Awal terjadinya di tahun maret 2008.
Saat aku berusia 33 tahun . Aku punya seorang istri berusia 31 tahun yang
memiliki adik kandung masih lugu dan pemalu. Sebut saja namanya euis, baru
berusia 17 belas tahun. Euis adalah adik ke 3 istriku. ikut tinggal bersamaku
karena ingin bersekolah di jakarta. Mertuaku di sukabumi. Aku ikut senang
iparku tinggal bersamaku karena sekalian menunggu dan mengurus rumahku yang
kosong hanya tinggal pembantu akibat kami berdua bekerja.
Aku punya kebiasaan dan kegemaran
yang kubawa sejak remaja. Yakni senang di pijat. Hampir seminggu sekali orang
tuaku memanggil tukang pijat langganannya, dan sekalian pula aku ikut minta di
pijat.
Tak heran, setelah menikah, minimal
hampir seminggu dua kali aku selalu minta dipijat istriku.
Aku juga punya pembantu. Terkadang
pembantuku yang sudah tua juga membantu memijat tatkala istriku sudah
kelelahan. Istriku juga bekerja di bank swasta sebagai teller.
Kisahnya berawal dari suatu hari aku
pulang kemalaman karena lembur. Badanku terasa sakit sekali. Aku ingin sekali
di pijat. Tetapi istri dan pembantuku sudah tidur. Saat itu aku lihat iparku
Euis masih belum tidur dan mengerjakan PR sekolah SMA-nya di ruang keluarga.
Karena sudah tak tahan sakit semua badanku, aku coba minta tolong Euis untuk
memijat pundakku.
Euis menurut saja karena memang dia
patuh denganku. Awalnya dia ragu karena tak pernah memijat orang. Lalu ku
bilang : ” Tak apa lah, Euis.. asal-asalan aja !. yang penting sakit Aa hilang
!”. (Aa adalah panggilanku). maka Euis pun mau melakukannya. Mulailah dia
memijat bagian pundakku dan Aku tetap mengenakan baju.
Sama sekali aku tak punya pikiran
macam-macam karena aku mencintai istriku dan menghormati keluarga mertuaku.
Aku rasakan ternyata pijitan Euis
enak juga. Aku mulai menikmatinya. “Enak juga pijitan si Euis !”, pikirku.
Setelah badanku agak enakan, aku minta Euis untuk menghentikan pijitan dan ku
minta dia untuk segera kembali ke kamarnya.
Esok paginya aku ceritakan ke
Istriku kalau semalam badanku sakit sekali dan minta maaf terpaksa aku minta
tolong Euis adiknya untuk memijatku. Istriku tampak seperti biasa saja karena
sangat percaya kalau aku tidak bakal macam-macam ke adiknya.
Suatu hari, aku merasakan kembali
sakit pegal-pegal dibadanku. Mungkin karena kebiasaan di pijat, capek sedikit
saja serasa tak hilang kalau tidak di pijat. Cepat-cepat aku bawa kendaraanku
ke rumah malam itu. Saat tiba di rumah, aku minta tolong istriku– yang memang
biasanya sudah pulang duluan– untuk memijat seperti biasa. Tapi dia bilang
sedang capek sekali dan tidak sanggup memijatku. Dia memintaku untuk
membangunkan bu sumi saja, pembantuku. Tetapi bu Sumi sudah tidur.
Aku lapor ke istriku kalo bu sumi
sudah tidur. Tiba-tiba istriku bilang : ” ya sudah minta tolong aja sama euis,
tapi pijatnya di sini !”. (Di kamarku dan istriku)
Lalu aku memanggil euis yang
kebetulan memang belum tidur. Istriku tiduran di sampingku, ikut menyaksikan
kalau aku sedang di pijat tanpa buka baju oleh adik kandungnya. sambil
mengajari euis memijat dan ngobrol, istriku lama-lama tertidur pulas.
Sejak hari itu kebiasaanku
berlanjut. Aku makin sering di pijat oleh Euis di kamarku. Di saksikan oleh
istriku. Frekwensinya kini malah lebih banyak Euis yang memijatku ketimbang
Istriku sendiri. Sama-sekali tidak terlintas pikiran kotor untuk macam-macam
karena Euis anaknya memang baik dan kuanggap masih kecil. aku juga sering
menasehatinya dalam agama meski aku juga bukan orang alim, lalu menasehatinya
juga agar hati-hati dalam bergaul supaya tidak terlibat pergaulan bebas.
Lama kelamaan aku makin keenakan di
pijat Euis dan mulai berani di pijat dengan buka baju. Akupun mulai berani
minta di pijat dengan menggunakan minyak pijat seperti apa yang memang sering
dilakukan Istriku.
