Suatu ketika saat aku sedang sibuk dengan pekerjaan kantorku aku mendapat sebuah surat dari jasa kurir yang ditujukan kepadaku , aku cek pengirimmnya tanpa alamat pengirim, aku penasaran dengan surat itu kemudian aku buka ternyata tak terduga surat itu dari mantan pacarku Indah cinta pertamaku saat kita duduk di bangku SMA.
Hampir 26 tahun yang lalu. Isinya menyatakan bahwa dia sudah
menikah namun selalu teringat aku, mempunyai 3 orang anak berikut alamat
lengkap dan no handphone.
Singkat cerita akhirnya kami bertelepon ria dan kenangan manispun timbul
kembali. Aku berjanji jika ada libur panjang maka aku akan datang berkunjung.
Ketika libur panjang datang dengan alasan yang dibuat-buat kepada istri
akhirnya aku datang juga ke kota asalku. Aku sengaja tidak nginap di famili,
namun di hotel. Dan pada sore itu pula aku datangi rumahnya.
Dengan rasa penasaran karena sudah lama tidak bertemu, aku mencoba
mengira-ngira wajahnya saat ini seperti apa, ya?
Perlahan ku ketuk pintu sambil berucap : “permisi….”
” mas anto ,ya? ” sesosok wanita cantik muncul di balik pintu
“Iya” sambil aku masih menebak-nebak ” Indah ya……..”
“Bukan, saya Sri adiknya, masuk mas…. mbak Indah sebentar keluar, lagi di
kamar”. Kuperhatikan wanita ini mirip Indah namun tampak lebih muda dari
perkiraanku.
Dulu waktu aku pacaran memang tidak pernah bertemu dengan Sri, karena dia ikut
neneknya di Wonosari. Tak lama kemudian keluarlah Indah. Wajahnya tampak tidak
sesuai dengan bayanganku, kerana memang saat itu Indah sudah 42 tahun.
Namun sisa kecantikannya masih terlihat jelas begitu pula bodynya masih
terawat. Suaminya hari itu sedang mendapat tugas lembur (piket) di sebuah Rumah
Sakit.
Setelah basa-basi dan bernostalgia akhirnya sekitar jam 8 malam aku pamit,
karena badanku letih.
Terus terang aku ingin memeluk dan menciumnya seperti dulu ketika tadi siang
bertemu. Tapi karena suasana rumah tidak memungkinkan akhirnya perasaan itu
terbawa sampai malam.
Tidak lama aku di Hotel, tiba2 HPku berdering, ternyata Indah yang telphon. Dia
memaksa untuk datang mememuiku di hotel. Dengan rasa campur aduk antara senang
dan galau aku mengiyakan permintaan itu. Hmmmm…… rupanya Indah memendam
keinginan yang sama, pikirku.
Kujemput dia di lobby, turun dari becak Indah kelihatan sudah tidak sabar ingin
segera berdua. Dengan segera ku bawa dia ke kamar. Benar saja…… baru juga aku
menutup pintu Indah langsung menubruk aku dengan pelukan penuh kerinduan dan
air mata.
Kami lama berpelukan tanpa kata-kata. Terus terang waktu pacaran dulu kami
hanya sebatas berpegangan tangan. Tidak lebih.
Pelan-pelan kehangatan menjalar ditubuhku, entah siapa yang memulai akhirnya
kami saling berciuman. Kurasakan kehausan dan kerakusan ketika bibir dan lidah
kami saling terpaut.
Lidahnya menjelajah relung mulutku. Lidahku membelai dan mengarahkan lidahnya
untuk terus bergerak liar.
Bersamaan dengan itu penisku menegang dengan sempurna. Bukannya menghindar,
Indah malah lebih menekankan dan menggeser-geserkan pinggulnya sehingga penisku
smakin mengembang.
Dengan penuh nafsu akhirnya kami melanjutkan aksi. Sambil tetap bercium
kutelusuri sisi tubuhnya dengan tanganku, sampai akhirnya mendarat di pantat.
