BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

gairahku yang membara


aku berkunjung ke desa sekaligus
menjadi tempat penyimpanan
sperma Mang Karyo. Kulihat Mang
Karyo dan penisnya masih tertidur sehabis menyerangku seharian
seperti hari-hari sebelumnya.
“hmm,, Mang Karyo masih tidur, mendingan gue bikin sarapan deh,,”, kataku dalam hati. Aku bangun
dari ranjang dan melangkah keluar
dari kamar menuju ke dapur, aku
membuat roti dilapisi selai kacang
dan juga teh manis untuk Mang
Karyo. Kalau dipikir-pikir aku memang sudah seperti istri Mang
Karyo karena aku melakukan hal-
hal yang dilakukan seorang istri
kepada suaminya, seperti
melayaninya kapan pun dia mau,
membuatkannya sarapan, makan siang dan makan malam bahkan
aku memandikannya setiap kali ia
mandi. Setelah selesai, aku menata
rapi sarapan yang kubuatkan
untuk Mang Karyo di meja makan.
Aku merasakan dan melihat noda sperma yang telah mengering di
daerah sekitar vaginaku.
“anjrit,, Mang Karyo emang tua-tua keladi, makin tua makin hebat aja,,
perasaan dulu gak segini banyak ”, aku berbicara sendiri. “ah, udah ah, mendingan gue bangunin Mang Karyo daripada
makanannya tar dingin ”. Lalu aku menuju kamar kembali untuk
membangunkan Mang Karyo.
“ah, gue banguninnya beda ah,, ”. Lalu aku berdiri di tepi ranjang dan
agak membungkuk untuk
mendekatkan wajahku dengan
penis Mang Karyo. Aku
menjulurkan lidahku dan
menyentuhkan lidahku ke lubang kencing Mang Karyo, dia hanya
bergerak sedikit dan bergumam
tapi matanya tetap terpejam. Aku
mengemuti kepala penisnya, dan
Mang Karyo langsung terbangun.
“eh, non Bunga, bandel ya,, ”. “hehe,,gimana cara bangunin Bunga yang baru,, mantep kan ?”. “mantep,,mantep,,”. “Mang Karyo, tuh udah Bunga bikinin sarapan,,”. “ok,,yuk ”. Lalu kami berjalan ke luar dan duduk di meja makan.
“ayo Mang,, dimakan rotinya, ”. “ok non,,”. “o ya Mang,, mau makan roti yang itu apa rotinya Bunga ?”, tanyaku sambil mengolesi payudaraku yang
putih mulus dengan selai kacang.
“wah,, kalo dua-duanya gimana ?”. “yee, Mang Karyo maruk ah,, tapi gak apa-apa deh, Mang Karyo
makan roti yang itu dulu abis itu
baru roti punya Bunga ”. “ok non,,”. Lalu Mang Karyo memakan rotinya lagi sambil
memperhatikanku yang sedang
mengolesi kedua buah payudaraku
dengan selai kacang. Mang Karyo
selesai memakan sarapannya juga
meminum tehnya. “udah Mang, makannya ?”. “udah non,, sini dong non, biar Mang Karyo bisa makan roti
lagi,,hehe”. Aku langsung mendekatinya, dan duduk di
pangkuannya tapi aku tak
memasukkan penis Mang Karyo ke
dalam vaginaku.
“ayo, Mang Karyo, silakan dimakan rotinya ”. Mang Karyo memegang kedua buah payudaraku dengan
tangannya dan menggerakkan
lidahnya menjelajahi setiap senti
payudaraku yang terbalut selai
kacang. Tanpa sadar aku menekan
kepala Mang Karyo. “ahh,,mmhh,,teerus,,Mang,,”, desahku menerima sapuan lidah
Mang Karyo di payudaraku yang
bergerak ke atas, bawah, kanan,
kiri, dan memutar. Seiring dengan
naiknya birahiku, aku juga
merasakan batang Mang Karyo sudah mengeras dan mencapai
ukuran maksimal. Ketika aku menutup mata untuk
meresapi nikmatnya jilatan Mang
Karyo, tapi tiba-tiba Mang Karyo
menghentikan aktivitasnya,
spontan aku membuka mataku dan
bertanya padanya. “kenapa berhenti, Mang ?”. “ini non,, kasian si otong,, kedinginan, pengen masuk ke
sarangnya ”. “oouu,, kasian,, si otong kedinginan ya,,sini biar Bunga masukkin ke
sarangnya ”. Lalu aku sedikit mengangkat tubuhku, dan meraih penis Mang Karyo dan menuntunnya ke pintu masuk
lubang vaginaku, setelah kepala
penisnya sudah berada di dalam vaginaku , aku langsung menurunkan tubuhku secara
perlahan sehingga akhirnya penis
itu sudah berada di dalam vaginaku
yang memang merupakan
soulmate dari penis Mang Karyo.
“nah, sekarang otong Mang Karyo kan udah gak kedinginan,,lanjutin
dong jilatin toked Bunga ”. “itu mah gak usah disuruh lagi non,,”. Mang Karyo melanjutkan membersihkan payudaraku, dia
mainkan kedua putingku dengan
tangan dan mulutnya, juga kadang-
kadang ia menggigit kecil kedua
putingku secara bergantian.
“awwhh,, ”, desahku manja ketika Mang Karyo menggigit kecil
putingku. Setelah payudaraku bersih dan
terlihat putih mulus lagi, Mang
Karyo dengan nakalnya
menggerakkan pinggulnya
sehingga penis Mang Karyo yang
ada di dalam vaginaku juga ikut bergerak.
“ehh,, Mang Karyo nakal ya,, si otong digerakkin ”. “ah,, nggak kok,, si otong bergerak sendiri,,hehe,, jawabnya sambil
tertawa kecil.
“bisa aja Mang Karyo,,emang Mang Karyo mau sekalian nih,,hmm ?”. “boleh juga nih..”. Lalu aku memutuskan untuk menggerakkan
tubuhku naik turun, dan Mang
Karyo pun mendorong penisnya ke
atas sehingga terasa lebih masuk ke
dalam vaginaku.
“oohh,,ahh,,”, desahku. Payudaraku berguncang naik-turun seiring
tubuhku yang juga bergerak naik-
turun. Mungkin Mang Karyo ngiler
melihat payudaraku yang sekal dan
putih mulus bergerak naik turun,
jadi Mang Karyo langsung memegang payudaraku dan
menyentil-nyentilkan lidahnya ke
putingku. Mungkin 10 menit, kami
bersetubuh dalam posisi duduk
seperti ini.
