BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

pijatan orang itu dahsyat


Saya beristri. Isteri saya berumur 35 tahun. Isteri termasuk berukuran kecil, tinggi 156 cm, dan termasuk ramping, warna kulit kuning langsat, dan mulus.

Saya punya kesenangan urut badan. Dan saya punya langganan tukang pijet tunanetra. Timbul keinginan saya untuk mengurut isteri saya. Saya mencari tukang pijat tunanetra yang rapi dan bersih. Pada akhirnya saya menemukannya. Orangnya bersih walaupun agak hitam. Ia tinggi dan badannya besar dan kekar. Mulai aku minta urut, dan memang aku merasakan ia lebih profesional, pintar mengurutnya. Pokoknya setelah diurut badan saya rasanya enak. Bukan hanya itu, bahkan ia pintar mengurut bagian urat-urat yang menimbulkan rangsangan seksual.

Sambil diurut, saya bercerita kepadanya bahwa barang saya tidak bisa keras dan tidak tahan lama. Malah ia berbalik mengatakan pada saya, "Kalau saya kebalikan bapak. Malah isteri saya kewalahan melayani saya, sampai sambat-sambat dan ampun-ampun".

"Kok bisa begitu," tanya saya.

Ia menjawab, "Mungkin karena bisa main lama sekali sampai lima kali, mungkin juga barang saya terlalu besar dan panjang."

Saya tanya, "Berapa panjang barang kamu?"

"Saya tidak tahu, wong saya tidak bisa melihat. Yang pokok, kalau saya main rasanya mentok, dan lagi susah masuknya kalau tidak kasih ludah yang agak banyak."

"Kalau begitu kamu hebat, bisa memuaskan isterimu."

"Kalau bapak?"

"Yah, saya tidak seperti kamu, mungkin karena punya saya kecil dan pendek."

Saya mulai timbul keinginan untuk memijat isteri saya. Saya merayu isteri agar ia mau diurut minggu depannya. Saya katakan pada isteriku, "Mas tukang pijat itu pintar, benar-benar mengerti urat. Buktinya badan saya enak sekali setelah diurut."

Akhirnya ia mau.

Minggu berikutnya aku jemput lagi. Mulailah saya diurut. Sambil diurut, aku bertanya kepadanya, "Mas, mau enggak ngurut isteri saya?"

"Kalau ibu mau, dan bapak mengizinkan, saya mau saja. Memangnya keluhan ibu apa?"

"Ia suka pegel-pegel badannya dan kurang bersemangat dalam seksual."

"Wah, kalau pegel-pegel itu sudah biasa, tapi kalau kurang bersemangat itu mungkin ada kelainan urat. Harus diurut bagian-bagian urat tertentu pak," katanya. "Apa bapak mengizinkan?"

"Ya, tidak apa-apa."

Setelah ia mengurut saya, saya panggil isteri. Saat itu waktunya sudah agak malam.

"Ma, ayo, kamu diurut."

Isteriku masuk dengan memakai kain sarung ke kamar tempat saya diurut, sebelah kamar utama saya. Kebetulan ada jendela yang selalu tertutup dengan korden.

Mulailah isteri saya tengkurep. Dan saya tiduran di sebelahnya sambil mengamati. Mas tukang pijet itu (Mas Budi) menyingkapkan kain sarung istriku sampai di bagian betisnya, dan mengurutnya. Kemudian Mas Budi menyingkap sarung istriku ke bagian pahanya dan mengurutnya. Aku memperhatikan isteriku. Kayaknya ia keenakan dan cocok dengan urutannya.

Ketika Mas Budi memijat bagian pahanya dan pinggul istriku. Isteriku nampak semakin nikmat sambil kelihatan badannya sedikit mengeliat-geliat. Supaya isteri saya tidak canggung, saya keluar kamar dan bilang sama Mas Budi, "Saya keluar dulu ya, Mas."

Kemudian saya masuk ke kamar saya dan mengintip dari jendela.

Terdengar suara isteriku mendesah-desah, "Aaah.... Aaah.... Aaah....". Aku lihat istriku menggeliat-geliat, mungkin mulai terangsang, karena ternyata Mas Budi telah menyingkap kain sarung isteriku sampai ke bagian bawah sedikit pinggulnya. Tangan Mas Budi kelihatan menggerayangi bagian pangkal paha isteriku sampai kelihatan CD-nya.

Tidak, ia belum berani menggerayangi ke bagian yang lebih sensitif.