Kuremas kedua pantatnya dan sedikit semi sedikit kunaikan roknya, sehingga
tanganku menyentuh kulit paha dan pantatnya yang halus itu.
Karena aku paham bahwa kami sudah sangat bernapsu, maka tanganku kananku
langsung kuselipkan dibalik celana dalamnya.
Kuremas pantatnya yang masih kenyal. Sementara tangan kiriku sudah bergerak
menuju payudaranya. Rupanya Indahpun sudah sangat terbakar,tangannya tidak
segan-segan mengelus-elus penisku dari luar.
Kami tetap berciuman.
Pelan-pelan tangan kananku bergeser dari pantat menuju memeknya. Ketika jariku
mulai membelah dan menemukan clirotisnya maka saat itulah dia melepaskan
ciumannya, dia mendesah dan tubuhnya sedikit bergetar.
Kuusap pelah-pelan clirotisnya, kujelajahi belahan memeknya dari bawah sampai
atas. Basahnya sudah tak terbendung.
Aku merasa dia berusaha membuka resleting celanaku. Akhirnya aku lepas pelukannya,
aku lepas memeknya. Dia agak terkejut dengan perbuatanku. Kutatap sambil
kupegang kedua bahunya.
” kamu yakin akan melakukan ini…..? tanyaku. Dia cuma mengangguk pelan.
” Aku sudah memimpikan ini dari dulu” lirihnya.
Akhirnya ku bimbing dia ketempat tidur. Kami berciuman kembali. Satu demi satu
pakaian terlepas. Kutelusuri tubuhnya yang tidak muda lagi.
Sambil tetap berciuman kubuka pahanya dan tanganku kembali menyelinap lembut
pada memeknya. Pada saat itulah tangannya mencari-cari penisku.
Sambil digenggam diusapnya cairan yang keluar dari penisku dengan ibu jarinya.
Rasanya sungguh luar biasa ketika ibu jarinya berputar-putar di ujung penis.
Tak lama aku merasa bahwa penisku di tarik-tarik pelan. Aku tahu dia sudah
menginginkan penisku dimasukan. Tapi aku ingin melihat dulu bentuk memeknya.
Maka ku lepas ciumanku dan aku turun kebawah. Sambil duduk diantara kakinya
kulebarkan pelah-pelan kedua pahanya. Dan memek itu merekah. Warna merah muncul
diantara lebatnya bulu. Penisku makin berdenyut melihatnya.
“aku jilat ya…..” pintaku. Dia diam saja. Maka lidahku kubenamkan diantara
rimbunnya bulu dan menelusuri setiap lekuk lubang basah, hangat dan beraroma
khas. Kujilat dan kuisap clirotisnya.
Desahnya sudah berganti dengan erangan. Kedua tangannya mencengram lembut
rambutku. Terus kumainkan lidah menelusuri lembah sampai ke dalamnya.
Sementara penisku terus berdenyut. Dan ketika Indah sudah menarik-narik
rambutku, maka aku paham dia sudah menginginkan penisku masuk ke dalamnya.
“ah…mas, masukin sekarang mas…….” lirihnya
Pelan-pelan aku merayap di atas tubuhnya, sambil tetap menciumi perut, dada dan
lehernya. Ketika akhirnya kepala penisku menemukan lubang kenikmatan itu
kasabaran Indah sudah hilang.
Di dekapnya aku dengan satu tangan dan tangan lain menekan pantatku sambil
pantat dia diangkat ke atas. AKhirnya penisku masuk dengan sempurna ke dalam
memeknya. Bukan lagi erangan yang aku dengar tapi berubah menjadi teriakan
tanpa suara.
Malam itu kami menemukan kebahagian dan kenikmatan yang luar biasa. Kami saling
menjelajahi tubuh dengan mata, bibir dan lidah. Saling pijat dengan tangan dan
kemaluan kami.
