Mas Andra, adalah seorang pengusaha Warnet. Ia
memiliki banyak cabang warnet di berbagai tempat di daerahku. Sedangkan aku
hanya seoang Ibu rumah tangga. Namun aku cukup bahagia, karena dengan usaha
yang dijalankan Andra tersebut, segala kebutuhanku secara materi dapat
terpenuhi. Dalam urusan seks, Mas Andra juga bisa dikatakan cukup hebat, karena
ia selalu berhasil memuaskanku saat melakukan hubungan intim. Hal itulah yang
membuatku mampu bertahan hidup dengannya, meskipun ia telah divonis mandul
dengan satu anak oleh Dokter.
Kepiawaian Mas Andra dalam urusan seks membuatnya
tidak terlalu percaya pada vonis dokter tersebut. Setiap ada kesempatan, kami
selalu melakukan hubungan intim tanpa memandang waktu dan tempat. Dalam setiap
kesempatan itu, Mas Andra selalu menumpahkan spermanya ke dalam rahimku. Mas
Andra bisa dikatakan pabrik sperma, karena setiap kali dia mencapai orgasme, ia
selalu menyemprotkan sperma dalam jumlah yang lumayan banyak ke rahimku.
Kemampuannya itulah yang membuatnya yakin bahwa vonis dokter itu tidak benar.
Sebagai istri, aku juga berusaha untuk memupuk
keyakinannya akan kemampuannya memberiku benih cinta. Meskipun sebenarnya, di
usia satu tahun perkawinan kami tanpa tanda-tanda akan hadirnya jabang bayi,
cukup membuat hatiku gundah. Jika vonis dokter tersebut ternyata tepat, maka
selamanya aku tidak akan mengandung bayi dari benih Mas Andra. Namun demikian,
aku tidak ingin menunjukkan kegelisahanku itu di mata suamiku. Aku harus tetap
memiliki keyakinan seperti keyakinan yang selama ini masih dipegangnya.
Pada suatu hari menjelang petang, Orang tua Mas
Andra datang ke rumah kami. Tujuan mereka datang ke rumah kami adalah untuk
menginap, karena istri udi, saudara Mas Andra sedang berada ke rumah sakit umum
yang berada dekat rumah kami, untuk proses persalinan. Karena alasan itu,
mereka menitip beberapa tas pakaian di rumah kami, lalu langsung berangkat
menuju rumah sakit.
Mas Andra yang tahu khabar itu, langsung pulang
dari tempat kerjanya dan menyusul mereka ke rumah sakit. Sebenarnya Mas Andra
mengajakku serta, dan akupun sebenarnya ingin sekali menemaninya ke rumah sakit
untuk melihat proses persalinan anak ketiga Adi, tetapi aku merasa kurang enak
badan, sehingga Mas Andra memintaku untuk istirahat saja di rumah, dan ia pamit
untuk ke rumah sakit menyusul orang tuanya yang telah berangkat lebih dulu.
Saat matahari telah tenggelam, tiba-tiba ada
suara mobil berhenti di halaman rumah kami, dan tak seberapa saat berselang,
ada suara ketukan pada pintu depan rumah kami. Aku melangkah mendekati pintu
dan mengintip dari kaca jendela. Dari balik pintu, berdiri seorang laki-laki
berperawakan besar yang tidak lain adalah Adi, adik Mas Andra. Langsung saja ku
buka pintu dan mempersilahkannya masuk.
“udi..! istrinya sudah melahirkan, ya di? Kok
pulang duluan?” Tanyaku.
“Ya! laki-laki” Jawab udi singkat sambil
melangkah masuk ke dalam rumah. Saat berada di hadapanku, ia berbalik menatapku
dan berkata lagi: “Tas Bapak ditaroh dimana?”
“Tas? oh ya, ada di kamar belakang, dii! sini
biar saya ambilkan.” aku melangkah menuju kamar belakang dan udi mengikuti di
belakangku. Ku buka pintu kamar dan ku tunjukkan beberapa tas yang tadi sore di
bawa Bapak ke rumah kami.
“Tas yang mana di?” tanyaku pada udi sambil
menawarkan untuk mengambilkan tas yang diinginkan.
“Kalau boleh! biar saya ambil sendiri saja.”
jawab udi sambil meminta izin untuk masuk ke dalam kamar.
“O ya, silahkan, dii!” jawabku sambil memberikan
jalan pada Adi untuk masuk ke dalam kamar.
Ku perhatikan Adi yang sedang membuka sebuah tas
kulit berwarna coklat muda berisi pakaian. Lalu ku coba menanyakan kembali
pertanyaan pertama yang belum dijawab oleh Adi.
“Kok pulang duluan, dii?” tanyaku.
“Iya, di rumah sakit sudah ada Mama sama Bapak
yang menjaga Dita. aku disuruh pulang saja dulu, istirahat, mandi, ganti
pakaian. Tapi nanti malam aku ke rumah sakit lagi.” Jawab Adi.