Kemudian Mas Budi pindah membuka sarung isteriku dari bagian atas pinggulnya, dan lalu meremas-remas pinggulnya. Tangannya lalu dimasukkan ke dalam CD-nya. Semakin mendesah-desah dan menggeliat-geliat isteriku. Barangku pun semakin ngaceng keras.

Kemudian Mas Budi menyuruh istriku terlentang. Aku semakin memperhatikannya. Tangan kekar Mas Budi membuka kain isteri di bagian pahanya dan nampaklah paha mulus isteriku dan CD-nya. Ia mulai mengurut paha istriku sambil meremas-remasnya sampai ke pangkal pahanya. Rupanya bukan begitu saja isteriku terangsang, Mas Budi memang nampak sengaja merangsang istriku. Kelihatan tangan kekarnya meremas-remas paha dan pangkal paha istriku sampai ke pinggulnya.

Setelah selesai diurut dan Mas Budi pulang, aku langsung ajak isteriku berhubungan. Karena memang saya pun sudah tidak tahan, barang saya ngaceng keras. Dan ternyata isteriku pun sangat terangsang jauh tidak seperti biasanya.

"Pa, kok barang Papa keras sekali?"

"Memang Mas Budi itu benar-benar tukang pijat yang hebat mengerti urat."

"Saya juga mas. Kalau begitu, minggu depan kita urut lagi, ya?"

"Ok.." sahutku sambil tersenyum.

Minggu berikutnya aku jemput lagi Mas Budi ke rumahnya. Aku ketemu isterinya. Orangnya tinggi gemuk. Aku mulai membayangkan, kalau isterinya seperti itu saja, barang punya Mas Budi mentok dan susah dimasukkan kalau tidak dikasih ludah yang banyak. Wah, kalau begitu, barangnya benar-benar besar dan panjang.... Bagaimana kalau itu dimasukkan ke lobang isteriku yang kecil mungil itu. Bisa menjerit isteriku.

Setelah sampai di rumah aku mulai dipijat di kamar yang minggu kemarin juga. Sambil ia memijatku aku bilang padanya.

"Mas hebat, benar-benar mengerti saluran-saluran urat. Isteriku tidak seperti biasanya. Aku dan isteriku sangat menyukai pijatan Mas Budi."

"Oh ya, terima kasih Pak kalau memang cocok pijatan saya."

Aku bilang padanya, "Aku nanti ada pertemuan bisnis di rumah teman saya. Tidak apa-apa walaupun tidak ada saya, tetap aja isteri saya dipijat. Saya tidak terlalu lama kok paling sekitar 3 jam-an saya sudah pulang."

Setelah saya dipijat saya mandi. Isteri saya menyiapkan pakaian saya. Saya bilang pada isteri bahwa saya pergi tidak terlalu lama, paling sekitar 3 jam-an.

Saya pura-pura keluar. Kemudian sekitar 15 menit kemudian saya balik lagi ke rumah pelan-pelan dan masuk lewat pintu samping yang memang saya punya kunci serepnya. Langsung saya masuk ke kamar saya pelan-pelan. Saya buka korden pelan-pelan, lalu mengintipnya.

Isteriku dalam posisi tengkurep dan kain sarungnya sudah tersingkap sampai ke pinggul sehingga kelihatan CD-nya. Dan Mas Budi meremas-remas paha istriku sampai ke pangkal pahanya. Suara desahan dari mulut istriku terdengar semakin keras dan tubuhnya pun menggeliat-geliat, membuat Mas Budi semakin gemas. Tangannya yang kekar dengan jari-jarinya yang besar mulai berani mengelus-elus selangkangan isteri saya.

Tidak lama kemudian Mas Budi menyuruh isteriku terlentang. Ketika istriku sudah dalam posisi terlentang, Mas Budi mulai berani membuka kain sarung isteriku sampai ke bagian atas. Tangannya mulai menggerayangi bagian di dekat bibir vagina istriku. Ia menyingkap pelan-pelan CD istriku. Dan isteriku pun diam. Nampaknya ia pun memang mengharapkannya.

Mas Budi mulai mengelus-ngelus bibir vaginanya, dan isteriku semakin keras desirannya. Terdengar suara: "Aah... Aah... Aah" dari mulut istriku sambil mengeliat-geliat. Isteriku nampak mulai terangsang berat, dan kelihatan tangannya menggerayangi selangkangan Mas Budi. Dan semakin kelihatan Mas Budi semakin berani. Ia melorotin CD isteri saya.

