku yang boleh dibilang
seorang lelaki yang tegap dan pasti menarik bagi libido para perempuan. Adakah
firasatku ini benar??
Akhirnya kuputuskan untuk tidak langsung
membuka pintu masuk. Aku akan sedikit berputar dan hati-hati melongok dari
jendela ruang kerjaku. Haahh.. Kulihat ternyata Arman nampak menunggu sesuatu
sambil duduk bengong di kursiku. Tak lama kemudian dari balik pintu muncul Dik
Narti membawa secangkir teh. Nampak wajah-wajah mereka demikian cerah dan..
Kenapa sikap antara keduanya demikian nampak akrab?
Aku seperti tersambar petir melihat
kejadian selanjutnya. Begitu Dik Narti menaruh cangkir tehnya ke meja tangan
Arman langsung bergerak menyambut pinggulnya dan tanpa ragu Dik Narti duduk di
pangkuannya. Bahkan lebih jauh lagi, Dik Narti langsung merangkul pundak Arman
dan kini mereka saling berciuman dan berpagut. Demikian nikmat pagutan mereka.
Dik Narti yang posisi wajahnya di atas memutar-mutarkan wajahnya pada wajah
Arman di bawahnya yang juga mengimbangi dengan memutar-mutar pula. Mereka pasti
sedang melepas lidah dan ludahnya untuk saling menerima dan memberi.
Berkali-kali kudengar suara kecupan saat bibir-bibir mereka lepas sesaat.
Kemudian nampak tangan istriku bergerak
melepasi kancing kemeja Arman. Demikian pula tangan Arman melepasi kancing blus
Dik Narti. Kini tubuh Arman nampak setengah terbuka dan blus Dik Narti telah
lepas jatuh ke lantai. Arman langsung nyungsep ke ketiak Dik Narti yang masih
berkutang. Dia menciumi lembah ketiak istriku. Kusaksikan bagaimana Dik Narti
menggeliat-geliat di atas pangkuan Arman menerima nikmatnya kecupan dan jilatan
bibir dan lidah Arman. Merasa tak ada orang lain, tanpa ragu Dik Narti mendesah
dan merintih menahan derita nikmat yang sedang melandanya.
Kemudian pada gilirannya kini Dik Narti
turun dari pangkuan Arman. Dia sibak kemeja yang telah lepas kancingnya. Dia
tengelamkan wajahnya ke dada Arman yang nampak sangat macho dengan otot-ototnya
yang terawat bagus. Dan kini Armanlah yang melenguh dan mendesah. Dia raih dan
elus-elus kepala Dik Narti yang semakin liar dengan mengemot-emot pentil susu
di dada Arman.
Aneh, bahwa aku tidak bertindak apa-apa
untuk menghentikan tingkah Dik Narti dan Arman yang tidak selayaknya ini. Dik
Narti jelas telah melakukan selingkuh dengan lelaki lain. Sementara Arman telah
merusak pagar rumah tangga boss-nya yang adalah aku selaku pimpinannya di
kantor.
Dan yang lebih aneh lagi adalah aku. Kenapa
diriku ini? Kini justru aku ingin menyaksikan ulah Dik Narti dan Arman jangan
sampai terganggu. Aku ingin menyaksikan bagaimana wajah Dik Narti yang istriku
ini menerima gelinjang syahwat birahi dari lelaki lain. Aku ingin menyaksikan
saat-sat nanti Dik Narti dilanda orgasmenya. Aku ingin mendengarkan desahnya,
atau racaunya, atau rintihannya. Aku ingin menyaksikan gelinjang tubuhnya saat
menerima tusukkan erotis dari lelaki lain. Saat dia mesti bergoyang-goyang
mengimbangi ayunan pompaan kontol lelaki lain pada lubang kemaluannya.
Aku juga ingin menyaksikan bagaimana Arman
yang bukan suaminya ini memberi dan menerima ritual nikmat untuk dan dari Dik
Narti istriku. Bagaimana sebagaimana yang sedang kusaksikan menerima jilatan
dan sedotan bibir cantik Dik Narti pada pentil susunya. Aku juga ingin
menyaksikan saat-saat kontolnya melepaskan spermanya pada kemaluan istriku.
