BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

teman suamiku selingkuhanku



Jodoh tidak kemana,kita inginkan biasanya yang sempurnya dan yang lebih ya karena manusia adalah maklhuk yang mempunyai nafsu, tapi apa boleh buat kita hanya berusaha yang terbaik.Kali ini akan saya ceritakan mengenai pasang 2 anak manusia yang ditakdirkan bersama di dunia ini.Mereka berdua sungguh sangat mujur,sebab kedua pasangan ini adalah anak dari pengusaha kaya.Masalah ekonomi pastinya tidak adak problem tapi tidak tahu bahagia atau tidaknya pasangan ini kelak.Pasangan ini baru saja menikah dan rencana mereka akan membuat salah satu rumah,untuk desain mereka juga tidak main-main’arsitek handal terkenal yang menjadi pelopornya”.ya maklum orang kaya semua pasti bisa dibeli. rumah ini juga hadiah dari ortu pasangan mempelai perempuan.Tidak usah panjang lebar cerita, 6 bulan kemudian akhirnya selesailah bangaunan ini dibuat sungguh megah dan luas,area bermain,taman,tempat renang dan desain rumah yang menyolok adat Eropa tampak menambah sis mewah dan berklas bagi sang pemilik.

Karena besar dan luasnya rumah ini maka mereka memakai beberapa orang pembantu dan tukang kebun. Selain itu di pintu gerbangnya ada pos satpam yang akan mengawasi tamu masuk.

Karena mereka belum dikarunai anak maka Susana tinggal di rumah dan suaminya Iwan yang ke kantor meneruskan usaha yang ditinggalkan ayahnya, bersama kakak-kakaknya. Di dalam rumah yang besar dan banyak kamarnya itu, Susana merasa kesepian dan resah. Ia memang berada dilingkungan yang serba megah namun kepuasan batin tidak ia dapatkan. Padahal ia dan Iwan baru 1 tahun menikah. Di dalam kehidupan sex ia tidak ada masalah dan halangan. Iwan saat ini berusia 29 tahun dan Susana 26 tahun.

Sebagai layaknya pasangan muda, hampir setiap ada kesempatan mereka selalu melakukan hubungan badan di kamarnya yang serba luks itu. Tidak jarang mereka bepergian ke villanya di Tawangmangu untuk melepaskan rasa suntuk dan melepaskan kepenatan setiap hari.

Suatu malam, di rumah itu tanpa diketahui oleh Susana dan Iwan, di luar kamarnya ada sepasang mata yang mengintip dari balik jendela. Sepasang mata itu milik seorang lelaki yang biasanya bertugas sebagai satpam di rumahnya itu. Namanya Fadli.

Dari dulu semenjak mulai bertugas di rumah itu, Fadli telah menaruh perhatian terhadap istri majikanya itu. Meskipun jika keluar rumah Susana selalu pakai pakaian celana panjang, tetap saja kecantikan dan kesintalan nyonya majikannya itu membuat Fadli sulit tidur.

Fadli dari balik jendela yang ditutup gordyn itu terus mengamati dan melihat tingkah laku suami istri itu. Malam itu Iwan dan Susana seperti bisa bermesraan dulu barulah mereka saling melepaskan pakaian masing-masing untuk melakukan hubungan badan. Fadli di luar dengan nafas memburu melihat ketelanjangan suami istri itu. Namun yang terus diperhatikannya adalah sosok tubuh Susana, yang biasanya di luaran ia liat berpakaian tertutup semua, namun di saat itu hampir seluruh bentuk tubuh Susana ia liat tanpa ada yang menutupnya.

Malam itu hampir dua jam Fadli menyaksikan aksi pasangan muda itu bersebadan. Fadli sempat pusing melihatnya. Dikepalanya terbayang kehalusan dan kesintalan tubuh majikannya itu. Bayangan itu terus bermain di pelupuk matanya.

Pada suatu saat, Iwan ada urusan sehingga harus berangkat ke luar negeri untuk beberapa saat. Maka ia tinggalkan Susana di rumah itu. Ia tidak khawatir sebab di rumah itu ada pembantu dan satpam yang siap mengamankan rumah dan isinya.

Siang itu, iseng-iseng Susana berkeliling rumah dan melihat bunga2 di pekarangannya. Lalu ia singgah di pos jaga Fadli, saat itu Fadli sedang akan duduk. Ia kaget karena tidak biasanya Susana singgah di posnya.

“Selamat siang, Pak?” sapa Susana ramah.

“Siang juga, Bu?” jawab Fadli.

“Bagaimana, Pak? Apa ada hambatan?” tanya Susana.

“Ooo tidak, Bu?” jawab Fadli lagi.

Lalu ia masuk ke ruang Fadli itu dan duduk di dalamya. Di dalam ruang itu lengkap ada kamar mandi dan ruang tidur satpam. Susana duduk dan berbicara dengan Fadli panjang lebar tentang keamanan di rumah itu. Susana sempat memperhatikan Fadli. Ia akui Fadli sebagai satpam amat berani dan memiliki otot yang kuat seperti tentara. Tubuhnya hitam legam dan wajah kerasnya terlihat. Dulunya Fadli memang tentara. Karena suatu sebab ia dipecat, maka untuk menyambung hidupnya ia menjadi satpam.