Ia mengelus-ngelus vagina istriku dan memasukkan jarinya ke dalam lobangnya. Begitu jari Mas Budi dimasukkan, isteriku menjerit kecil dan menggeliat sambil meremas penis Mas Budi dengan gemasnya. Aku panasaran, kayak apa barangnya Mas Budi. Tidak lama kemudian Mas Budi membuka celananya. Begitu dibuka, aku kaget. Waduh, barang Mas Budi besar sekali dan panjang! Nampak urat-uratnya yang mengeras tegak dan kepalanya yang sangat besar.

Isteriku meremas-remasnya dengan sangat gemas karena sudah terangsang berat. Kelihatan vaginanya membasah dengan lendir. Dan Mas Budi dengan gemas juga mengelus dan meremas vagina istriku sambil memasukkan jarinya. Kelihatan Mas Budi mulai meludahi lobang vaginanya. Kemudian Mas Budi membuka kaos dan BH istriku. Kemudian ia meremas-remas teteknya sehingga semakin tidak tahan isteriku. Mas Budi lalu membuka kaosnya sendiri.

Kini nampaklah kedua manusia yang lain jenis itu telanjang bulat. Nampak tubuh isteriku kecil dan mulus, dan badan Mas Budi agak hitam dan kekar. Barang saya pun ngaceng mengeras luar biasa. Mas Budi yang berbadan tinggi, besar dan kekar itu mulai menindih isteriku yang kecil mungil.

Saya semakin penuh perhatian ingin melihat masuknya barang gede Mas Budi ke lobang kecil istriku. Ia mulai melumasi penisnya dengan ludahnya dan mengarahkan ke lobang vagina kecil istriku. Ia mulai menekan dan isteriku menjerit, "Aaah... sakit, Mas."

Rupanya Mas Budi sudah sangat tidak tahan. Ia menekan kembali dan isteriku menggigit bibirnya. Mungkin tidak tahan. Karena Mas Budi menekan kasar, barang besar itu masuk juga, sambil terdengar rintihan isteriku.

Mas Budi mulai menggenjotnya. Isteriku menggeliat-geliat dalam posisi ngangkang, dan Mas Budi memeluknya keras-keras, sambil terus mengenjotnya. Makin lama lama makin keras genjotannya. Isteriku merintih-rintih sambil menggigit bibirnya.

"Aah... oh... oh..."

Nampak Mas Budi memeluk istriku dengan gemas sekali dan mengenjot dengan genjotan yang sangat keras sampai terdengar suara beradunya paha-paha mereka. Prak... Prak... Prak... Dan bunyi kocokan barang gede Mas Budi ke lobang kecil istriku. Ceprot... Ceprot... Drooot...... Sampai isteriku terkentut-kentut. Mungkin karena menahan genjotan yang sangat keras dari Mas Budi.

Semakin lama Mas Budi semakin keras genjotannya dan kelihatan isteriku ditekuk-tekuk dengan pelukan yang sangat kuat. Sepertinya Mas Budi akan segera klimaks.... Benar saja, akhirnya keduanya berhenti melemas karena mencapai puncaknya. Tapi pantat Mas Budi tetap mendorong-dorong memuntahkan spermanya.

Mas Budi mencium mulut istriku sambil menindih dan memeluknya kuat-kuat. Pinggulnya pun tampak tetap menekan selangkangan istriku walaupun aku bisa melihat air maninya sampai meleleh keluar dari vagina istriku.

Tidak lama kemudian Mas Budi mulai lagi, dan menggenjot lagi istriku, terus sampai 3 ronde. Akhirnya kelihatan isteriku begitu lemas lunglai tak berdaya dalam pelukan Mas Budi yang kekar. Akibat dari pelukan dan genjotan badan raksasa Mas Budi selama berjam-jam.

Aku sengaja memberi waktu yang cukup luang bagi mereka. Setelah istriku mulai hilang rasa capeknya dengan tidur sejenak dan selesai mandi bareng Mas Budi, barulah aku 'pulang' dan menemui mereka berdua yang saat itu sedang minum teh hangat di ruang tamu dalam keadaan segar. Nampak wajah istriku bersinar terang dan berseri-seri.

"Pa, pijatan Mas Budi memang oke sekali..." kata istriku menyambut kedatanganku. "Biar dia datang tiap minggu saja, ya, Pa?"

"Boleh...," sahutku sambil tersenyum. Begitu pula Mas Budi...