Ah, kom, goyanganmu semakin lincah aja… oughh…” mas Herry
menindihku dan memelukku erat sekali. Nampak kalau dia benar-benar menikmati goyanganku.
“Ough… oouuhh…” aku mendesah dalam pelukannya.
“Aghh… kom… agghhh…” kini mas Herry semakin cepat menggoyang
pinggulnya, menghujamkan kemaluannya ke liang kelaminku. Akupun merasa nikmat
saat kelamin mas Herry bergerak di dalam liang kelaminku. Kuimbangi gerakannya
dengan ikut bergoyang memutar-mutar pinggulku, membuat suamiku itu semakin
mendesah keenakan.
“Ahhh… wuuaaaahhh…” tiba-tiba goyangan mas Herry menjadi semakin
cepat, nafasnya semakin berat, pertanda dia akan mengalami orgasme sebentar lagi.
“Oh, jangan dulu!” ucapku dalam hati, aku masih ingin menikmati
permainan ini sedikit lebih lama. Tetapi terlambat, mas Herry nampaknya sudah
tak tahan lagi. Orgasmenya pun tiba.
“Ahhh… ahh… ahh…” sekitar 3-4 kali kelaminnya menyemprotkan
cairan sperma di dalam bibir rahimku. Rasanya hangat dan geli.
Setelah mencabut kelaminnya, tubuh mas Herry terkulai lemas di
sampingku. Nampak dari sinar wajahnya, dia mengalami orgasme yang luar biasa.
Sementara aku, rasanya masih setengah jalan, tubuhku masih ingin lagi. Namun
untuk menyenangkan suamiku, aku harus tetap tersenyum. Dan mengatakan padanya
bahwa permainan kami tadi sungguh luar biasa.
Tanpa membersihkan kelaminnya terlebih dahulu, mas Herry
langsung tertidur.Rupanya dia benar-benar kecapekan setelah menggenjot tubuhku
tadi. Aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Siraman air
dingin di bibir kelaminku membuat birahiku yang belum turun sepenuhnya meninggi
lagi. Perlahan kusentuh sendiri kelaminku. Aku memang belum selesai, aku belum
puas. Tetapi niat untuk memuaskan diriku sendiri kuurungkan.
“Untuk apa aku melakukan itu?” tanyaku dalam hati. Toh nanti aku
bisa terpuaskan.Yah, besok pagi mas Herry akan pergi ke luar kota untuk
beberapa hari. Itu tandanya selama beberapa hari kepergiannya, aku akan
mendapatkan kenikmatan bercinta yang sebenarnya. Dengan orang lain. Dengan
Andi. Teman dari suamiku …
***
“Aaahh… ouughh… aaahh…” aku seperti orang yang kesetanan, saat
kelaminku bergoyang-goyang di atas kemaluan Andi. Kugerakkan pinggulku naik
turun, mengocok-ngocok kemaluannya yang sedang tegak dengan sempurna itu.
“Oouugghhh… aahh…” aku makin kegelian saat Andi memainkan puting
payudaraku. Oh, rasanya nikmat sekali, dan perasaan geli ini semakin
menjadi-jadi ketika goyangan tubuhku di atas tubuhnya makin kupercepat.
“Aaaahhh… hhsssss… eggghh…” dan meledaklah orgasmeku, entah
untuk yang keberapa kalinya, aku tak mampu lagi mengingatnya. Yang aku tahu
hanyalah kenikmatan yang luar biasa, yang tidak kudapatkan saat aku
melakukannya dengan suamiku sendiri.
Mungkin aku sudah menjadi wanita binal, mendapatkan kepuasan
bercinta dari lelaki yang bukan suamiku. Dan parahnya lagi, lelaki itu adalah
suami orang. Namun aku tak perduli, semenjak Andi ’memperkosaku’ aku menjadi
ketagihan bencinta dengannya. Aku ketagihan genjotan kelaminnya pada
tubuhku.
Aku terkulai lemas di atas tubuh pemuda itu. Kelaminnya yang
lebih besar dari milik suamiku, masih menancap di dalam kelaminku dan aku yakin
basah oleh cairan kenikmatannku. Lalu diangkatnya tubuhku, dan dia bersiap
untuk menyelesaikan permainan ini. Aku hanya bisa pasrah saat disuruhnya aku
untuk menungging membelakanginya. Kuangkat pantatku tinggi-tinggi, sehingga aku
yakin kemaluanku dapat terlihat jelas olehnya, basah dan terbuka.
“Eeeehhh… ooohhh…” aku mengerang keenakan saat kemaluannya yang
besar perlahan mulai masuk menembus kemaluanku. Tak banyak bicara lagi, Andi
langsung menggenjotku dengan cepat dan keras, dari belakang.