Malam harinya, untuk menghilangkan kejenuhannya di rumah itu, ia berjalan-jalan di halaman itu dan membawa makanan kecil untuk Fadli. Ia ke ruang satpam dan duduk didalamnya, Fadli menjadi salah tingkah.

“Bu, saya tidak enak sama Ibu. Masak Ibu duduk di ruang ini?” kata Fadli.

“Ohhh… ndak apa-apa la, Pak? Masak… duduk saja ndak boleh?

“Saya takut nanti Pak Iwan marah,” jawab Fadli.

“Oooo itu to… Mas Iwan sekarang sedang di Kanada. Jadi, ndak apa kok, pak,” terang Susana.

“Kalau Pak Fadli keberatan saya disini, Bapak saja yang ke dalam, kan kita bisa bicara-bicara, Pak?” kata Susana.

“Baiklah, Buk,” kata Fadli, “Tapi hari akan hujan tampaknya.”

Lalu Susana berjalan kedalam rumahnya dan diikuti Fadli di belakang. Dari belakang ia perhatikan terus pinggul majikannya itu yang saat itu memakai celana tidur dan blouse dari sutra.

Di dalam salah satu ruangan di rumah itu, Susana dan Fadli berbincang-bincang tentang berbagai hal, sampai tentang masalah dalam kamar tidur Susana dan Iwan. Sedang hari saat itu di luaran hujan deras.

Karena suasana dan dinginya malam itu, ditambah lagi pembicaraan yang terlalu menyentuh tentang urusan ranjang, membuat Fadli mengetahui rahasia kamar Susana dan Iwan itu. Fadli merasa mendapatkan peluang untuk masuk ke dalam pribadi Susana. Dengan berbagai cara dan rayuan, Fadli pun telah dapat mengenggam tangan Susana dan memeluknya. Dengan cara yang lembut ia dapat mencium bibir Susana yang mungil itu. Susana sedikit menyesal karena ia telah jatuh dalam kelembutan yang diberikan Pak Fadli.

Dengan kelihaian Fadli mempermainkan Susana, maka Susana dapat ia giring kedalam salah satu kamar di rumah itu. Di kamar yang diperuntukan bagi tamu itu, Susana ia tuntun.

Di dalam kamar itu ia baringkan Susana dengan hati-hati dan ia raba buah dada Susana tanpa membuat Susana merasa menyesal. Lalu ia buka blouse tidur dan BH yang menutupi dada Susana satu persatu. Di belahan dada Susana ia singgah untuk memilin puting dan mengggigit dada Susana hingga memerah. Susana saat itu tidak sadar bahwa ia telah punya suami dan jatuh terlalu dalam. Dengan tangannya, Fadli membuka celana tidur Susana dan lalu CDnya sehingga terlihat bulu-bulu halus yang tertata rapi menutupi rongga vagina Susana.

Dengan leluasa jari tangan Fadli masuk dan mempermainkan lobang vagina Susana hingga Susana ingin cepat dituntaskan.

“Ahggggggggghhhhh, Pakkk…. Cepat, Pak…” Dengus Susana saat itu.

Lalu Fadli membuka seluruh pakaiannya sehingga ia pun kini telah telanjang bulat. Fadli yang selama ini hanya melihat Susana telanjang saat bersenggama denga suaminya, kini dapat melihat sendiri dari dekat dan merasakan langsung kehangatan tubuh Susana yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

Fadli pun lalu membuka kedua kaki Susana hingga kedua kaki yang jenjang itu tertaut di kedua bahunya yang bidang. Ia arahkan penisnya yang tegak, siap untuk masuk ke dalam vagina Susana yang masih kecil itu. Dengan sedikit dipaksa, amblaslah penis Pak Fadli kedalam lobang itu. Susana hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan perih saat dimasuki kemaluan Fadli.

Beberapa saat lamanya Fadli terus menggenjot dan memajumundurkan penisnya di dalam vagina Susana hingga Susana merasakan nikmat dan orgasme.

Lalu Fadli pun memuncratkan maninya di dalam vagina Susana. Ia biarkan saja tumpah di dalam tubuh nyonya majikannya itu. Sambil penisnya tetap tertanam di dalam vagina Susana, Fadli pun diam di atas tubuh Susana melepas lelahnya hingga ia tertidur. Susana pun tergolek bersimbah keringat. Saat itu keringat Fadli telah bercampur dengan keringat Susana. Tidak ada lagi yang membatasi kulit mereka. Tubuh Susana masih terhimpit dibawah dalam keadaan lemas dan puas.

Malam itu Pak Fadli melakukannya sebanyak dua kali lagi dan Susana pun tidak sempat menolaknya.

Sejak saat itu, bila ada kesempatan, di salah satu kamar rumah itu Susana maupun Fadli berpacu dalam birahi. Iwan tidak tahu dan hanya mereka berdualah yang menyimpan rahasia itu, hingga saat