Berminggu-mginggu kemudian kami rutin ke hotel. Baik di kota asalku atau di
Jakarta. Dan yang mengherankan aku adalah suaminya “merestui” hubungan kami. Belakangan
aku tahu bahwa suaminya sudah lama tidak berfungsi.
Pada sekitar bulan ke 4 hubungan kami, sesuai dengan janji aku datang lagi ke
rumahnya. Ku ketuk pintu seperti biasa.
” silahkan masuk, mas. ” kudengar bukan suara Indah, tapi suara Sri. Aku pun masuk
dan duduk di ruang tamu.
” mbak Indah nya lagi arisan mas, tunggu dulu aja ya.” kata Sri sambil pergi.
Akupun mengiyakan. Tak lama kemudian dia muncul lagi dengan membawa teh hangat.
” minum mas” kata Sri. Aku pikir dia akan masuk kedalam lagi tapi ternyata
duduk di hadapanku menemaniku ngobrol. Kami ngobrol biasa, aku sama sekali
tidak menggoda.
Dan dari obrolan itulah aku tahu bahwa dia dulu nikah usia muda dan sekarang
sudah menjanda selama 4 tahun dengan 2 0rang anak perempuan berusia 22 dan 19
tahun. Tidak berapa lama kami mengobrol basa-basi tiba-tiba Sri bertanya:
” jakartanya di mana mas?” kusebutkan satu daerah di jakarta selatan.
“kalau sunter di daerah mana mas? tanya Sri kembali.
“emang ada apa?” balasku bertanya.
“minggu depan saya ada undangan teman dekatku menikahkan anaknya, di sunter”
ujarnya.
” oh…ya kalau kamu belum tahu daerahnya nanti saya antar deh, tinggal kasih
tahu kapan berangkatnya, nanti saya jemput di statsiun gambir.” kataku. Sri
tampak ragu-ragu menerima tawaranku.
“aku nggak enak sama mbak Indah” katanya.
“ya jangan kasih tahu mbak Indah” kataku. Akhirnya dengan sedikit ragu Sri
mengiyakan tawaranku. Dan untuk memperlancar urusan kami saling bertukar nomor
handphone.
Tak lama kemudian datanglah 2 cewek cantik menerobos masuk. Sri langsung
mengenalkan mereka padaku.
” ini anak-anakku. yang besar Yani dan adiknya Indah” katanya. Aku hanya
terpana melihat kemolekan mereka. Setelah bersalaman merekapun masuk ke dalam.
Tidak lama kemudia Indah datang bersama suaminya.
Singkat cerita malam itu saya dan Indah kembali bertempur di hotel sampai
terasa lolos tulang-tulangku. Besoknya ketika aku pulang menggunakan kereta,
masuk SMS dari Sri berbunyi : ” Mas, smalam diapain mbakku? hari ini
keliatannya lemes banget tapi wajahnya cerah…”
Kubalas SMSnya dengan bahasa yang agak vulgar ” Ku jilat dari atas sampai
bawah, yang paling lama di tengah2. main 3 ronde, mas juga lemes”. Seketika itu
juga datang balasannya ” Enak dong”. Lalu ku balas ” Mau nggak?”. Tak ada
balasan lagi.
Terus terang semenjak saat itu yang selalu lebih terkenang di benakku adalah
Sri bukan Indah. Kami lebih sering SMS an, aku sengaja memancing dengan bahasa
yang “nyerempet2.”, namun Sri menanggapi dengan dingin saja.
Pada waktu yang telah ditentukan dengan perasaan berbunga dan dengan rencana
“jahat” di otakku, aku jemput Sri di Stasiun Gambir. Namun rencanaku terasa
berantakan seketika.
Ternyata Sri datang dengan anak sulungnya, Yani. Entah perasaanku saja atau
memang nyata demikian, aku melihat kerinduan di mata Sri ketika dia melihatku.