Pasti dekapan dan cakaran kuku istriku akan membekas dan melukai daging dan
kulitnya yang kekar berotit itu.
Sementara itu ciuman istriku merambah turun
ke perut Arman. Dengan menengadahkan wajahnya terdengar desis dan lenguh nikmat
Arman menerima perlakuan Dik Narti ini. Dia kembali mengelusi dan sedikit
mencabik rambut Dik Narti pertanada limpahan nikmat syahwat yang tak
tertahankan. Tangannya juga nampak sedikit menekan. Rupanya Arman ingin istriku
terus turun untuk menciumi bagian lebih bawah lagi.
Nampaknya istriku tak asing dengan apa yang
diinginkan Arman. Jari tangannya yang meraih celana Arman, menarik
resluitingnya dan merosotkan lepas ke bawah. Celana itu merosot hingga terlipat
di betisnya.
Dalam gairah dan pesona nafsu birahinya Dik
Narti kini menghadapi selangkangan berkancut atau celana dalam berwarna coklat.
Yang nampak adalah bayangan batang gede melintang dari kanan ke kiri. Bayangan
itu menggunung yang menggambarkan betapa kemaluan Arman memang luar biasa gede
dan panjangnya. Mungkin inilah yang membuat istriku demikian bergairah
menghadapi Arman Satpan kantorku itu.
Tap perlu lagi diminta, Dik Narti
meneruskan jilatan dan kenyotannya turun ke tepian celana dalam Arman.
Bulu-bulu yang mengawali wilayah yang paling menggairahkan istriku nampak
terserak di batas tepian celana dalam itu.
Adegan berikutnya menampakkan kerakusan
seorang perempuan selingkuh yang dengan liarnya membetot celana dalam lelaki
yang bukan suaminya. Dengan gigitannya Dik Narti menarik lepas celana dalam
Arman dari selangkangannya. Dia terus menggigit, sementara Arman mengikuti
tarikan gigi Dik Narti. Diangkatnya kakinya kanan kemudian kiri hingga celana
dalamnya bisa terlepas benar. Sebelum melemparnya ke lantai rupanya obsesi Dik
Narti ingin terwujudkan pula. Diciuminya celana dalam itu, bahkan seakan
dibekapkannya ke hidungnya sambil menarik nafas panjangnya.
Begitu terbebas dari kekangan celana
dalamnya nampak kontol Arman langsung mencuat gagah. Bonggol kepalanya berkilat-kilat
menahan tekanan darah yang memenuhinya. Lubang kencingnya nampak mekar
menantang. Batangnya segede pentungan Satpam Arman yang tak pernah ketinggalan.
Urat-urat kasar melingkar-lingkar mengitari batangan panjang itu. Tangan Dik
Narti langsung meraih dan menggenggamnya. Matanya demikian birahi menyaksikan
penuh pesona kontol Arman di tangannya itu. Mukanya mendekat dengan hidungnya
terlebih dahulu yang mengendusi.
Tangan Arman langsung meraih kembali rambut
Dik Narti,
"Isep Bu.. Jilati ya Buu..
Uucchh.." Arman menyambut bibir Dik Narti yang siap menelan bonggol
kontolnya.
Namun itu belum dilakukan Dik Narti. Dia
mulai dengan mencium kemudian mengangkat pepetkan ke perut Arman. Lidah dan
bibirnya menjuilati dan mencium batangan berurat akar itu. Kepala Dik Narti
nampak menggoyang untuk menangkap sudut-sudut tepat pada bantangan itu.
Kemudian jilatannya melata hingga bijih pelir. Mulutnya mencakup biji itu dan
mengulum-ulumnya. Seperti orang meriang terdengar suara rintih Arman bergetar
dan berkesinambungan.