“Mang, kita terusinnya sambil mandi yuk,,kayaknya badan Bunga
udah bau nii,,”. “iya,,non Bunga udah bau peju,, ”. “yee,,ini kan bau peju Mang Karyo,, ”. “hehe,,yuk non,,badan Mang Karyo juga udah bau keringet nih ”. “yaudah,,Bunga bangun dulu ya,, ”. “gak usah non,,biar Mang Karyo gendong non Bunga ampe kamar
mandi”. “emang Mang Karyo kuat ?”. “ngentotin non seharian aja kuat,,masa cuma gendong doang
gak kuat.. ”. “yaudah,,tapi ati-ati ya,, Bunga jangan ampe jatoh..”. “sip non,, sekarang non Bunga peluk Mang Karyo deh,, ”. Lalu aku melingkarkan tanganku ke leher
Mang Karyo, sementara Mang
Karyo mulai berdiri dengan
perlahan. Dan aku juga
melingkarkan kakiku ke pinggang
Mang Karyo. Kemudian, Mang Karyo mulai berjalan ke kamar
mandi, tentu saja selama bergerak,
penis Mang Karyo juga bergerak-
gerak di dalam vaginaku membuat
sensasi tersendiri. Kadang-kadang
Mang Karyo memeluk dan mendekatkanku sehingga dia bisa
mencium dan melumat bibirku, aku
menjulurkan lidahku agar Mang
Karyo bisa mengemut dan
menggigit lidahku. Begitu juga
Mang Karyo, dia mengeluarkan lidahnya agar aku bisa
mengemutnya. Akhirnya kami sampai di kamar
mandi.
“Mang,, Bunga turun dulu ya.. ”. Lalu aku turun dari tubuh Mang Karyo,
dan otomatis penis Mang Karyo
tercabut dari vaginaku.
“siapa yang mandi duluan nih, Mang Karyo apa Bunga duluan ?”. “gimana kalau non Bunga duluan?”. “ok,,tapi Mang Karyo mau kan mandiin Bunga?”. “mau banget dong non,,tapi abis itu non Bunga mandiin Mang Karyo
ya..”. “ok,,Mang, beres”. Lalu aku duduk di kursi kecil yang sudah disiapkan
oleh Mang Karyo. Aku duduk di
kursi kecil, lalu Mang Karyo
mengguyur tubuhku dengan air.
“dingin Mang,,,”, kataku karena airnya memang terasa dingin.
Kemudian, Mang Karyo
menggosok-gosok sabun di
tangannya hingga tangannya
berbusa. Mang Karyo bergerak ke
depan dan duduk bersila di hadapanku.
“sini non, kaki non taro di sini ”, katanya sambil menepuk kedua
pahanya. Aku menaruh kakiku di
pahanya. Mang Karyo langsung
mengusapkan kedua tangannya
yang berlumuran sabun ke kaki
kananku, dan dia benar-benar membersihkan kakiku dengan
telaten. Setelah kakiku berlumuran sabun,
Mang Karyo mengurut betisku, lalu
dia melanjutkan membersihkan
kaki dan betis kiriku. Mang Karyo
mengguyur kakiku untuk
membilas sabun. “nah,,kaki non udah bersih lagi, sekarang badan non..”. “loh bukannya paha Bunga dulu,,kan tanggung.. ”. “itu mah belakangan,,hehe,, ”.
“oh, Bunga ngerti,,yaudah, Mang Karyo tolong bersihin badan Bunga
ya”. Lalu Mang Karyo berjalan ke belakangku, dia menggosok-
gosokkan sabun ke tangannya
kemudian Mang Karyo mulai
mengelap bagian perutku yang
langsing. Mang Karyo menyabuni
perut, leher, tangan, serta punggungku. Lalu ketika tiba
saatnya untuk menyabuni
payudaraku, Mang Karyo langsung
semangat memijat dan meremas
kedua buah payudaraku. Sambil
menyabuni payudaraku, Mang Karyo menggesek-gesekkan
penisnya ke punggungku.
“Mang Karyo ngapain sih ??”. “hehe,,lagi nyikatin badan non Bunga pake kontol Mang Karyo ”. “ada-ada aja Mang Karyo,,yaudah,,lanjutin aja,, ”. “ok non,,,”, katanya sambil meneruskan menggesek-gesekkan
penisnya ke atas dan ke bawah
punggungku. Setelah itu, Mang Karyo membilas
tubuhku yang seluruhnya sudah
tertutupi sabun kecuali wajahku
dengan air.
“nah, sekarang memek non,, ”. Aku disuruh masuk ke dalam bathtub
yang sudah diisi dengan air. Aku
masuk ke dalam bathtub yang
memang agak besar dari bathtub-
bathtub umumnya. Dengan
perlahan, aku duduk dan menaruh kepalaku di bantal yang sudah
disiapkan di kepala bathtub. Lalu
Mang Karyo juga masuk ke dalam
bathtub dan duduk di depan
selangkanganku. Kemudian aku
menaruh masing-masing kakiku di pinggiran bathtub sehingga
vaginaku yang setengahnya
terendam air bisa terlihat oleh Mang
Karyo. Lalu Mang Karyo langsung
meraba-raba dengan tangannya
yang bersabun, mulai dari lututku, tangan Mang Karyo terus
merembet ke pahaku yang putih
mulus hingga ke vaginaku. Dia
bersihkan bibir luar vaginaku dan
klitorisku serta daerah pantatku,
Mang Karyo juga memasukkan dua jarinya untuk membersihkan
bagian dalam vaginaku sekaligus
memainkan vaginaku. Aku berpegangan pada pinggiran
bathtub agar tidak jatuh sebab
tubuhku menggelinjang karena
Mang Karyo dengan gencarnya
menggerakkan 2 jarinya keluar
masuk vaginaku. “oouhh,,Mang,,mmhh,,!!”, erangku ketika aku orgasme.