Kami bersalaman dan langsung berangkat menuju salah satu daerah di Sunter.
Ternyata rumah kerabat Sri berada di daerah padat penduduk. Rumah kecil di gang
kecil.
Karena suasana mau pesta, maka rumah kecil itu semakin sesak dengan famili dan
kerabat yang lain. Aku melihat keraguan di mata Sri ketika ditawari menginap di
situ.
“tidurnya gimana ini?” lirih Yani yang sempat aku dengar. Akhirnya aku
berinisitif menawarkan hotel yang dekat lokasi itu. Merekapun mau. “Ini
kesempatan” pikirku. Selama dalam perjalanan aku menyusun lagi strategi agar
malam itu aku bisa menikmati Sri. Peniskuku sudah tegang sejak memikirkan itu.
Ketika di hotel aku pesan 2 kamar. Sri dan Yani terlihat heran.
“Lho, kami satu kamar berdua aja, ga usah masing-masing satu kamar” ujar Sri.
“Ini buat aku, lagi malas pulang” kataku. Menjelang sore kami sudah masuk kamar
masing-masing. Selama itu pula aku masih bingung memikirkan rencana “jahat” ku.
Namun yang namanya setan sungguh tahu kehendaku. Selepas magrib pintuku di ketuk
Yani.
” Om, Yani pamit dulu sebentar, ini teman Yani jemput” katanya sambil
mengenalkanku pada seorang cewek sebayanya. Rupanya Yani janjian dengan
seseorang.
” kemana?” tanyaku. ” Mau ke Salemba, om. kerumah teman” jawabnya. Hatikupun
bersorak. ” nginap aja sekalian” dalam hati.
Nggak lama aku SMS Sri, ” Lagi ngapain nih? aku lagi bengong ga da teman
ngobrol” Nggak ada jawaban sampai 30 menit. Cemas aku menduga-duga.
Tak lama kemudian pintuku di ketuk. Kulihat Sri berdiri depan pintu dengan
menggunakan pakaian santai. Kaos dan celana selutut. Kupersilahkan dia masuk,
dengan ragu-ragu dia melangkah dan duduk di kursi rias. Setelah sedikit berbasa
basi aku melancarkan serangan.
” kamu masih cantik dan bodymu juga masih OK, kenapa ga nikah lagi?” tanyaku.
“aku masih senang sendiri, takut nikah nanti cerai lagi…..” jawabnya.
“tapi kan kamu masih muda, masih punya bebutuhan khusus yang harus dipenuhi”
sambungku. Dia menunduk, paham maksudku. Kutunggu jawabannya beberapa saat.
Sebelum dia sempat menjawab aku sudah menyentuh pundaknya dari belakang. Dia
nampak terkejut tapi juga tidak menampik. Kugeser perlahan tanganku ke pipinya,
saat itulah dia menampik tanganku.
Aku bukannya berhenti malah ku genggam pergelangan tangannya, kutarik dia untuk
berdiri. Dengan perasaan yang masih bingung ku cium dia di bibirnya. Berontak
dia.
Kucengkram rambut dan kepalanya agar dia tidak berontak dan melepas ciumanku.
Beberapa saat kemudian aku merasa lengannya melinggkar di pinggangku, saat
itulah kulepas cengkraman dirambutnya.
Dia mulai membalas liarnya lidahku. Tanpa buang waktu tanganku sudah menelusuri
dadanya sampai akhirnya berlabuh di memeknya. Dan malam itu kami sempat
bercinta 2 babak sampai pintu di ketuk dari luar.
Tok….tok….tok. Kami semua terkejut dan terperangah. Yani sudah pulang. Kulihat
jam di dinding 22.20. Dengan terburu-buru Sri mengenakan baju, begitupun aku.
Tak lama kemudia Sri keluar.
Besoknya aku melihat perubahan di wajah Yani. Ia yang tadinya ramah mendadak
menjadi sangar melihatku. Tak mau bicara baik ke ibunya apalagi ke aku.