Aku tak lagi sanggup hanya menyaksikan. Aku
juga membuka kancing celanaku dan kukeluarkan kemaluanku. Aku melakukan
masturbasi. Daya khayalku langsung terbang membubung dalam nikmat elusan tangan
sendiri. Aku membayangkan nikmat betapa Dik Narti begitu sesak mulutnya karena
kontol gede Arman. Kubayangkan nikmatnya saat bibir Dik Narti menelan dan
mengulum kontolnya. Kubayangkan pedih kulit kepalaku saat Arman menjambaki
rambut kepala Dik Narti.
Setelah puas mendapatkan jilatan serta
kuluman akhirnya Arman meraih lengan istriku untuk kembali duduk memunggungi
dalam pangkuannya. Dik Narti dengan cepat melepasi sendiri rok bawahnya. Dalam
pangkuan Arman dia membetulkan serta mengepas posisinya hingga kontol Arman
persis di bawah bokongnya. Tangan Dik Narti memegang erat batang kontol itu dan
menuntun agar tepat mendongkrak lubang kemaluannya yang masih terbungkus celana
dalam.
Dengan menyibak sedikit tepian celana dalam
itu akhirnya kemaluan gede milik Arman itu berhasil menemukan lubang vagina Dik
Narti. Desah dan lenguh kedua orang yang asyik masyuk itu mengantarkan masuknya
kontol ke lubang vagina mereka. Arman cepat memindahkan tangannya memeluki
tubuh telanjang istriku yang membelakanginya. Hidungnya kembali nyungsep serta
mengenyot-enyot ketiak dan buah dada Dik Narti. Tangan-tangan Dik Narti nampak
menggeliat ke atas dan berusaha meraih kepala Arman. Sementara ayunan telah
langsung di mulai. Dik Narti menaik-turunkan pantatnya untuk memompakan kontol
Arman ke lubang vaginanya. Sementara Arman dengan penuh kegatalannya menaik
turunkan pantatnya menjemputi memek Dik Narti.
Itulah puncak perselingkuhan Dik Narti
dengan Arman petugas Satpam kantorku. Genjotan yang terus nyambung dan bertubi
mendekatkan saraf-sarah birahi mereka dan menggiring dera nafsunya menuju
ejakulai Arman. Dan tak ayal pula orgasme Dik Narti telah berada di ambangnya.
Dengan riuh racau, desah dan rintihan
keduanya akupun dengan pasti tergiring untuk lekas melepaskan spermaku. Aku mengkhayalkan
seandainya sperma itu tumpah kemudian meleleh keluar dari bibir vagina istriku.
Atau sperma itu tumpah muncrat-muncrat di mulut Dik Narti istriku.
Khayal-khayalan itu mendongkrak syahwatku.
Dan akhirnya tanpa bisa ditahan Arman
meremas buah dada ranum Dik Narti dengan kerasnya. Dan Dik Narti berteriak
tertahan dilanda orgasmenya yang telah di ambang. Kedua orang berasyik masyuk
ini tanpa hambatan melepaskan kontrolnya dan meraih puncak-puncak birahinya.
Nampak dari memek istriku Dik Narti
'ndlewer' mengalir cairan putih kental terbawa keluar masuk batang Kontol
Arman. Mungkin berliter-liter. Sperma Arman seakan tak habisnya hingga melumuri
lubang dan seluruh tepian memek Dik Narti.
Tiba-tiba birahiku cepat bangkit lagi saat
melihat bagaimana seprma Arman 'ndlewer' dari vagina istriku. Betapa nikmatnya
seandainya aku menjilati langsung sperma itu dari memek Dik Narti. Aku berpikir
keras. Dan akhirnya dengan buru-buru dan tergetar aku bangkit menuju pintu. Aku
menggedor-gedornya,
"Dik Nartii.. Mas pulang niihh.. Dik Nartii.."
Dor, dor, dorr.. Aku pukul-pukul daun pintu
dan tak lama,
"Ah, Mas Gito, kok sudah pulang Mas.
Ituu.. Ss.. Sii Arman baru saya suruh balik cepat ke kantor," istriku
membuka pintu, mungkin sekitar 3 atau 4 menit sesudah aku menggedor pintu.