“yee,, si non,,lagi dibersihin malah ngencrot”. “lagian si Mang Karyo,,memek Bunga pake diobok-obok segala.. ”. “emang kenapa non?”. “pake belaga pilon,,kan enak,, jadi ngencrot deh..”. “hehe,,yaudah tar Mang Karyo bersihin memek non Bunga lagi
deh,, sekarang gantian dong.. ”. “iya,,Mang Karyo,, suami bo’onganku,,sabar dong”. Lalu kami berdua keluar dari bathtub dan kini
Mang Karyo yang duduk di kursi
kecil. Aku mengguyurnya dan
mulai menggosok-gosokkan sabun
ke tanganku, tapi aku punya ide
lain, aku menggosok-gosokkan sabun ke payudaraku hingga kedua
buah payudaraku penuh dengan
busa.
“Mang Karyo,, kalo Bunga nyikatin badan Mang Karyo pake toket
Bunga, boleh gak?”. “boleh banget,,”. Dan aku pun mulai menempelkan payudaraku di
punggung Mang Karyo dan mulai
menggerakkannya ke atas dan ke
bawah secara perlahan.
“wah,,enak banget disabunin pake toket non Bunga,,empuk banget ”. Dipuji seperti itu, aku semakin
semangat menyabuni Mang Karyo
dengan payudaraku, aku
menggesek-gesekkan payudaraku
ke kedua tangan dan kedua
kakinya. Setelah itu Mang Karyo melebarkan kakinya agar aku bisa
membersihkannya. Aku urut
semua bagian selangkangannya
dengan tanganku yang bersabun,
apalagi penisnya, aku mengurutnya
dari pangkal hingga ke kepalanya berulang-ulang kali sampai dia
terlihat ngilu.
“uudahh noon,,nggiluu,,”. “Mang Karyo,,kalo nyemprot peju ke memek Bunga aja bisa terus-
terusan,,masa gini doang ngilu”, kataku sambil terus mengurut
penis Mang Karyo.
“kaann bedaa,,”, balas Mang Karyo sambil menahan ngilu dengan mati-
matian, aku menghentikan
aktivitas karena kasihan melihat
Mang Karyo.
“gini aja, Mang. Gimana kalo penis Mang Karyo, Bunga jepit pake
toket Bunga ”. “wah,,setuju tuh non,, ”. “yaudah,, sekarang Mang Karyo diri,,”. Mang Karyo berdiri, dan aku
langsung bertumpu pada kedua
lututku agar payudaraku sejajar
dengan penis Mang Karyo. Mang
Karyo langsung menaruh penisnya
di belahan payudaraku, kemudian Mang Karyo menggerakkan
penisnya ke atas dan bawah di
belahan payudaraku, aku
merapatkan kedua buah
payudaraku agar penis Mang Karyo
terjepit di tengah-tengah payudaraku.
“aduuh non,,empuk ‘n anget banget”. Karena payudaraku penuh dengan busa dari sabun, maka penis
Mang Karyo juga tertutupi sabun.
“nah kontol Mang Karyo kan sekarang udah kena sabun tuh,,
Bunga siram ya,, ”. Lalu aku menyiram badan Mang Karyo dan
menyiram tubuhku sendiri.
“nah,,non Bunga,,Mang Karyo punya ide nih.. ”. “apaan tuh Mang?”. “gimana kalo Mang Karyo bersihin bagian dalem memek ‘n pantat non Bunga,, pake kontol Mang Karyo ”. “boleh juga tuh,,yok ”, lalu aku mengurut penis Mang Karyo lagi
dengan sabun hingga penis Mang
Karyo mengkilat dan licin. Setelah
itu, aku membelakangi Mang Karyo
dan menaruh tanganku di tembok,
lalu Mang Karyo mulai mendekatkan tubuhnya kepadaku
yang sudah siap menerima penisnya
di lubang anusku atau vaginaku. Mang Karyo menancapkan penisnya
dalam-dalam ke anusku secara tiba-
tiba sehingga spontan aku berteriak
kecil.
“awwhh,,Mang Karyo nakal nih,, ”, omelku.
“maaf non,,si otong udah gak sabar pengen masuk pantat non ”. “huu,,dasar,,yaudah, sekarang gosokkin pantat Bunga ya,, ”. “siap,,non”. Mang Karyo langsung memompa penisnya keluar masuk
anusku, karena licin, penis Mang
Karyo dengan mudah bergerak
keluar masuk anusku.
“aahh,,oouhh,,yeeaahh !!”, racauku tak jelas. Tak henti-hentinya Mang
Karyo menghujamkan penisnya ke
dalam anusku, dan juga Mang
Karyo meremas-remas kedua buah
payudaraku yang menggelantung
dengan indah. 15 menit kulayani penis Mang Karyo dengan anusku
hingga akhirnya aku mencapai
orgasme dan cairanku ada yang
mengalir melalui pahaku dan ada
juga yang langsung menetes ke
lantai. Mang Karyo mencabut penisnya dari anusku yang sudah
dilumasi sabun dari batang penis
Mang Karyo.
“non,,olesin sabun lagi dong”. “ok deh, Mang Karyo,, ”. Aku berbalik badan dan berjongkok di
hadapan Mang Karyo lagi. Aku urut
lagi penis Mang Karyo hingga
pangkal penis Mang Karyo sampai
helmnya mengkilat dan licin
kembali. “ok Mang,, udah siap lagi,,sekarang bersiin memek Bunga ya,, ”. “dengan senang hati,,”. Aku membalikkan tubuhku lagi, tapi
kali ini aku dipeluk oleh Mang
Karyo. Mang Karyo memelukku
dengan menaruh tangan kirinya di
bawah kedua buah payudaraku,
sementara tangan kanannya menuntun penisnya sendiri ke pintu
masuk vaginaku. Lalu Mang Karyo
mulai mendorong penisnya masuk
ke dalam vaginaku dengan
perlahan. Setelah penis Mang Karyo
sudah klop di dalam vaginaku, Mang Karyo langsung
menggerakkan penisnya tapi kali
ini dengan sangat perlahan sehingga
urat-urat yang menonjol di batang
penis Mang Karyo bergesekkan
dengan dinding vaginaku menimbulkan sensasi luar biasa.
Kadang-kadang aku menolehkan
kepalaku ke belakang agar Mang
Karyo bisa melumat-lumat bibirku.
Dan selama Mang Karyo memompa
penisnya keluar masuk vaginaku, dia juga meremas-remas
payudaraku dan memilin-milin
serta menarik-narik putingku. “enngghh,,Mang Karyo,,oohh,,aahh ”. “non Bunga,,ookkhh !!”, erang Mang Karyo mencapai puncaknya setelah
15 menit menyarangkan penisnya
di dalam vaginaku. Mang Karyo
menyemburkan spermanya ke
dalam vaginaku ketika aku juga
mencapai orgasme sehingga cairanku dan sperma Mang Karyo
bercampur di rahimku. Sambil
menunggu Mang Karyo selesai
menyemprotkan benihnya ke
dalam rahimku, aku membiarkan
Mang Karyo menjilati tengkuk leherku dan daun telingaku. Setelah
selesai, Mang Karyo langsung
mencabut penisnya dan
membasuhnya dengan air.