“Ooohh… ooohh… ooohh…”
“Hhhmmpphh… hhmmmpp…”
Suara desahan kami bersahut-sahutan, diiringi suara kelamin kami
yang saling beradu, berpacu menuju kenikmatan bercinta. Posisi ini sama enaknya
dengan posisi aku di atas. Ah, tidak aku salah, semua posisi yang kulakukan
dengan Andi selalu dapat membawaku menuju puncak kenikmatan.
“Plaaakk!“ Andi memukul pantatku, dan rasanya pukulan itu makin
membuat birahiku makin meninggi.
“Aahh…kom, makin lama kamu makin liar, hehehe…” godanya sambil
meremas payudaraku kuat-kuat.
“Huuh, massss… aaahhh…” aku sudah tidak peduli lagi siapa aku
ini, aku hanya ingin meraih kenikmatan. Aku sudah kecanduan sodokan kelaminnya
yang besar dan panjang itu.
“Creep… creeep… croopp…” bunyi sodokan batang kemaluannya, makin
membuatku bergairah.
“Aaaahhhh…” tak sadar, aku menjerit saat orgasmeku datang lagi.
Kuremas kain seprai kasurku, rasanya nikmat sekali. Otot-ototku menegang,
wajahku semakin sayu mendapatkan kenikmatan yang bertubi-tubi ini.
“Hhmmpphh… hmmpphh…” desah Andi yang rupanya mengetahui aku
orgasme, namun malah makin mempercepat goyangannya pada tubuhku dan makin
membuat aku kesetanan.
Selama hampir 5 menit dia menyetubuhiku dengan posisi doggie
ini, sudah 2 kali aku merasakan orgasme. Kalau digabung dengan keseluruhan dari
awal kami bercinta sejak pagi ini, entah sudah berapa kali orgasme yang
kudapatkan. Sungguh snagat luar biasa.
“Hhhmmpphh… hhmmmpphh…” nafas Andi terdengar semakin berat
seiring dengan tekanan goyangannya pada tubuhku, kini kedua tangannya
mencengkeram erat pinggulku. Kurasakan kemaluannya seperti makin membesar,
tanda dia akan mengalami orgasmenya. Kuakui, permainan Andi sungguh luar biasa.
Gara-gara Andi pulalah, aku jadi ketagihan bercinta. Entah aku harus menyesal
atau malah bersyukur karena dulu dia nekat ’memperkosaku’.
“Aaaaggghhhh… ooouugghhh… aaahhh…” Andi orgasme dengan hebatnya,
sekitar lima kali kelaminnya menyemprotkan sperma di dalam lubang kemaluanku.
Sepertinya sudah lama batang kelamin itu tidak mengalami orgasme sehingga
cadangan spermanya begitu penuh. Wajar karena selama hampir seminggu ini, Novi,
istrinya, pergi ke luar kota, sementara suamiku berada di rumah. Namun anehnya,
aku merasa senang karena sperma yang tersimpan selama seminggu itu tumpah dalam
liang kemaluanku.
“Hoosshhh… hoshh… ahh, enak banget, kom.” Andi berusaha mengatur
nafasnya. Lalu setelah mencabut kelaminnya, dia berbaring di kasur. Aku tanpa
disuruh lagi, dengan sigap segera menjilati batang kemaluannya yang mulai
melemas. Memang sudah menjadi kebiasaan setelah Andi orgasme, aku menjilati
kelaminnya, membersihkan sisa-sisa cairannya dengan lidahku. Dan anehnya, aku
tidak merasa jijik sedikitpun, malah aku menikmatinya. Ah, Andi benar-benar
telah merubahku menjadi wanita yang binal. Namun sekali lagi, aku tidak perduli
dan menikmatinya.
***
Seharian itu Andi benar-benar melepaskan nafsu birahinya atas
tubuhku. Walaupun aku jarang berbicara dengannya, tetapi aku selalu menurut apa
yang ia perintahkan. Aku benar-benar menjadi budak seksnya. Tapi entah kenapa,
aku menikmatinya. Seharian itu kami seperti pasangan mesum yang tiap waktunya
hanya kami isi dengan berhubungan badan melepaskan hasrat birahi kami berdua.
Hingga malam tiba, setelah menghabiskan makan malam dan
menghisap satu batang rokok, Andi mengajakku masuk lagi ke kamar. Lalu dia
duduk dengan posisi kedua kakinya lurus di atas kasur dan memintaku untuk mulai
menghisap batang kemaluannya. Aku benar-benar seperti budak nafsunya. Tanpa
berkata apapun, mulai kujilat dan kuhisap-hisap kelaminnya.