Dan di belakangnya nampak Arman sedang
mengepit bundel dokumen yang aku minta. Mereka berdua dengan cepat telah nampak
berpakaian lengkap. Disamping juga nampak tegang ada yang kutandai, rambut
Arman nampak belum nyisir, mungkin hanya ditarik dengan jari-jarinya dan
pakaian Dik Narti nampak agak lusuh berantakan. Namun aku tidak memperlihatkan
kecurigaanku sama sekali,
"Iya, Man. Lekas kamu balik kantor.
Nih aku tambahin uang lagi kamu cari taksi. Nih surat-surat serahkan
sekretaris. Bilang bahwa anak buah Pak Jarwo akan mengambil siang ini. OK?
Nanti aku nyusul," Nada bicaraku ini langsung menghilangkan ketegangan
mereka. Aku benar-benar menunjukkan bahwa sediktpun aku tidak khawatir atau
curiga pada mereka berdua.
Namun begitu Arman balik ke kantor aku
langsung menggelandang Dik Narti ke ranjang pengantin kami. Aku langsung tubruk
dan menciumi istriku yang sangat kucintai ini. Pasti Dik Narti heran akan
ulahku. Tak biasanya pulang kantor langsung merangsek begini padanya.
Aku buka setengah paksa pakaiannya dan aku
langsung menenggelamkan mukaku ke buah dada dan ketiaknya. Aku menjilati dan
menciuminya. Masih sangat terasa adanya bau ludah Arman pada tubuh Dik Narti.
Hal itu justru semakin merangsang birahiku.
Sesudah melepaskan rok Dik Narti tangan
kananku langsung merabai kemaluannya. Aku langsung tangkap lengketan yang
sangat banyak pada bibir dan lubang vaginanya itu. Amun yang aku pertanyakan
justru,
"Aahh Dik Nartii.. Cepet sekali naik
birahinya ya.. Lihat nih.. Sudah becek banget," seakan tahuku bahwa
becekan itu adalah cairan birahinya. Dik Narti memandang aku dengan matanya
yang ayu sambil mengangguk-angguk setuju akan omonganku.
Dan aku tak lagi sabar. Ciuman di ketiak
dan buah dadaku merambat meluncur turun dan langsung melabuh ke wilayah
selangkangannya. Tanpa ragu aku julurkan lidahku. Aku menjilati dan menyedoti
selangkangannya. Kembali bau keringat Arman kurasakan pada selangkangan Dik
Narti.
Dan akhirnya kudapatkan. Aku tergetar saat
menyaksikan betapa menggelembung ranum memek istriku ini. Betapa jembut, bibir
dan liang memek istriku belepotan oleh sperma Arman. Nampak gumpalan besar
meleleh dari vagina Dik Narti. Sungguh sangat menggairahkan hasrat syahwatku.
Aku mengenduskan hidung, menjulurkan lidahku dan mendekat.
Aku mulai menyedot dan menjilati sperma
Arman itu. Kurasakan begitu kental dan legitnya sperma Satpam-ku yang terasa
ada asin dan sikit pahit-pahit ini. Kusedot lengket-lengket di jembutnya, di
bibirnya. Dengan rasa penuh rakus kujilat hingga bersih yang meleleh dari
kemaluan istriku Dik Narti.
Pada kesempatan itu aku juga berhasil
meraih orgasme dan ejakulasiku. Dengan menjilati cairan kental sperma Arman di
seputar memek Dik Narti istriku aku merapatkan serta menggoyang pompa
menggesek-gesekkan kemaluanku pada betisnya. Dan akhirnya tak terbendung pula
air maniku muncrat membasahi kasur dan betis yang sangat seksi ini. Aku
langsung lunglai.
Aku tak sempat untuk melakukan penetrasi
pada lubang vagina istriku karena mesti cepat balik ke kantor. Kutinggalkan Dik
Narti tergolek telanjang di ranjang pengantin kami. Entah apa yang terpikir
pada benak Dik Narti melihat ulahku ini.