“Oh, kalau begitu, kamu mandi saja dulu! Biar
Yanti siapkan airnya dulu ya, dii!” Aku melangkah meninggalkan Adi yang masih
bergumul dengan tas berisi pakaian tersebut, menuju kamar mandi untuk
menyiapkan keperluan mandi untuk Adi.
Sambil aku menyiapkan air, sabun pasta gigi dan
keperluan mandi lainnya, terbesit sebuah ide konyol dalam pikiranku untuk
meminta Adi menanam benih ke dalam rahimku. Ada beberapa alasan kenapa aku
berpikir sepeti itu; pertama, Adi telah tiga kali berhasil
membuahi rahim istrinya. Itu artinya, ia tidak mandul seperti halnya Mas Andra
yang telah divonis dokter begitu; kedua, Adi adalah adik ipar
Mas Andra. Jika ternyata aku hamil oleh benih Adi, tentunya bayi yang lahir
akan mirip dengan Adi atau Mas Andra, sehingga Mas Andra tidak akan
mencurigaiku melakukan selingkuh atau menganggap anak yang akan ku kandung
sebagai anak orang lain. Lagi pula, Mas Andra sampai sekarang masih yakin bahwa
ia tidak mandul, seperti vonis dokter yang dialamatkan padanya karena
sebelumnya sudah pernah punya anak; Ketiga, suasana sangat mendukung. Di rumah
hanya ada aku dan Adi. Aku yakin, semua laki-laki akan tergoda ketika disuguhi daging
gratis, tak terkecuali Adi. Lagi pula, Adi pasti sudah lama tidak melakukan
hubungan intim dengan istrinya.
Saat aku larut dalam ide konyolku itu, tiba-tiba
saja………..
“Kak Yanti mau mandi juga, ya?”bolehkan
kalau memang kak yanti mau mandi bareng aku,..kata adi sambil tersenyum manis
Aku sangat terkejut dan hampir berteriak
mendengar suara itu. Untung aku cepat menyadari suara itu adalah suara Adi yang
ternyata telah berada di depan kamar mandi. Aku langsung berbalik dan terpaku
menatapnya. Hal yang aku pikirkan bukan jawaban atas pertanyaan yang
dilemparkan Adi, melainkan aku memikirkan, kenapa Adi memberikan pertanyaan
seperti itu.
Abu berusaha berpikir cepat, untuk merenspon pertanyaan
itu. Di satu sisi, aku berpikir bahwa pertanyaan itu hanyalah sebuah kalimat
canda Adi, karena melihatku masih di kamar mandi, sementara ia sudah siap untuk
menggunakan kamar mandi. Di sisi lain, aku berpikir bahwa pertanyaan itu adalah
sebuah ajakan nakal Adi untuk ikut mandi bersamanya. Dalam pikirku, kesempatan
untuk mewujudkan ide konyolku bisa aku wujudkan sekarang! dan hanya sekarang!
jika aku melewatkannya, maka kesempatan itu akan hilang.
“kalau kamu mengizinkan….” jawabku tanpa ekspresi,
berharap Adi menanggapinya bukan sebagai candaan semata.
Mendengar jawabanku itu, Adi terdiam menatapku
selama beberapa saat, lalu tiba-tiba ia tersenyum padaku dan melangkah di
depanku sambil melepaskan handuk yang melilit pinggangnya lalu menggantungnya pada
kastok yang terdapat di dalam kamar mandi. Sebuah pemandangan langka, dimana
aku tidak pernah melihat laki-laki lain dalam kamar mandi hanya mengenakan
celana dalan, kecuali Mas Andra, suamiku.
“Kalau mau mandi, pakaiannya dilepas dong!”
Begitulah kalimat yang diucapkan Adi sambil menanggalkan celana dalamnya dan
menggantungnya juga di kastok.
Aku seperti tidak percaya, ide konyol yang
beberapa detik yang lalu mengganggu benakku, beberapa detik lagi akan jadi
nyata. Ide konyol yang tadinya ku pikir akan sangat sulit dilakukan, ternyata
tinggal menunggu bagaimana tindakanku selanjutnya. Seorang laki-laki yang
beberapa detik yang lalu masih berada dalam ruang benakku, kini telah berdiri
di hadapanku dengan keadaan yang sesuai harapan.
Tanpa berpikir jernih lagi, ku tanggalkan seluruh
pakaianku dan berbaring mengangkang di lantai kamar mandi, Ayo di udah di lepas
nich,..kenapa kamu bengong di?..nggak tak kirain kakak bohongan,..makanya aku
kaget,..lihat tubuh kakak yang bugil sexy,…aku jadi tegang nich kak..ya udah
kamu sabunin badan kakak nih,,…sengaja aku pancing Adi untuk bergairah lebih
dalam lagi,..tanpa lama-lama tangan Adipun menggosok pungguungku,…acchh halus
sekali tubuh mba,..tangan adi aku ayrahkan ke Payu daraku yang sudah mengeras
akibat usapan lembut tangan adi,..tangan aku langsung memegang senjata Adi yang
sudah menegang,,…Diii…besar sekali batang kamu,,…pasti enak Di kalau di
masukkin ke memek mba?...iiii yaa ..mba ..aku juga pengen ngerasain memek mba
..boleh diii… mba juga pengen ngerasain senjata kamu,.lalu ku katakan padanya
“Adi.aku minta sama kamu tolongg.! Buat aku hamil seperti Dita!”ok lah mba
kalau itu permintaan Mba ,..aku aku turuti kapanpun dan di manapun Mba
mau,…asal mba bisa hamil dari benihku,…iya sayanngg.,mba pengen sekali sayang.