“Besok siang istriku pulang.” ujar Andi sambil membelai-belai
kepalaku. Aku yang masih sibuk menjilat batang miliknya hanya terdiam. Namun
dalam hati aku yakin bahwa malam ini Andi akan habis-habisan menyetubuhiku.
Entah mengapa, aku sedikit kecewa mengetahui bahwa besok Novi akan pulang. Tapi
aku hanya diam saja.
“Kamu udah makin pinter ngisep sekarang, Lina… enak kan
kontolku?“ tanyanya sambil meremas gundukan payudaraku. Aku hanya mengangguk
pelan. Perlahan batang miliknya mulai mengeras dan menegang.
Tiba-tiba diangkatnya daguku. Lalu dipandangnya wajahku
dalam-dalam. “kom, udah sekian bulan aku ngentotin kamu, kamu ngerasa enak
gak?“ tanyanya lagi. aku hanya menjawab dengan anggukan kecil. Sementara
tangannya masih menahan daguku.
“Tapi aku gak suka kalo kamu diem aja. Kenapa, takut ya sama
aku?“ aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya, tangan Andi masih terus
menahan daguku.
“Aku gak pernah kasar sama kamu kan, kom? Ayo dong, jangan diem
aja. Aku jadi gak enak rasanya setiap ngentot sama kamu, kamunya diem aja kayak
orang ketakutan.”
“Iya, mas, aku gak apa-apa kok.” kali ini kujawab. Lalu andi
mengangkat tubuhku dan duduk menjajariku. Dia menciumi pipiku denga lembut,
terus menjilati leher dan telingaku. Sementara tangannya meremas-remas dan
memainkan payudaraku. Jari-jarinya memelintir puting buah dadaku dengan
lincahnya. Oh, segera saja birahiku muncul kembali. Harus aku akui, Andi sangat
pandai membangkitkan hasrat seksualku. Semenjak bercinta dengannya, aku baru
menyadari ternyata diriku menyimpan hasrat seksual yang begitu besar. Andi
berhasil mengobrak-abrik pertahananku.
Cumbuannya kali ini semakin liar, remasan tangannya pada
payudaraku terasa semakin kuat. Hal itu membuat birahiku semakin meninggi.
Mataku jadi sayu dan nafasku menjadi semakin berat. Entah kenapa aku selalu
pasrah pada cumbuannya. Kini dia berada tepat di belakangku, punggungku
disandarkan pada dadanya, dengan kedua tangannya terus bermain-main di bulatan
putingku.
“kom, aku mau tanya sesuatu sama kamu, jawab yah…” bisik Andi.
“Iya, mas…” aku menjawab lirih.
Tiba-tiba tanganku diarahkan pada batang kemaluannya. “Apa ini
namanya, kom?“
“Eeh…?!“ pertanyaannya mengagetkanku.
“Ayo jawab, sayang. Masa udah ngerasain enaknya, tapi gak tahu
namanya?“ tanyanya lembut di telingaku sambil tanganku dituntunnya untuk
mengocok batang kemaluannya.
“Eehh… anu, mas…” aku merasa malu untuk mengatakannya, aku tidak
tahu apa maksudnya.
“Ini namanya kontol, sayang. Coba kamu bilang, KONTOL!!”
“Eh, mas…” aku ragu-ragu dan malu untuk mengatakan itu, karena
terus terang, seumur-umur aku belum pernah mengucapkan itu.
“Ayo, sayang, gak usah malu sama aku. Ayo bilang,
K-O-N-T-O-L!!!”
“Ah, k-kon…t-tol!!!” akhirnya kuucapkan juga kata itu.
“Enak gak kontol aku, sayang? Kalo enak, bilang dong.” pintanya.
Aku makin tidak mengerti apa mau Andi, namun cumbuannya yang tak
berhenti membuatku tak sanggup berpikir lagi. “Iya, enak, mas…” jawabku pada
akhirnya.
“Apanya yang enak? Yang lengkap dong kalo jawab!”
“K-kontol mas Andi, e-enak.” aku merasa sangat nakal sekali
mengucapkan kalimat itu, dan aku tak tahu apa maksud Andi menyuruhku mengatakan
itu. Namun anehnya, setelah aku mengucapkan kalimat itu, birahiku justru
semakin meninggi.
Kini tanganku dituntunnya ke arah lubang kelaminku sendiri. Lalu
ditahannya disana. Andi menggunakan tanganku untuk mengelus-elus kelentitku dan
bibir kemaluanku sendiri.
“Memek kamu juga enak, kom. Itulah sebabnya kenapa dulu aku
nekat, aku selalu ngaceng kalau lihat kamu. Dan memang benar, memekmu ternyata
nikmat dan gurih.“ katanya.
