BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

Aku ingin hamil dari adik iparku




Mas Andra, adalah seorang pengusaha Warnet. Ia memiliki banyak cabang warnet di berbagai tempat di daerahku. Sedangkan aku hanya seoang Ibu rumah tangga. Namun aku cukup bahagia, karena dengan usaha yang dijalankan Andra tersebut, segala kebutuhanku secara materi dapat terpenuhi. Dalam urusan seks, Mas Andra juga bisa dikatakan cukup hebat, karena ia selalu berhasil memuaskanku saat melakukan hubungan intim. Hal itulah yang membuatku mampu bertahan hidup dengannya, meskipun ia telah divonis mandul dengan satu anak oleh Dokter.
Kepiawaian Mas Andra dalam urusan seks membuatnya tidak terlalu percaya pada vonis dokter tersebut. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hubungan intim tanpa memandang waktu dan tempat. Dalam setiap kesempatan itu, Mas Andra selalu menumpahkan spermanya ke dalam rahimku. Mas Andra bisa dikatakan pabrik sperma, karena setiap kali dia mencapai orgasme, ia selalu menyemprotkan sperma dalam jumlah yang lumayan banyak ke rahimku. Kemampuannya itulah yang membuatnya yakin bahwa vonis dokter itu tidak benar.
Sebagai istri, aku juga berusaha untuk memupuk keyakinannya akan kemampuannya memberiku benih cinta. Meskipun sebenarnya, di usia satu tahun perkawinan kami tanpa tanda-tanda akan hadirnya jabang bayi, cukup membuat hatiku gundah. Jika vonis dokter tersebut ternyata tepat, maka selamanya aku tidak akan mengandung bayi dari benih Mas Andra. Namun demikian, aku tidak ingin menunjukkan kegelisahanku itu di mata suamiku. Aku harus tetap memiliki keyakinan seperti keyakinan yang selama ini masih dipegangnya.
Pada suatu hari menjelang petang, Orang tua Mas Andra datang ke rumah kami. Tujuan mereka datang ke rumah kami adalah untuk menginap, karena istri udi, saudara Mas Andra sedang berada ke rumah sakit umum yang berada dekat rumah kami, untuk proses persalinan. Karena alasan itu, mereka menitip beberapa tas pakaian di rumah kami, lalu langsung berangkat menuju rumah sakit.
Mas Andra yang tahu khabar itu, langsung pulang dari tempat kerjanya dan menyusul mereka ke rumah sakit. Sebenarnya Mas Andra mengajakku serta, dan akupun sebenarnya ingin sekali menemaninya ke rumah sakit untuk melihat proses persalinan anak ketiga Adi, tetapi aku merasa kurang enak badan, sehingga Mas Andra memintaku untuk istirahat saja di rumah, dan ia pamit untuk ke rumah sakit menyusul orang tuanya yang telah berangkat lebih dulu.
Saat matahari telah tenggelam, tiba-tiba ada suara mobil berhenti di halaman rumah kami, dan tak seberapa saat berselang, ada suara ketukan pada pintu depan rumah kami. Aku melangkah mendekati pintu dan mengintip dari kaca jendela. Dari balik pintu, berdiri seorang laki-laki berperawakan besar yang tidak lain adalah Adi, adik Mas Andra. Langsung saja ku buka pintu dan mempersilahkannya masuk.
“udi..! istrinya sudah melahirkan, ya di? Kok pulang duluan?” Tanyaku.
“Ya! laki-laki” Jawab udi singkat sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Saat berada di hadapanku, ia berbalik menatapku dan berkata lagi: “Tas Bapak ditaroh dimana?”
“Tas? oh ya, ada di kamar belakang, dii! sini biar saya ambilkan.” aku melangkah menuju kamar belakang dan udi mengikuti di belakangku. Ku buka pintu kamar dan ku tunjukkan beberapa tas yang tadi sore di bawa Bapak ke rumah kami.
“Tas yang mana di?” tanyaku pada udi sambil menawarkan untuk mengambilkan tas yang diinginkan.
“Kalau boleh! biar saya ambil sendiri saja.” jawab udi sambil meminta izin untuk masuk ke dalam kamar.
“O ya, silahkan, dii!” jawabku sambil memberikan jalan pada Adi untuk masuk ke dalam kamar.
Ku perhatikan Adi yang sedang membuka sebuah tas kulit berwarna coklat muda berisi pakaian. Lalu ku coba menanyakan kembali pertanyaan pertama yang belum dijawab oleh Adi.
“Kok pulang duluan, dii?” tanyaku.
“Iya, di rumah sakit sudah ada Mama sama Bapak yang menjaga Dita. aku disuruh pulang saja dulu, istirahat, mandi, ganti pakaian. Tapi nanti malam aku ke rumah sakit lagi.” Jawab  Adi.
“Oh, kalau begitu, kamu mandi saja dulu! Biar Yanti siapkan airnya dulu ya, dii!” Aku melangkah meninggalkan Adi yang masih bergumul dengan tas berisi pakaian tersebut, menuju kamar mandi untuk menyiapkan keperluan mandi untuk Adi.
Sambil aku menyiapkan air, sabun pasta gigi dan keperluan mandi lainnya, terbesit sebuah ide konyol dalam pikiranku untuk meminta Adi menanam benih ke dalam rahimku. Ada beberapa alasan kenapa aku berpikir sepeti itu; pertama, Adi telah tiga kali berhasil membuahi rahim istrinya. Itu artinya, ia tidak mandul seperti halnya Mas Andra yang telah divonis dokter begitu; kedua, Adi adalah adik ipar Mas Andra. Jika ternyata aku hamil oleh benih Adi, tentunya bayi yang lahir akan mirip dengan Adi atau Mas Andra, sehingga Mas Andra tidak akan mencurigaiku melakukan selingkuh atau menganggap anak yang akan ku kandung sebagai anak orang lain. Lagi pula, Mas Andra sampai sekarang masih yakin bahwa ia tidak mandul, seperti vonis dokter yang dialamatkan padanya karena sebelumnya sudah pernah punya anak; Ketiga, suasana sangat mendukung. Di rumah hanya ada aku dan Adi. Aku yakin, semua laki-laki akan tergoda ketika disuguhi daging gratis, tak terkecuali Adi. Lagi pula, Adi pasti sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya.
Saat aku larut dalam ide konyolku itu, tiba-tiba saja………..
“Kak Yanti mau mandi juga, ya?”bolehkan kalau memang kak yanti mau mandi bareng aku,..kata adi sambil tersenyum manis
Aku sangat terkejut dan hampir berteriak mendengar suara itu. Untung aku cepat menyadari suara itu adalah suara Adi yang ternyata telah berada di depan kamar mandi. Aku langsung berbalik dan terpaku menatapnya. Hal yang aku pikirkan bukan jawaban atas pertanyaan yang dilemparkan Adi, melainkan aku memikirkan, kenapa Adi memberikan pertanyaan seperti itu.
Abu berusaha berpikir cepat, untuk merenspon pertanyaan itu. Di satu sisi, aku berpikir bahwa pertanyaan itu hanyalah sebuah kalimat canda Adi, karena melihatku masih di kamar mandi, sementara ia sudah siap untuk menggunakan kamar mandi. Di sisi lain, aku berpikir bahwa pertanyaan itu adalah sebuah ajakan nakal Adi untuk ikut mandi bersamanya. Dalam pikirku, kesempatan untuk mewujudkan ide konyolku bisa aku wujudkan sekarang! dan hanya sekarang! jika aku melewatkannya, maka kesempatan itu akan hilang.
“kalau kamu mengizinkan….” jawabku tanpa ekspresi, berharap Adi menanggapinya bukan sebagai candaan semata.
Mendengar jawabanku itu, Adi terdiam menatapku selama beberapa saat, lalu tiba-tiba ia tersenyum padaku dan melangkah di depanku sambil melepaskan handuk yang melilit pinggangnya lalu menggantungnya pada kastok yang terdapat di dalam kamar mandi. Sebuah pemandangan langka, dimana aku tidak pernah melihat laki-laki lain dalam kamar mandi hanya mengenakan celana dalan, kecuali Mas Andra, suamiku.
“Kalau mau mandi, pakaiannya dilepas dong!” Begitulah kalimat yang diucapkan Adi sambil menanggalkan celana dalamnya dan menggantungnya juga di kastok.