Aku rasakan pijatan tangan euis
memang tidak kalah dengan pijatan istriku. Sampai beberapa bulan berlalu aku
makin ketagihan dengan pijatan Euis iparku.
Ohya, Tak lupa setiap kali di pijat,
aku selalu memberikannya uang Rp.100.000. Sesuatu yg istriku juga mengizinkan
aku di pijat Euis karena melihat aku juga memberinya uang.
Sampailah di suatu malam yang hujan
deras, istriku sedang tertidur pulas saat aku baru tiba di rumah malam hari.
Badanku pegal sekali. aku meminta euis untuk memijatku. Di tengah pijatan, aku
merasakan tiba-tiba muncul gairah ingin sekali berhubungan seks dengan Istriku.
Tetapi istriku sudah tidur.
Aku pusing sekali, mungkin karena
gairah yang naik tiba-tiba, kini aku jadi mulai terangsang oleh sentuhan
pijatan Euis. Malam itu setan membawaku untuk mencari rangsangan lebih. Karena
gairah seks ku sedang naik.
Tak seperti biasanya, aku yang
paling-paling hanya minta di pijat di bagian kaki, kepala dan pundak tanpa buka
baju. Kali ini minta lebih… Aku minta Euis untuk memijat bagian dadaku !.
Semula Euis ragu-ragu karena tak
biasanya aku minta pijat di bagian itu.
“Ayo is, gak apa-apa sekali-sekali,
tumben nih bagiaan ini (dada) Aa agak pegel banget !”. Pintaku. Akhirnya Euis
menuruti permintaanku. Aku menarik nafas dalam-dalam menikmati kulit tangan
iparku yg dilumuri minyak sedang memijat sensitif dadaku untuk pertama kalinya.
Aku jadi sering menelan ludah malam itu. Sungguh aku kian terangsang setiap
telapaknya mengenai bagian puting di dadaku.
“Euis.. !” Kataku. “Agak di-lama-in
yah pijatnya di bagian itu. Abis lagi pegal !”. Kataku. Jam menunjukkan pukul
23.00. Selesai sudah pijatan Euis. Aku minta Euis untuk tidur ke kamarnya. Aku
yg di kondisi gairah memuncak, sudah tak kuasa lagi menahan. Ku bangunkan
Istriku. Tetapi dia ogah-ogahan. Seperti biasa kalau sudah begini, aku punya
sedikit kelainan seks. Ku buka celana Istriku dalam kondisi dia tertidur, ku
baringkan tubuh istriku dalam keadaan tengkurap, ku tuntaskan hajatku malam itu
dengan bermasturbasi menggejot-genjot pantat istriku yg kadang akhirnya jadi
terbangun dan membantu menggoyang-goyang pantatnya.. “Crooott…. Crooot… !”, air
maniku tumpah di pantat Istriku.
Waktu terus berjalan. Setiap kali
aku pegel, aku minta di pijat Euis, aku kini selalu minta dia berlama-lama
memijat di bagian dada. Terutama saat istriku mulai tertidur. Semakin lama aku
makin menikmati. Sensasinya semakin lain. Dalam keadaan terpejam mata, aku
mulai berpikir aneh-aneh.
Ada satu hal yang membuatku heran,
ketika itu, saat memijat di bagian dada, aku merasa Euis memperlambat dan
memperlemah tangannya seperti mengelus memberi rangsangan. Aku sudah tak
memperdulikan lagi rasa malu saat putingku membesar dan mengeras dibuatnya.
Mungkin dia sudah tahu kalu aku terangsang. Mataku tetap terpejam menikmati
sensasi hebat itu seolah tidak tahu apa yang di lakukan oleh tangannya. Aku
juga merasa setiap euis memijat bagian dadaku, nafas Euis juga ikut makin
memburu dan seperti tersengal-sengal. Sesekali aku intip dari keremangan lampu
kamar yg ku redupkan, payudara Euis makin membesar.
Lama-kelamaan tiap di pijat aku
mulai punya pikiran kotor. Nafsu sudah menguasaiku. Aku ingin sekali Euis bukan
saja mengelus dadaku, dalam khayalanku aku ingin dia bisa memainkan jarinya di
putingku. Bahkan menjilatinya. Aku mulai mikir-mikir, mencari-cari rencana,
bagaimana caranya agar Euis bisa memainkan putingku dengan leluasa dan bebas,
tanpa kehadiran istriku di sampingku seperti biasanya. Sesuatu keliaran yang
tak pernah terbayangkan. Adik ipar yang aku kasihani dan sayangi sebelumnya.