“non,,boleh gak memek non Bunga,, Mang Karyo semprot pake
shower ?”. “yee bolehlah,,kan Bunga istri Mang Karyo,,jadi terserah Mang Karyo
mau ngapain..”. “bener non?”. “bener,,tubuh Bunga boleh diapain aja ama Mang Karyo.. ”. “asiik,, kalo gitu non Bunga buka dikit pahanya,, ”. Aku merenggangkan pahaku agar Mang
Karyo bisa leluasa menyemprot
vaginaku dengan memakai shower. Lalu Mang Karyo mendekatiku lagi
dan sudah membawa shower yang
memancurkan air. Kemudian Mang
Karyo berjongkok di depan
vaginaku dan Mang Karyo pun
langsung menaruh shower di depan lubang vaginaku sehingga air
masuk ke dalam vaginaku.
“aduuhh,,Mang,,hihi,,gelii,,”, kataku sambil menahan geli. Tak lama
kemudian, Mang Karyo
menjauhkan shower dari vaginaku.
“udahan yuk non,,lama-lama dingin juga nii,,”. “yaudah,, Mang Karyo duluan aja,,Bunga mau pake obat buat
memek Bunga,, biar keset ‘n wangi gitu deh..”. “ooh,,yaudah,,Mang Karyo duluan ya..”. Lalu Mang Karyo keluar dari kamar mandi, dan aku memakai
obat khusus vagina. Setelah itu aku
keluar dari kamar mandi,
mengeringkan tubuhku dan
menyusul Mang Karyo yang sedang
menonton tv di ruang tamu. Aku langsung menaruh kepalaku di paha
Mang Karyo yang sedang
menonton tv, dan otomatis di
samping kepalaku adalah penis
Mang Karyo.
“Mang,,Bunga pengen nanya nih,, ”. “nanya apa non Bungaku yang cantik?”. “Mang Karyo pake apa sih,, kok bisa ngentotin Bunga terus-terusan
padahal kan Mang Karyo udah tua ”. “emang Mang Karyo belum pernah cerita ya.. ”. “belum,,dari dulu,,setiap Bunga nanya,,pasti Mang Karyo bilangnya
rahasia perusahaan,, sekarang kasih
tau dong,, kalo gak,, Mang Karyo
gak boleh ngentotin Bunga lagi.. ”. “waduh non Bunga,,ancemannya nyeremin banget..Iya deh, Mang
Karyo ceritain,, ”. Mang Karyo bercerita kepadaku kalau dia
mendapatkan stamina yang luar
biasa itu dari seorang kakek. Kakek
itu juga warga desa dan dikenal
sangat baik dan sering menolong
warga desa sewaktu ia muda, tapi setelah ia ditinggal mati oleh
istrinya, ia lebih suka menyendiri,
dan hanya Mang Karyo yang
menjenguknya seminggu 1 kali.
“terus,, Mang Karyo ngapain bolak- balik ke rumah kakek itu ?”. “bantuin bikin jamu,, ”. “jamu apa?”. “jamu pasak bumi,,”. “hah?! Ooh pantes aja,, jangan- jangan Mang Karyo minum jamu itu
ya,,”. “iya,, ”. “huu,,dasar,,berarti bukan kemampuan sendiri dong,,”. “biarin aja,, yang penting non Bunga,,suka kan ?”. “iya sih,,hehe ”. “o ya,, non, Mang Karyo kan ceritanya mau ngasih tanda terima
kasih ke kakek itu,,tapi apa ya ?”. “kasih apa ya? Haduh,,Bunga jadi bingung”. “gini non,,rencananya Mang Karyo pengen ngasih non Bunga ke dia..”. “hah?! maksud Mang Karyo,, Bunga dijadiin kado ?”. “iya,,maaf non Bunga,,abisnya dikasih duit atau makanan dia gak
mau, jadi ini jalan satu-satunya ”. “yaudah,,gak apa-apa,,itung-itung berbakti ama suami..Haha.. ”. “si non bisa aja,,yaudah yuk non,,kita berangkat,, ”. Aku bangun dan menuju kamarku untuk
memakai baju begitu juga dengan
Mang Karyo. Kemudian setelah
memakai baju, kami berangkat ke
rumah kakek-kakek yang
diceritakan Mang Karyo. Agak jauh berjalan, akhirnya kami sampai di
rumah kakek itu.
“punten,,Mbah Tanto,,punten,, ”, Mang Karyo berteriak sambil
mengetuk pintu. Tak lama
kemudian, ada yang membuka
pintu, terlihat kakek yang
umurnya mungkin 70an.
“oohh,,Karyo toh,,ada apa yo ??”. “nggak mbah,,saya mau minta jamu mbah lagi..”. “wah,,wah,,lo mau bikin anak lagi yee Yo,, ama istri lo si Parti ?”. “bukan Mbah,,bukan ama si Parti,, ”. “loh,,terus lo mau bikin anak ama siapa lagi?”. “ama ini nih Mbah,,”, kata Mang Karyo sambil menggeser badannya
dan mendorongku ke hadapan
Mbah Tanto.
“wah,,sopo iki,,cakep banget,, ”. “ini namanya neng Bunga,,Mbah,,majikan sekaligus
simpenan saya Mbah ”. “simpenan lo? muka jelek kayak lo masa bisa punya simpenan cakep
banget kayak gini,, ”. “yee,,si Mbah,,kalo gak pecaya,,tanya aja sendiri,, ”. “emang bener neng?”, tanya Mbah Tanto kepadaku, aku hanya
membalasnya dengan sedikit
mengangguk dan tersenyum.
“tuh kan,,Mbah,,gak pecaya sih.. ”. “tau deh,,terus ngapain lo bawa neng Bunga ke sini”. “gini Mbah,, saya ada urusan sampe ntar sore..neng Bunga gak mau di
rumah sendirian,,jadi saya bawa aja
kesini,,gak apa-apa kan Mbah ?”. “ya,,nggak apa-apa toh,, ”. “yaudah Mbah Tanto,,saya pergi dulu..”. Lalu Mang Karyo pergi menjauh dari rumah Mbah Tanto.