Aku seperti tidak percaya, ide konyol yang beberapa detik yang lalu mengganggu benakku, beberapa detik lagi akan jadi nyata. Ide konyol yang tadinya ku pikir akan sangat sulit dilakukan, ternyata tinggal menunggu bagaimana tindakanku selanjutnya. Seorang laki-laki yang beberapa detik yang lalu masih berada dalam ruang benakku, kini telah berdiri di hadapanku dengan keadaan yang sesuai harapan.
Tanpa berpikir jernih lagi, ku tanggalkan seluruh pakaianku dan berbaring mengangkang di lantai kamar mandi, Ayo di udah di lepas nich,..kenapa kamu bengong di?..nggak tak kirain kakak bohongan,..makanya aku kaget,..lihat tubuh kakak yang bugil sexy,…aku jadi tegang nich kak..ya udah kamu sabunin badan kakak nih,,…sengaja aku pancing Adi untuk bergairah lebih dalam lagi,..tanpa lama-lama tangan Adipun menggosok pungguungku,…acchh halus sekali tubuh mba,..tangan adi aku ayrahkan ke Payu daraku yang sudah mengeras akibat usapan lembut tangan adi,..tangan aku langsung memegang senjata Adi yang sudah menegang,,…Diii…besar sekali batang kamu,,…pasti enak Di kalau di masukkin ke memek mba?...iiii yaa ..mba ..aku juga pengen ngerasain memek mba ..boleh diii… mba juga pengen ngerasain senjata kamu,.lalu ku katakan padanya “Adi.aku minta sama kamu tolongg.! Buat aku hamil seperti Dita!”ok lah mba kalau itu permintaan Mba ,..aku aku turuti kapanpun dan di manapun Mba mau,…asal mba bisa hamil dari benihku,…iya sayanngg.,mba pengen sekali sayang.
Dengan posisi itu, aku yakin tak seorang pria pun mampu mengendalikan akal sehatnya. Ku lihat Adi memperhatikan setiap bagian tubuhku, terutama payudaraku yang kencang dan belahan di selangkanganku yang tertutup bulu lebat dan hitam. Ku lihat batang penis Adi yang tadinya hanya menjuntai, kini mulai menunjukkan reaksinya, dan aku yakin bahwa saat tangan kanannya memegang batang penisnya, itu dilakukan atas dorongan nafsu.