Masih remaja pula.
Di kantor aku jadi sering
terbayang-bayang pijatan dan elusan tangan Euis di dadaku.
Sampailah Suatu hari sengaja aku
pulang kantor duluan. Sekitar jam 2.30 siang dimana Euis biasanya memang sudah
pulang dari sekolah.
Hari itu ternyata benar. Euis sedang
menonton TV. Tanpa ragu Aku minta Euis memijatku. Pembantuku di kamarnya tidak
curiga sama sekali karena memang dia sudah tahu kebiasaanku yang di pijat Euis
di kamarku. Karena pernah satu kali mereka berbarengan memijatku malam-malam.
Siang itu Aku minta Euis untuk
memijat lebih lembut lagi di bagian dadaku. Aku sengaja menutup gorden dan
memadamkan lampu agar jadi lebih remang-remang meski matahari masih tinggi.
Siang itu Aku rasakan tangan Euis
begitu leluasa dan bebas seolah memberi rangsangan ke dadaku tanpa takut di
ketahui kakaknya.
Selama di pijat Aku merasa Euis
tidak lagi memijat dadaku tapi seolah membelai-belainya. Aku makin tidak tahan.
Lalu nekat aku bilang : “Euis, boleh pijatin puting Aa pake jari-jari Euis
nggak ?” Kataku nekat.
“Hah.. ? Gimana caranya, A ? Kok
pijat putingnya ?, ” Katanya heran atau mungkin pura-pura heran.
“Aa paling suka kalo Teteh
(panggilan istriku) pijatin puting Aa. Gampang kok !.” Sambil ku pegang tangan
dan tuntun jarinya untuk menunjukan caranya.
Entah karena lugu, atau pura-pura
tidak tahu, dia menurut saja dan meneruskan memainkan putingku dengan jarinya.
Aku bilang : “enak sekali, Euis.
lebih pelan yah, tapi tolong jangan bilang-bilang Teteh, ya !”
“Memang kenapa, Aa ?”
“Gak apa-apa, khawatir nanti Teteh
marah dan salah sangka “, kataku.
“Ya iya, Aa, Euis juga malu !”.
Katanya dengan wajah lugu.
“Euis tahu gak, Aa paling suka kalau
dimain-mainkan gini putingnya. Teteh juga paling suka kalau di giniin
putingnya,” kataku.
Euis diam saja mendengarnya. “Gini
Euis, kayaknya posisi Aa kurang nyaman deh, gimana kalo Euis sambil tiduran
juga pijatin puting Aa ?,” Pintaku.
Entah kenapa Euis menurut saja dan
ikut merebahkan tubuhnya sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya sambil
tiduran.
Jarinya terus saja memijat putingku.
Aku makin kehilangan akal sehat. Dengan nekatnya aku bilang : “Euis, sini Aa
ajarin kamu gimana caranya memijat puting Aa yang bener, karena kalau cara
pijat Euis kayak gini lama-lama puting Aa jadi perih !.” Kataku
Kemudian ku lanjutkan kalimatku :
“Tapi… Euis sendiri harus ngerasain di pijat !, nanti Aa mau praktekin memijat
Euis, supaya nanti kalo pijetan Euis makin enak, Aa akan kasih uang yg lebih
banyak !”.
“Maksud Aa ?”, tanya Euis.
“Sini deh Aa langsung pijetin Euis
aja. Euis rasain aja !”
“Ntar kalo teteh tahu gimana ?”
“Ya jangan kasih tahu dong, ini
rahasia kita aja”. Kataku
Tanpa buang kesempatan aku langsung
nekat memijat telapak kaki Euis. Agar dia tidak langsung curiga. Aku pura-pura
pijat dari telapak kaki agak lama. Trus menjalar ke betis. Kemudian ku minta
Euis untuk duduk. Lalu ku pijat di bagian leher, pundak dan kepala tanpa Euis
membuka baju.
Lama-lama setelah Euis mulai merasa
enak, aku mulai berani memakai minyak pijat. Aku memulainya dari bagian leher.
Pelan-pelan dan sesekali kusentuh bagian bawah kupingnya, agar dia terangsang.
Aku pijat pelan-pelan dan lama-lama di bagian itu. Euis mulai menikmati dan tak
ada penolakan sama sekali. Trus aku mulai memijat turun ke bagian pundak
belakang.
Dengan sangat hati-hati, jemariku
mulai meraba memijat bagian pundak depan. Ku lihat Euis makin terlena, meski
matanya terpejam, aku tahu dia tidak tertidur. Agar lebih leluasa tanganku
memijat dari belakang, Aku mencoba meminta Euis untuk membuka kancing bajunya.