“ayo neng Bunga,,masuk ke dalam..”. “oh iya kek,, ”. Aku menyusulnya masuk ke dalam rumah. “ayo neng,,silakan duduk,, ”. “oh ya kek,,makasih ”, lalu aku duduk di hadapan Mbah Tanto.
“neng Bunga, mau minum apa nih..”. “apaan aja,,”. “kalau gitu,, Mbah bikinin teh ya.. ”. “maaf kek,,ngerepotin.. ”. “ah,,nggak apa-apa,,tunggu sebentar ya.. ”. Tak lama kemudian, Mbah Tanto datang dengan
membawa minuman.
“ini minumannya,.ayo neng Bunga,, diminum”. “makasih kek,,jadi gak enak nih ngerepotin..”. “gak apa-apa neng,,oh ya neng,,panggilnya Mbah Tanto aja,, ”. “ok deh Mbah,,”, sambil terus mengobrol dia tidak henti-hentinya
mengambil kesempatan untuk
melihat ke arah payudaraku dan
juga kaki jenjangku yang putih
mulus.
“maaf ni Mbah,,tapi kata Mang Karyo,,istri Mbah udah meninggal
ya?”. “iya,,5 tahun yang lalu,, ”. “pantes aja,,ngeliat gue langsung jelalatan matanya,, ”, kataku dalam hati.
“terus Mbah gak nyari penggantinya ?”. “wong Mbah udah tua,,ngapain nyari istri lagi.. ”. “kirain Bunga, Mbah mau nyari lagi,,”. “neng Bunga sendiri, bener,,jadi simpenannya si Karyo ?”. “bener,,”. “kok bisa ?”. “ceritanya panjang deh Mbah,,pokonya dari SMA dulu ”. “hah?! pas neng Bunga masih SMA,,berarti udah lama dong,,sialan
tuh Karyo,,punya simpenan cakep
banget gak bilang-bilang,,eh maaf,
neng Bunga”, ucapnya keceplosan. “gak apa-apa Mbah,, oh ya, katanya Mbah Tanto jago mijet ya ?”. “jago si nggak,,cuma bisa dikit,,kenapa, neng Bunga mau
dipijet?”. “iya nii Mbah,,badan Bunga pegel- pegel”. “kalo gitu,,neng, tunggu di kamar Mbah aja..”. “dimana kamarnya, Mbah ?”. “di sana neng”, katanya sambil menunjuk ke sebuah kamar.
“terus Bunga harus buka baju gak, Mbah?”. “terserah neng Bunga deh,,”. Aku menuju kamar Mbah Tanto,
ternyata lumayan juga kamarnya,
rapih, bersih, dan kasurnya juga
besar. Untuk membuat Mbah Tanto
semakin tergoda dengan
kemulusan tubuhku, aku memutuskan untuk menelanjangi
diriku hingga tak ada sehelai
benang pun yang menutupi tubuh
sekalku. Lalu aku tengkurap dan
menutupi tubuhku dengan kain
yang ada di dekatku, tak lama kemudian Mbah Tanto datang. Dia
langsung duduk di tepi ranjang dan
mulai menggosok-gosokkan
minyak ke tangannya. Kemudian,
Mbah Tanto mulai memijat leher
dan bahuku. “mmm,,enak banget pijetan Mbah Tanto”. “makasih,,”. Tak begitu lama, Mbah Tanto selesai memijat leherku.
“udah,,neng Bunga,,”. “yah,,tanggung,,kalau gitu, semuanya aja deh,,abis Mbah Tanto
jago mijet sih”. “tapi gak apa-apa neng? ntar badan neng Bunga keliatan ?”. “udah,,gak apa-apa”. “yaudah,,Mbah buka kainnya ya,, ”. Lalu Mbah Tanto mulai membuka
kain yang menutupi tubuhku
hingga akhirnya tubuhku yang
putih terlihat oleh Mbah Tanto yang
tertegun melihat pantatku yang
putih nan kenyal. “kenapa, Mbah? kok diem ?”. “nggak,,badan neng Bunga bagus banget..”. “ah,, Mbah bisa aja,, Mbah,,ayo dong mulai pijetnya,, ”. Lalu, Mbah Tanto mulai memijat punggungku sampai
ke pinggangku, setelah selesai,
Mbah Tanto naik ke ranjang dan
duduk di dekat kakiku. Dia
memijiti kakiku, betisku, pahaku,
hingga akhirnya tangannya merembet ke daerah dekat
vaginaku yang tentunya dapat
terlihat oleh Mbah Tanto. Mbah Tanto sengaja berulang-ulang
menyentuhkan tangannya ke
pangkal pahaku sehingga jarinya
ada yang menyentuh bibir luar
vaginaku. Aku pura-pura tidak
sadar, dan membiarkannya, padahal birahiku sudah mulai naik. Mbah
Tanto memindahkan kedua
tangannya dan memulai memijit
pantatku. Sepertinya Mbah Tanto
gemas melihat pantatku yang
kenyal sehingga dia terus menerus meremas-remas pantatku. Tiba-tiba
dia menggulingkan tubuhku, dan
langsung menaiki tubuhku dan
memegangi kedua tanganku.
“Mbah,,jangan,,jangan”, teriakku seolah tak menginginkan hal ini.
Tanpa menjawabku, Mbah Tanto
langsung menyerangku dengan
melumat habis bibirku, dan
memainkan lidahnya di dalam
rongga mulutku. Kemudian, Mbah Tanto menurunkan ciumannya ke
leherku yang jenjang, turun hingga
ke payudaraku. Yakin sudah
menguasaiku, Mbah Tanto
melepaskan pegangannya terhadap
tanganku dan mulai mengeksplorasi kedua buah
payudaraku dengan lidahnya dan
mulutnya yang ompong. Geli
sekaligus nikmat menjalar di
sekujur tubuhku saat Mbah Tanto
mengemut-emut dan menyentil- nyentilkan lidahnya ke kedua
putingku secara bergantian. Setelah puas bermain-main dengan
payudaraku, Mbah Tanto
menurunkan jilatan dan ciumannya
ke perutku lalu dia menjulurkan
lidahnya ke pusarku.
“Mbah,,jangannn,,”. Tapi dia tidak mengindahkanku, malah dia
menurunkan mulutnya ke daerah
selangkanganku. Mbah Tanto
menelusuri pangkal paha kanan dan
kiriku secara bergantian
membuatku semakin pasrah saja, lalu Mbah Tanto memanjakan
vaginaku dengan lidahnya.