Rupanya ia tahu apa yang sudah kami perbuat. Sekitar jam 9 saya antar mereka
menuju tempat pesta dan siangnya saya antar kembali mereka ke Stasiun Gambir,
pulang ke kota asal.
Satu minggu kemudian aku kembali datang ke kota kecil itu. Terus terang aku
lebih menginginkan Sri daripada Indah. Maka yang pertama aku hubungi adalah
SRi.
Dan malam itu saya menghabiskan waktu di hotel dengan Sri. Besoknya di hotel
lain saya berduaan dengan Indah. Begitu terus setiap 2 minggu sampai kurang
lebih 3 bulan aku menikmati pelayanan dengan 2 gaya dari kakak-adik.
Pada suatu saat ketika saya sedang di kantor di Jakarta, masuk no telphon yang
tidak aku kenal.
” hallo….” jawabku. “Om…..” ku dengar suara ragu-ragu. Aku kemudian sadar bahwa
ini suara Yani.
” ada apa Yan?” tanyaku setelah berbasa basi.
” tolong Yani, Om. Yani ada di jakarta tapi Yani kena razia narkoba. Sekarang
ada di Polsek Jakarta ………” jawabnya sambil menyebutkan satu wilayah jakarta.
Sorenya aku kunjungi Yani.
Dia nampak lelah namun tidak terlihat cemas. 3 hari Yani di tahan. Dan selama
itu pula aku yang mensuplai makanan dan baju-baju.
Pada hari ke 4 Yani di bebaskan karena tidak terbukti. Sedangkan temannya terus
ditahan karena terbukti. Aku bingung Yani mau dibawa ke mana.
Ke rumahku jelas ga mungkin. Akhirnya aku cari hotel dekat rumah. Setelah aku
ajak makan di hotel itu aku terus pulang, sedangkan Yani langsung masuk kamar.
Jam 8 malam itu aku coba telphon Yani untuk sekedar menanyakan kabar.
“Om, Yani perlu obat maag sama sikat gigi” katanya. ” Oke, ntar Om antar”
jawabku. Dalam perjalanan ke hotel itulah pikiran kotorku muncul. Ketika aku
mengetuk pintu Yani hanya melongokan kepalanya di pintu.
Dia nampak ragu-ragu mempersilahkan aku masuk ke dalam. ” Boleh Om masuk?. Om
mau ngobrol sebentar ngomongin soal hubungan om dan mamahmu”. Akhirnya aku
dipersilahkan masuk.
Dan saat itulah aku dihadapkan pada pemandangan yang luar biasa. Yani hanya
mengenakan tangtop tanpa BH dan celana jins pendek sekali hampir pangkal paha.
Payudaranya menggelembung dengan sehat, pentilnya samar-samar menonjol keluar.
Rupanya dia sadar aku memperhatikan dan cepat-cepat menutupnya dengan selimut.
” Yani…..om mohon jangan di tutupi. Kamu punya tubuh luar biasa indah sayang
kalo tidak ada yang menkmati” kataku langsung. Merah padam mukanya mendengarku
berkata begitu. Antara malu dan marah menjadi satu.
Tapi setan sudah terlanjur menguasaiku. Dengan segala rayuan dan bujukan
akhirnya Yani mau melepaskan selimutnya. ” Boleh aku sentuh Yan? di luarnya
aja…….” pintaku.
Yani langsung menolak sambil menyilangkan tangannnya di dada. Juga dengan
rayuan dan bujukan akhirnya aku di ijinkan memegang putingnya dari luar.
Sambil kami duduk di sisi tempat tidur, aku mulai menyentuh putingnya. Dia
tidak bereaksi dengan wajah menoleh jauh. Ku sentuh lagi putingnya yang sebelah
kanan. Masih belum bereaksi juga.