Benar saja, Adi akhirnya duduk di samping tubuhku dan menyodorkan batang penisnya yang mulai mengeras ke wajahku. Aku mengerti benar apa maksudnya. Tanpa instruksi, langsung ku genggam batang penis Adi dan ku masukkan kepala penisnya ke dalam rongga mulutku. Terasa benar dalam mulutku dan dengan sentuha lidahku, penis Adi bereaksi cepat membesar, memanjang, dan mengeras. Dalam ukuran maksimalnya, ternyata penis Adi, jauh lebih besar dan lebih panjang dari Penis Mas Andra.
Tanpa berlama-lama bermain, Adi langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil posisi penyerangan. Ia dudk di antara pangkal pahaku dan mengangkat dan mendorong betisku hingga lututku menyentuh kenyalnya payudaraku. Adi mulai menghunuskan senjatanya ke belahan vaginaku, dan langsung menusukku dan membelah semua kegelisahan menjadi ribuan kenikmatan. Hujaman demi hujaman penis Adi terus membunuh akal sehatku. Aacchh….sayaanngg genjot teruuuss  memekku sayyaaanngg,….senjatamu benar benar,,…nikmatt sayannggg..Aku terkulai di antara sentuhan hangat di dinding vagina yang memaksaku untuk menikmati ajakan birahi Adi yang tak henti menusuk muara rahimku. Meskipun yang ku harapkan hanya setetes sperma, tetapi aku tak bisa keluar dari dalamnya lautan kenikmatan nafsu birahi. Ukuran yang lebih besar dan panjang dari yang biasa membuaiku, membuatku merasakan sebuah sensasi baru dalam bercinta. Sebuah rasa baru yang memaksaku membandingkan dengan kenikmatan yang pernah ku rasakan bersama suamiku, dan aku harus mengakui bahwa sensasi yang diberikan oleh adik Iparku ini jauh lebih nikmat….
Sebuah hendakan keras yang menusuk hingga ke bibir rahim adalah puncak dari kenikmatan percintaanku dengan Adi. Ooocchh   adiiii,,saaayyyaanng kamu memang perkasaa…sayangg aku merindukan ini sudah lama  sayannggg…teruss…sayyanngg aku hammpir keluaarr….dan akhirnyya….ccroooot…croott….lahar kenikmatan itu tumpah di dalam lubang vaginakuu.

Setetes sperma yang ia tanam dalam rahimku meninggalkan sebuah harapan, semoga ini akan berbuah dan berbunga dalam rahimku. Dan aku berharap bulan tidak akan datang padaku… Aku tidak ingin bangkit dari lantai kamar mandi karena aku tidak ingin ada setetespun sperma yang ditanam Adi terbuang dari liang vaginaku.makasih ya saying,…kamu udah mau memberikan kenikmatan,…serta benih kedalam rahimku,aku berharap semoga benih kamu nanti akan berbuah di dalam rahimku.,…sama-sama sayang aku juga merindukan seperti ini dari dulu
 Setelah percintaan di kamar mandi itu selesai, keadaan dunia kembali seperti biasa. Adi kembali ke pangkuan Mbak Dita, dan aku kembali kepelukan Mas Andra, meski harus ku akui, aku pasti akan merindukan sensasi yang diberikan oleh Adi.
 Setelah kejadian itu aku dan Adi masih terus berhubungan untuk saling menuntaskan hasrat birahi kami,di setiap ada kesempatan ,ketika aku menginginkannya aku langsung kontek adi untuk menuntaskan birahi yang bergejolak,hingga saat ini hanya menjadi rahasia kami berdua tanpa ada yang curiga di sekitan keluarga kami.hinnga akupun akhirnya bisa hamil oleh benih adik iparku sendiri yang perkasa.