“oohh,,ahh,,mmhh,,ahh,, teruuss,,Mbaahhh”. Mbah Tanto semakin semangat membenamkan
wajahnya diantara pahaku sampai
akhirnya 5 menit kemudian aku
mengalami orgasme pertamaku.
Tentu saja, Mbah Tanto tanpa pikir
panjang lagi langsung menyeruput cairan vaginaku yang ada di sekitar
bibir vaginaku dan juga di dalam
vaginaku. Setelah selesai mencicipi
cairanku yang cukup manis dan
gurih, Mbah Tanto langsung
menggulingkan tubuhku ke samping kanan sehingga sekarang
tubuhku berada di tepi ranjang. Mbah Tanto tidur di belakang
tubuhku dan mengangkat kaki
kananku ke atas, lalu dia menuntun
penisnya ke lubang vaginaku.
Setelah berada tepat berada di
depan lubang vaginaku, dia mengelus-eluskan penisnya ke bibir
vaginaku membuat vaginaku
semakin gatal saja karena sudah
ngiler ingin ditanami penis Mbah
Tanto. Mbah Tanto mencoblos
vaginaku dengan kuat. “aawwhh,, ”, teriakku agak manja. Ternyata setelah penis Mbah Tanto
ada di dalam vaginaku, aku baru
sadar kalau penis Mbah Tanto cocok
sekali dengan vaginaku sama
seperti penis Mang Karyo. Mbah
Tanto terus menerus memompa penisnya ke vaginaku, dan kadang-
kadang dia mencium tengkuk
leherku membuat bulu kudukku
berdiri, seiring dengan birahiku
yang semakin tinggi. Entah berapa
lama Mbah Tanto menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku,
yang pasti kini aku sudah
mengalami orgasmeku yang kedua
sehingga di kamar Mbah Tanto
hanya muncul 3 suara yaitu suara
kecipak air ketika Mbah Tanto memompa penisnya, suara
desahanku, dan juga bunyi nafas
kami yang saling memburu. Mbah Tanto mencabut penisnya dan
menarik tubuhku kebelakang
sehingga kini aku tidur terlentang
dengan pasrah lagi di hadapan Mbah
Tanto. Ternyata benar, penisnya
hampir sama dengan penis Mang Karyo, tapi urat-urat yang
menghias batang penis Mbah Tanto
lebih banyak daripada milik Mang
Karyo.
“pantes aja,,lebih mantep,, ternyata kontol Mbah Tanto lebih berotot
daripada kontolnya Mang Karyo ”, gumamku dalam hati. Mbah Tanto
melebarkan kakiku, dan tanpa
membuang 0,1 detik pun, Mbah
Tanto langsung menancapkan
penisnya lagi ke dalam vaginaku.
Dan dimulailah pemompaan terhadap vaginaku oleh Mbah
Tanto.
“emmhh,,aaoohh,,uuhh”, desahku tak karuan karena rasa nikmat
yang kuterima memang senikmat
ketika aku disetubuhi oleh 2 orang.
Mbah Tanto pun meracau.
“oohhh,,neng Bungaa,,sempiit baangeet”. Mbah Tanto terus menyetubuhiku dalam posisi
seperti ini hingga aku mencapai
orgasmeku yang ketiga. Akhirnya
Mbah Tanto bosan dengan posisi ini
sehingga dia memutuskan untuk
mencabut penisnya dari vaginaku, aku bisa melihat penisnya sangat
mengkilat karena sudah disembur
oleh vaginaku sebanyak 2 kali.
Mbah Tanto mendorong kedua
kakiku ke depan sehingga kedua
kakiku tertekan ke dadaku. Dia setengah berdiri dan memegangi
kedua kakiku, lalu burung Mbah
Tanto keluar masuk lagi ke tempat
persembunyiannya yaitu vaginaku.
Selama menggerakkan penisnya,
Mbah Tanto menjilati telapak kakiku membuatku geli tidak
karuan. Detik demi detik penis
Mbah Tanto tak bosan-bosannya
keluar masuk vaginaku hingga
penis Mbah Tanto kusiram lagi
dengan cairan vaginaku dalam orgasmeku yang keempat. Tak
lama setelah itu, kurasakan penis
Mbah Tanto berdenyut-denyut
yang menandakan kalau sebentar
lagi dia akan orgasme. Menyadari
dirinya akan orgasme, Mbah Tanto mencabut penisnya dan
membiarkanku menurunkan
kakiku lagi, sementara dia langsung
bergerak dengan cepat untuk
mendekatkan penisnya ke
wajahku. Setelah penisnya berada di depan wajahku, Mbah Tanto
mengocok penisnya dengan
tangannya sendiri hingga penisnya
sudah siap memuntahkan isinya. “croot,,croot,,crot”, semburan hangat sperma Mbah Tanto
menerpa seluruh wajahku hingga
ke rambutku. Dan karena kadang-
kadang Mbah Tanto mengincar
mulutku, aku membuka mulutku
lebar-lebar agar semprotan lahar putih Mbah Tanto bisa masuk ke
dalam mulutku. Hampir seluruh
wajahku tertutupi sperma Mbah
Tanto yang kental itu, dan itu pun
dia masih menyemburkan
spermanya ke wajahku. Akhirnya, penis Mbah Tanto sudah selesai
mengosongkan isinya, Mbah Tanto
langsung membanting dirinya
sendiri ke samping tubuhku, dan
nafasnya tersengal-sengal sama
sepertiku. Setelah 3 menit beristirahat, nafasku dan nafas
Mbah Tanto sudah kembali normal.
“maaf neng Bunga,,Mbah gak tahan ngeliat badan neng,,mulus banget,,”. “ah,,nggak apa-apa Mbah,,Bunga juga seneng”. “maksud neng Bunga?”. “sebenarnya tuh,, Mang Karyo nganterin Bunga ke sini,,supaya
Bunga bisa ngelayanin Mbah Tanto ”. “yang bener neng?”. “bener,,Bunga itu sebenernya kado dari Mang Karyo buat Mbah Tanto ”. “wah,,jadi Mbah boleh ngapa- ngapain neng Bunga dong?”. “ya boleh lah,, terserah Mbah Tanto..”. “asik banget,,oh ya,,maafin Mbah ya,,buang pejunya di muka neng
Bunga,,jadi kotor gitu deh,, ”. “gak apa-apa kalee,,Mbah,,itung- itung facial”, kataku sambil meratakan sperma Mbah Tanto ke
seluruh wajahku.