“Euis… ! Kancing bajunya buka satu
ya !, supaya Aa gampang pijat dada atas Euis !.”
Dan… Euis menuruti !. ” Yess… !”,
senangnya hatiku !.
Jariku makin menurun memijat ke
wilayah dada, di bagian atas payudara. Aku bisikkan kata-kata untuk meminta
euis terus memejamkan mata dan menikmati musik lembut yg sengaja aku putar.
Tanganku makin turun memijat ke
bawah. Seolah sedang berenang di dada dengan dengan gaya katak. Jari-jariku
mulai merasakan bagian atas bukit payudara. Wow… Sudah meninggi dan mengeras.
Nafas Euis makin tersengal-sengal. Semakin ke bawah… Ke bawah… Dan…
Inilah kesempatan yang tepat. aku
sapu dengan lembut bagian paling vital di payudara seorang perempuan. Dengan
begitu lembut sekali aku sapu putingnya dengan jemariku. Euis seperti tak
menolak sama sekali. Tapi sedikit mendesis, seperti agak takut.
Karena tak ada penolakan berarti, ku
sapu saja putingnya beberapa kali. Tak juga ada penolakan berarti, akhirnya
kumainkan terus jari telunjukku di atas putingnya saja. Euis melipat bibir
tanda keenakan sambil sesekali menyapu bibir dengan lidahnya.
“Euis…”, bisikku. ” Yang enak kalau
nanti main-mainin puting Aa.. ya kayak gini !. Enak banget, kan ?”.
Euis mengangguk tanpa kata-kata.
Lidahnya sesekali keluar dari bibirnya.
“Euis mau yg lebih enak lagi nggak
?” Kataku.
“Buka ya kancingnya semuanya”,
kataku
Aku lihat Euis sudah terangsang
sekali. Entah karena lugunya, saat kubuka semua kancingnya dia diam saja. Lalu
ku buka juga BH-nya meski sempat sedikit menolak.
Akhirnya ku rebahkan badan euis
dengan posisi telentang, lalu aku mainkan jemariku di atas puting yg merah
coklat muda itu.
“Euis tidur aja ya, nikmatin aja
sesuatu yang paling dahsyat enaknya, euis pasti ketagihan deh !”
“Euis mau diapain Aa ?”
“Ssst…. Rasain yah”, sambil ku
belai-belai rambutnya
Tanpa panjang kata lagi……
Ku jilati saja puting yang masih
sebesar kacang hijau itu….!!!
Tubuhnya menggelinjing. Ku mainkan
ujung lidahku dengan lembut di atas putingnya. Euis mendesis seperti ular :
“sssssstttt…. Eeeeeehhhh… Euuuuhh !”
“Enak kan, Euiiiiis ?” Tanyaku
Euis diam saja. Matanya tetap
terpejam kuat-kuat. Mulailah Ku jilati seputar payudaranya, kemudian turun ke
bagian perutnya. Di pusarnya ku mainkan lidahku agak lama. Sambil tanganku
meremas-remas payudaranya.
Mulutku kini naik ke bagian
lehernya. Dia tampak keenakan ku hisap-hisap tiap lekuk lehernya. Kembali ku hisap
setiap sudut bagian sensitif di dadanya. Ku sedot di pangkal payudaranya sampai
meninggalkan tanda merah. Ya.. Aku sengaja mencupangnya sampe ada 4 tanda.
Kulitnya kuning langsat nan bersih. Aku jelajahi setiap lekuk-lekuk tubuhnya
dengan kecupan dan sedotan-sedotan lembut. Ku jilat dan ku hisap juga ketiaknya
pelan-pelan sekali. Aku coba mengayati kenikmatan tiada tara ini.
Akhirnya ku cium bibirnya. Dia
menolak tak mau. Aku terus berusaha. Aku rangsang kembali di putingnya agak
lama. akhirnya.. Euis pasrah menyerahkan mulutnya. Ku sedot dengan penuh
penghayatan bibirnya.
Kuminta Euis mengeluarkan lidahnya.
Tanpa ragu ku kecup dan ku hisap lembut lidah gadis 17 tahun itu. Aku sudah
lupa kalau euis adalah adik kandung istriku. Euis mulai lancar belajar berciuman
denganku. Kuminta euis menyedot lidahku. Hanya dalam tempo beberapa menit Euis
makin pandai beradu sedot. Ludahnya tidak berbau sama sekali.
Pelan pelan jariku sudah mulai
meraba bagian bawah selangkangan. Tapi dia selalu saja menepisnya.