Aku hanya terdiam mendengarnya, aku lebih berkonsentrasi
merasakan sensasi usapan di kelentitku.
“Kamu suka gak kalo memekmu dientot sama kontolku?” tanya Andi
lagi.
“He-eh,” aku hanya mengangguk pelan.
“Bilang dong kalo suka. Bilang kalo memek kamu suka kalo dientot
sama kontol aku!!”
Aku benar-benar tak mengerti apa mau Andi, tapi aku turuti saja
kemauannya. “Iya, mas. Memekku suka banget kalo dientot sama kontol mas.” aku
sendiri tak percaya aku bisa mengucapkan kalimat senakal itu dari bibirku.
Namun sama seperti tadi, setelah mengucapkannya, rasanya hasratku menjadi
semakin tinggi. Aku merasa tidak tahan lagi. Oh, aku sudah benar-benar menjadi
wanita binal.
“Hehehe… gitu donk, sayang. Kamu udah gak tahan ya pengen
dientot sekarang?” goda Andi tepat sasaran.
“He-em.” aku hanya mengguman pelan sambil menganggukkan kepala.
“Kok he-em doang? Bilang yang jelas dong, kalo memek kamu sudah
gak tahan pengen dientot sama kontolku…”
“Ehh… iya, mas. Entot memek kokom sekarang, mas. kokom pengen
dientot sekarang pake kontol mas.” aku sendiri terkejut bisa mengucapkan
kalimat itu, tapi aku tidak perduli, karena rasanya semakin nakal dan semakil
binal aku berkata, semakin tinggi pula birahi melanda tubuhku.
“Aaaahhh… masss…” aku terkejut saat tiba-tiba Andi mendorong
jari tengah dan jari telunjukku masuk ke dalam kelaminku sendiri yang sudah
basah. Lalu tangannya menuntun jari-jariku tersebut untuk mengocok kelaminku
sendiri, mengocok lubang memekku!
“Enak, sayang? Ayo bilang terus kalo kamu suka banget ngentot
sama aku. Ayo!!”
Aah, sepertinya aku semakin menjadi, nikmat dan sensasi baru
yang luar biasa melanda tubuh mulusku. Tangan Andi semakin cepat menuntun
jariku untuk mengocok memekku. “Iya, mas… Lina gak tahan pengen dientot sama
kontol mas!” sensasi ini semakin meninggi setiap kali aku selesai mengucapkan
kalimat-kalimat nakal tersebut.
“Entot kokom sekarang, mas. kokom udah gak tahan. Aahhh…” aku
makin berani sekarang, dan aku sudah tidak peduli lagi, toh aku sudah menjadi
budak seks Andi.
“Mas, Lina pengen digenjot tiap hari sama kontol mas yang gede
itu…” entah siapa yang mengajari aku mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi
tiap kali aku mengucapkannya, aku menjadi semakin nikmat. Lalu kurasakan
tubuhku mengejang, nafasku semakin berat, yah kurasakan sebentar lagi orgasmeku
akan segera tiba. Kini tanpa dituntun lagi oleh tangan Andi, jari-jariku sudah
semakin cepat mengocok lubang memekku sendiri.
“Aaaahhh… auuuhhhh… maassss… oouughhh…” dan meledaklah
orgasmeku.Rasanya benar-benar nikmat, aku sepertinya baru kali ini merasakan
orgasme yang seperti ini. Ah, andi memang pintar memancing birahiku.
Aku mulai mengatur nafasku, orgasme yang kurasakan tadi
benar-benar luar biasa. Selanjutnya Andi benar-benar menjadikan malam itu
sebagai malam yang penuh dengan hasrat birahi. Semalaman tubuhku dijadikan
pemuas nafsu seksualnya, tapi kurasakan nafsu seksualku juga terpuaskan.
Berkali-kali kuucapkan kalimat-kalimat nakal itu yang membuat birahiku semakin
meninggi dan orgasmeku semakin cepat datang.
Semalaman itu, entah sudah berapa kali aku orgasme. Mulai dari
memekku hingga mulutku rata mendapatkan semprotan sperma dari Andi. Kemaluan
pemuda itu memang benar-benar luar biasa, meskipun sudah berkali-kali orgasme,
namun mampu bangkit lagi dengan cepat. Aku tak tahu apa dia benar-benar
bernafsu terhadapku atau memang dia seorang maniak seks. Namun aku tak perduli,
yang penting aku menikmati dan terpuaskan. Malah sepertinya aku ketagihan
bersetubuh dengannya. Aku ketagihan kontol besarnya!!!