“sebenernya kalo Mbah mau buang peju Mbah di dalem memek Bunga
juga gak apa-apa,,”, tambahku. “wah,,gak nyangka,,neng Bunga kan cantik banget,,kok mau sih
ama macem kayak Mbah ‘n si Karyo ?”. “gak tau de,,Mbah,,Bunga juga bingung,,kayaknya sih Bunga
diciptain emang buat Mbah ‘n Mang Karyo.. ”. “tapi kan neng Bunga cantik ‘n badan neng Bunga juga seksi
banget,,masa gak ada cowok
ganteng yang ngelirik,, ”. “banyak banget,,saking banyaknya,,Bunga jadi bosen
sendiri,,”. “oohh,,gitu,,berarti Mbah ama Karyo beruntung banget dong,,bisa
dilayanin cewek idaman semua
lelaki kayak neng Bunga,, ”. “aah,,bisa aja Mbah mujinya,, ”, tak disangka sudah 15 menit kami
berdua mengobrol. Kulihat penis Mbah Tanto sudah
mulai bangun lagi.
“wah,,kontol Mbah Tanto udah bangun lagi,,cepet banget ya ”, kataku.
“iya dong,, ”. “tapi kalo Mang Karyo bangunnya abis 30 menit..”. “kalo si Karyo kan murid gue,, ”. “oh iya ya,, ”. “gimana,,neng Bunga,,boleh gak Mbah entot lagi?”.
“boleh aja Mbah,,terus-terusan ampe sore juga gak apa-apa,, ”. “kalo Mbah nyobain pantat neng,,boleh gak?”. “ya elah,,si Mbah,,gini aja deh,,anggep aja Bunga itu istri
Mbah,,jadi Mbah boleh ngapain
aja,,”. “asik,,”. “yaudah,,tapi Bunga cuci muka dulu ya,,biar bersih”. “ok,,”, lalu aku pergi ke kamar mandi dan mencuci mukaku.
Setelah cuci muka, aku kembali ke
kamar Mbah Tanto.
“ok,,mbah,,kita mulai ronde ke 2,, ”. Setelah itu, dimulailah persetubuhan
antara seorang kakek perkasa
dengan gadis muda dan cantik yang
mau diapain aja. Ternyata Mbah
Tanto tau caranya memanjakan
wanita, dia menelusuri lekuk tubuhku dengan lidahnya tanpa
terkecuali karena katanya dia
sangat kagum dengan keindahan
dan kemulusan tubuhku. Karena
perlakuannya itulah, timbul rasa
sayang di dalam diriku terhadap Mbah Tanto sama seperti rasa
sayangku terhadap Mang Karyo. Setiap 1 ronde, Mbah Tanto bisa
menyetubuhiku selama 45 menit,
dan aku bisa orgasme 4 kali atau
lebih, setelah Mbah Tanto
menyemburkan spermanya baik ke
dalam anus, mulut, ataupun vaginaku, kami beristirahat selama
15 menit sebelum memulai ronde
berikutnya. Bayangkan saja, dari
jam 10 pagi hingga jam 6 sore, Mbah
Tanto melampiaskan nafsu
setannya yang selama 5 tahun lebih terpendam terhadap diriku
sehingga Mbah Tanto terus menerus
menyetubuhiku hingga aku tidak
bisa menghitung sudah berapa
ronde kami bermain, sudah berapa
puluh kali aku orgasme, dan entah sudah berapa liter sperma Mbah
Tanto yang masuk ke dalam
tubuhku baik masuk lewat mulut,
anus, ataupun vaginaku. Jam 6 sore
lewat sedikit, Mang Karyo kembali
ke rumah Mbah Tanto. “punten,,Mbah,,”. “siapa?”, teriak Mbah Tanto yang sedang duduk di ruang tamu sambil
menghisap rokok.
“Karyo,,Mbah,, ”. “oh,,masuk aja Yo,,gak dikunci,, ”. “gimana,,Mbah,,kado dari saya ?”. “lo kalo mau kasih kado yang enak banget,,bilang-bilang dulu,,jadinya
kan Mbah bisa siap-siap”. “tapi,,enak kan Mbah ?”. “bukannya enak lagi tapi mantab,,makasih ye Yo,,gara-gara
lo,,gue bisa ngerasain memek
lagi,,memek gadis kota lagee ”. “sama-sama Mbah,,gara-gara Mbah,,saya bisa dapet simpenan
yang cantik dan mau diapain aja,, ”. “gimana kalo simpenan lo alias neng Bunga kita pake bareng-bareng ?”. “boleh aja sih,Mbah,,tapi non Bunganya sekarang ada di mana ?”. “nih disini,,”, kata Mbah Tanto sambil membuka sarungnya
sehingga aku yang sedang
mengulum penis Mbah Tanto bisa
dilihat oleh Mang Karyo.
“oh,,non Bunga lagi asik karaokean ya,,”. Aku mengeluarkan penis Mbah Tanto yang sudah berlumuran
air liurku, kemudian berdiri dan
duduk di kursi.
“eh, Mang Karyo,,udah balik lagi,, ”. “eh non Bunga,,tuh,masih ada peju di mulutnya ”. Aku menyeka sisa sperma yang ada di mulutku
dengan punggung tanganku.
“gile lo Yo,,berarti dari 4 hari yang lalu,,lo ngentot ama neng Bunga
terus dong?”. “iya dong Mbah, makanya saya jarang pulang ke rumah,,”. “oh ya,,neng Bunga gak takut punya anak dari Mbah atau si
Karyo ?”. “nggak apa-apa Mbah,,pokoknya Bunga gak bakal hamil ”, balasku.
“oh ya Mbah, ngomong-ngomong jamunya mana ?”, tanya Mang Karyo.
“oh ya,,sebentar,,Mbah ambil dulu,,”, lalu Mbah Tanto meninggalkan aku dan Mang Karyo.
“gimana non,,si Mbah?”. “kuat banget,,Bunga sampe kewalahan.. ”. “coba non,,liat dong memek non Bunga”. “nih,,”,kataku sambil melebarkan pahaku sehingga daerah
selangkanganku yang belepotan
dengan sperma bisa terlihat.