Aku sudah tak kuat lagi. Lalu ku
buka celanaku. Euis seperti ketakutan. “Ngapain Aa ?, jangan !, Euis takut !”.
“Gak apa-apa Euis. Aa gak akan
merawanin kamu. Sungguh. Ayo pegang punya Aa aja !”.
“Jangan Aa !, Euis takut !”.
“Sumpah Aa gak bakalan merawanin
Euis, Aa mau minta tolong di pijetin barang Aa. Pake minyak pijat !”
Euis seperti mau nangis. Akhirnya
dengan merayu dan sedikit paksaan, tangan Euis mulai berani memegang.
Awalnya takut-takut. Lalu kuminta
euis untuk memijat alat vitalku. Aku ajari mengocok dengan istilah memijat.
“Ya gitu Euis… Aa cuma mau Euis
giniin Aa aja kok, Aa juga takut merawanin Euis. Kalo Euis hamil nanti gimana
!”. Kataku.
Makin lama Euis makin tenang.
Sehingga makin lancar mengelus-elus alat vitalku. Lalu aku ajari cara mengocok
alat vitalku. Sambil berciuman, aku terus mengurut payudara euis dengan
lembutnya.
Tapi aku merasa kocokan Euis belum
pas dan tidak enak. Aku coba dengan berbagai posisi tangan Euis. Tetap saja
tidak enak.
Lalu Aku minta dia nantinya tidur
tengkurap saja. Buka celana jeans tapi tidak membuka celana dalam. Aku jelaskan
caraku onani di pantat kakaknya. Cukup lama aku merayunya, akhirnya dia setuju.
Sebelum tidur tengkurap. Aku ciumi
lehernya dari belakang. Lalu sesekali sambil menghisap lidah. Tanganku memijat
payudaranya dari belakang.
Aku sudah tak kuat lagi. Kini Ku
minta dia tidur tengkurap saja.
“Maaf Euis, Aa mau onani di pantat
Euis aja ya. Euis buka celana jeeans Euis tapi gak usah buka celana dalam. Aa
pijam belahan pantat Euis aja. Aa gak bakalan sodomi !.”.
Lalu ritual kelainan seks-ku
dimulai. Ku jilati pantat Euis. Lalu akhirnya ku tindih pantat yang masih sekel
itu. Aku tempelkan penisku di belahan pantatnya. Aku genjot pantatnya. Ku peluk
tubuh Euis sambil tanganku meremas payudaranya dari belakang. Hampir di ujung
puncak orgasme, ku tingkatkan frekwensi genjotan. Dan :
“croooot… Crooot… Crooot… !” Keluar
air cintaku banyak sekali membanjiri bagian atas pantat adik iparku.
Dia kaget sekali. merasa aneh dengan
cairan yang baru pertama kali dilihatnya. Ku lihat matanya memerah. Ya… Euis
menangis, meski tangis tak bersuara !. Mungkin dia menyesal melakukannya,
apalagi menghianati kakaknya, pikirku. Akupun merasa menyesal juga saat itu.
Kenapa sampai bisa aku berbuat begitu hina kepada adik iparku sendiri.
Tapi namanya nafsu memang sangat
sulit terbendung. Memang benar, perang terbesar di dunia adalah perang melawan
hawa nafsu. Dan aku kalah.
Setelah kejadian itu aku tak pernah
pijat lagi. Dan Euis tidak mau.
Sampai di tiga bulan kemudian, aku
diminta tolong oleh istriku mengantar uang ke rumah mertua di sukabumi dengan
di temani euis berdua saja. Entah setan apa kok tiba-tiba kami sudah berciuman
di mobil. Tak terduga sama sekali. Perang melawan nafsu tak terkendali lagi,
aku lagi-lagi kalah. aku sempatkan mampir ke sebuah hotel di perjalanan. Kami
ulangi lagi peristiwa yg sama, meski hanya check in 3 jam saja.
Sejak peristiwa itu, kami sering
bercinta tanpa melakukan coitus. Paling penisku di peting, di kocok, di
jepitkan ke pantat, di jepit ke payudara, bahkan di oral. Akupun sering
meng-oral Euis karena dia sukanya memang di oral.
Hingga kini 2010, euis masih tetap
perawan. Euis sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi atas biayaku. Dia
belum mau pacaran dengan orang lain meski banyak yang mau. Euis juga jadi
ketagihan untuk menikmati seks denganku, sering tiba-tiba dia meneleponku untuk
mengajak “istirahat” di hotel. Apalagi kalau bukan minta dilayani kebutuhan
seks-nya dengan cara masturbasi.
Ada banyak pria keren yang datang ke
rumahku untuk mendekati Euis, aku sering cemburu.