Dengan posisi itu, aku yakin tak seorang pria pun
mampu mengendalikan akal sehatnya. Ku lihat Adi memperhatikan setiap bagian
tubuhku, terutama payudaraku yang kencang dan belahan di selangkanganku yang
tertutup bulu lebat dan hitam. Ku lihat batang penis Adi yang tadinya hanya
menjuntai, kini mulai menunjukkan reaksinya, dan aku yakin bahwa saat tangan
kanannya memegang batang penisnya, itu dilakukan atas dorongan nafsu.
Benar saja, Adi akhirnya duduk di samping tubuhku
dan menyodorkan batang penisnya yang mulai mengeras ke wajahku. Aku mengerti
benar apa maksudnya. Tanpa instruksi, langsung ku genggam batang penis Adi dan
ku masukkan kepala penisnya ke dalam rongga mulutku. Terasa benar dalam mulutku
dan dengan sentuha lidahku, penis Adi bereaksi cepat membesar, memanjang, dan
mengeras. Dalam ukuran maksimalnya, ternyata penis Adi, jauh lebih besar dan
lebih panjang dari Penis Mas Andra.
Tanpa berlama-lama bermain, Adi langsung bangkit
dari tempat duduknya dan mengambil posisi penyerangan. Ia dudk di antara
pangkal pahaku dan mengangkat dan mendorong betisku hingga lututku menyentuh
kenyalnya payudaraku. Adi mulai menghunuskan senjatanya ke belahan vaginaku,
dan langsung menusukku dan membelah semua kegelisahan menjadi ribuan
kenikmatan. Hujaman demi hujaman penis Adi terus membunuh akal sehatku. Aacchh….sayaanngg
genjot teruuuss memekku
sayyaaanngg,….senjatamu benar benar,,…nikmatt sayannggg..Aku terkulai di antara
sentuhan hangat di dinding vagina yang memaksaku untuk menikmati ajakan birahi
Adi yang tak henti menusuk muara rahimku. Meskipun yang ku harapkan hanya
setetes sperma, tetapi aku tak bisa keluar dari dalamnya lautan kenikmatan
nafsu birahi. Ukuran yang lebih besar dan panjang dari yang biasa membuaiku,
membuatku merasakan sebuah sensasi baru dalam bercinta. Sebuah rasa baru yang
memaksaku membandingkan dengan kenikmatan yang pernah ku rasakan bersama
suamiku, dan aku harus mengakui bahwa sensasi yang diberikan oleh adik Iparku
ini jauh lebih nikmat….
Sebuah hendakan keras yang menusuk hingga ke
bibir rahim adalah puncak dari kenikmatan percintaanku dengan Adi. Ooocchh adiiii,,saaayyyaanng kamu memang
perkasaa…sayangg aku merindukan ini sudah lama
sayannggg…teruss…sayyanngg aku hammpir keluaarr….dan
akhirnyya….ccroooot…croott….lahar kenikmatan itu tumpah di dalam lubang
vaginakuu.
Setetes sperma yang ia tanam dalam rahimku meninggalkan sebuah
harapan, semoga ini akan berbuah dan berbunga dalam rahimku. Dan aku berharap
bulan tidak akan datang padaku… Aku tidak ingin bangkit dari lantai kamar mandi
karena aku tidak ingin ada setetespun sperma yang ditanam Adi terbuang dari
liang vaginaku.makasih ya saying,…kamu udah mau memberikan kenikmatan,…serta
benih kedalam rahimku,aku berharap semoga benih kamu nanti akan berbuah di
dalam rahimku.,…sama-sama sayang aku juga merindukan seperti ini dari dulu
Setelah
percintaan di kamar mandi itu selesai, keadaan dunia kembali seperti biasa. Adi
kembali ke pangkuan Mbak Dita, dan aku kembali kepelukan Mas Andra, meski harus
ku akui, aku pasti akan merindukan sensasi yang diberikan oleh Adi.
Setelah
kejadian itu aku dan Adi masih terus berhubungan untuk saling menuntaskan
hasrat birahi kami,di setiap ada kesempatan ,ketika aku menginginkannya aku
langsung kontek adi untuk menuntaskan birahi yang bergejolak,hingga saat ini
hanya menjadi rahasia kami berdua tanpa ada yang curiga di sekitan keluarga
kami.hinnga akupun akhirnya bisa hamil oleh benih adik iparku sendiri yang perkasa.