“wuih,,ampe belepotan kayak gitu..”. “ah,,Mang Karyo juga kalo ngentotin Bunga kan ampe
belepotan begini..”. “emang iya ya,,hehe,,Mang Karyo gak nyadar,, ”. “oh ya Mang Karyo kenapa manggil Mbah Tanto pake Mbah? padahal
kan umur Mang Karyo ama Mbah
Tanto gak terlalu jauh beda,, ”. “iya sih,,tapi kan Mbah Tanto udah kayak guru Mang Karyo,,jadi Mang
Karyo manggil Mbah aja,,daripada
manggil master atau guru..Iya,
kan?”. “iya juga,, ”, tak lama kemudian Mbah Tanto kembali dengan
memegang sesuatu.
“nih Yo,,jamu lo,, ”. “kayaknya beda dari jamu kemaren,,”. “iya,,ni jamu racikan gue yang baru,,”. “efeknya apa Mbah ?”. “sama kayak jamu yang udah- udah,,tapi jamu yang ini bisa bikin
kontol lo ngaceng terus,, ”. “wah,,ini dia jamu yang saya tunggu-tunggu,,tapi berhasil gak ?”. “itu dia,,Mbah belum nyoba ni jamu,,jadi Mbah gak tau ini berhasil
apa gak,,”. “loh,,bukannya Mbah udah nyoba ama non Bunga?”. “nggak,,tadi saking udah nafsu banget ama neng Bunga, Mbah jadi
lupa minum jamu itu,,”. “jadi tadi Mbah belum minum jamu?”, tanyaku. “belum, abis ngeliat bodi neng Bunga yang mulus banget,,Mbah
jadi lupa deh”. “gak minum jamu aja bisa ngentotin Bunga dari jam 10 ampe
jam 6,,gimana kalo udah minum?”, tanyaku nakal.
“ya paling-paling,,neng Bunga gak bisa turun dari ranjang”. “emang kenapa tuh ?”, tanyaku menggoda.
“ya Mbah entotin terus,,haha ”, jawab Mbah Tanto yang diiringi
gelak tawa kami, sambil tertawa
aku memakai bajuku lagi.
“yaudah Mbah,,kami pulang dulu ya,,mau nyobain jamu ”, kata Mang Karyo sambil minta izin ke Mbah
Tanto. Kulihat muka Mbah Tanto sedikit
sedih, aku mencolek Mang Karyo
dan memberikan isyarat kepada
Mang Karyo, untungnya Mang
Karyo langsung mengerti
maksudku. “emm,,Mbah,,Mbah mau nyobain jamu ini juga”. “emang boleh Yo?”. “ya bolehlah,,kan Mbah yang bikin jamu ini”. “terus cobain ke siapa ?”. “yee,,si Mbah pake nanya,,yaa kita cobain efek jamu ini ke non Bunga
lah”. “emang neng Bunga mau?”. “mau aja,,tapi jangan disini mendingan di rumah Bunga aja”, jawabku.
“ok kalo gitu,,yuk Mbah,,kita bareng-bareng,,”, ajak Mang Karyo. “bentar, Mbah pake baju dulu ”. Setelah Mbah Karyo sudah memakai
baju dan mengganti sarungnya
dengan celana panjang, kami pun
langsung berangkat. Selama
perjalanan, tak hentinya mereka
berdua meraba-raba payudara dan pantatku. Aku tidak keberatan
karena sudah jam 6 sore sehingga
jalanan sepi, hal ini disebabkan
karena menurut tradisi desa ini,
warga desa tidak boleh keluar
rumah kecuali ada urusan yang penting. Akhirnya kami sampai di rumahku
dan begitu aku sudah ada di dalam
rumah, aku langsung melepas
bajuku sendiri yang membuat Mbah
Tanto kebingungan.
“loh,,neng Bunga kok tiba-tiba buka baju ?”. “gini Mbah,,saya buat peraturan,,kalo di dalem
rumah,,non Bunga gak boleh pake
baju,,”, jawab Mang Karyo. “wah,enak banget si lo,,padahal neng Bunga majikan lo,,tapi lo yang
buat peraturan,,”.
“hehe,,”, Mang Karyo hanya tertawa.
“ok,,neng Bunga,,kita mulai sekarang aja,, ”. “eiit,,tar dong,,Bunga mandi dulu biar wangi lagi,, ”. “yaudah,,sana non Bunga mandi dulu,,ayo Mbah,,sambil nungguin
non Bunga selesai mandi mendingan
kita minum jamu ‘n nyantai dulu ”. “bener juga,,neng Bunga mandinya jangan lama-lama ya,,kontol Mbah
udah gak sabar nih pengen
ngumpet lagi di dalem memek
neng,,”. “ok deh,,Mbah,,yaudah, Bunga mandi dulu ya ”. Lalu aku menuju kamar mandi untuk membersihkan
noda sperma yang telah mengering,
juga untuk membuat tubuhku
wangi kembali. Setelah mandi, aku langsung
menuju Mang Karyo dan Mbah
Tanto yang sudah tidak sabar
menunggu untuk memasukkan
penisnya ke dalam mulut, anus,
atau vaginaku. Karena jamu Mbah Tanto, mereka yang tadinya sudah
perkasa dalam hal menyetubuhiku,
kini mereka tambah perkasa
karena penis mereka tidak bisa
tidur alias ngaceng terus sehingga
mereka terus memompakan penis mereka dan mengosongkan air
mani mereka ke dalam tubuhku
hingga berjam-jam nonstop,
sampai-sampai aku pingsan karena
sudah tidak ada tenaga lagi. Karena
itu aku tidak tau apa yang mereka lakukan terhadapku karena aku
sudah tidak sadarkan diri. Aku
hanya bisa berharap agar lubang
vagina dan anusku tidak luka. Tiba-
tiba aku tersadar dan bisa
membuka mataku, aku menyadari kalau aku tidur dengan dihimpit
oleh Mang Karyo yang ada di
depanku dan Mbah Tanto yang ada
di belakangku. Tapi, tetap saja efek
jamu itu belum habis karena aku
merasakan kalau penis Mang Karyo yang masih menancap di dalam
vaginaku dan juga penis Mbah
Tanto yang masih tertanam di
dalam anusku masih berada pada
ukuran maksimalnya, tapi karena
aku sudah lemas dan ngantuk sekali aku tidak memikirkan itu, dan aku
menutup mataku agar badanku
bisa segar dan bisa melayani
mereka lagi esok hari.