Ketika aku pilin putingnya dengan kedua jariku, mulailah ia sedikit
menggelinjang dan kulihat putingnya mulai tegang. Kuputar jariku di kedua
putingnya, semakin jelaslah tonjolan di kaosnya.
Aku sudah tak tahan ini menyelusupkan tanganku ke balik tangtopnya. Namun
tanganku di cegah ketika baru sampai perut. sementara tangan kiriku masih
bergerilya di luar kaos tangan kananku mulai naik perlahan dari perut.
Aku merasakan pegangan tangan dia mengendur, akhirnya sampailah tanganku
kepuncak bukit kenikmatan dengan bebas. Ketika kudengar suara rintihan halus,
pada saat itulah aku yakin bahwa permainan ini bisa sampai tuntas. Maka
mulaikah aku meremas, menjilat dan meghisap putingnya, perutnya, clirotisnya
dengan lembut.
Dan malam itu aku mendapatkan segalanya. Walaupun Yani sudah tidak perawan,
namun dia masih merasa sakit ketika penisku masuk ke memeknya.
Karena penisku adalah yang kedua kalinya masuk memeknya setelah dia melakukan
yang pertama dengan pacarnya 2 tahun yang lalu. Malam itu kami tidak tidur, aku
mengajari teori dan praktek bercinta pada Yani.
Selain memberikan pengertian bahwa hubunganku dengan ibunya adalah sebatas
memenuhi kebutuhan sex.
Singkat cerita hari-hari selanjutnya aku disibukan oleh SMS dan deringan HP
dari mereka bertiga Indah, Sri dan Yani. Ketika aku pulang ke kotaku, maka ku
gauli ketiganya dengan cara digilir dengan jadwal yang tersusun rapi sehinga
tidak terjadi “tabrakan”.
Orang ke empat yang aku gauli sebenarnya bukan anggota keluarga Indah, tapi
calon anggota keluarga. Sebut saja namanya Nancy. Ia adalah pacar dari anaknya
Indah yang bernama Roy.
Kisahnya bermula dari kunjunganku ke rumah Indah. Pada saat itu tiba-tiba aku
mendapatkan telephon dari kantor di Jakarta. Dikatakan aku harus menghubungi
Mr.X. No HP Mr.X ini ternyata CDMA.
Karena perkiraanku pembicaraan akan panjang maka aku meminjam HP anaknya Indah
(bernama Roy) yang kebetulan juga CDMA. Maka sore itu atas ijin Roy aku pinjam
sampai besok CDMA nya.
Malam hari ketika aku sedang makan di luar, tiba-tiba HP Roy berbunyi.
” Hallo” Jawabku. Aku sudah siap-siap mendengar suara Mr. X. Namun ternyata
yang kudengar suara merdu seorang perempuan.
” Hallo juga, ini siapa?” jawabnya ragu-ragu. Setelah saling bertanya baru aku
tahu kalau yang telephon itu adalah tunangan Roy. Aku menjelaskan bahwa malam
itu HP Roy aku pinjam.
Dengan segala caraku akhirnya kami berkenalan, bahkan ngobrol sampai panjang
lebar. Rupanya obrolan kami nyambung sehingga kami berjanji akan saling
menelephon lagi.
Singkat kata Nancy rupanya tipe orang yang penasaran akan sex namun takut untuk
melakukannya. Dengan Roy hanya sebatas bercumbu tidak mau lebih dari itu.
Karena dia sadar bahwa dia mudah “panas” maka bercumbu dengan Roy hanya sebatas
dada. Dia ingin lebih dari itu tapi takut kebablasan, katanya.
Nancy banyak bertanya kepadaku soal Sex, sampai akhirnya kami ber Phone sex.
Namun lama-lama kami berdua penasaran juga. Akhirnya dengan suatu perjanjian
aku bisa membawa Nancy ke hotel.
Perjanjian itu adalah: aku boleh mengeksplorasi tubuh dia dan saling memberi
kenikmatan namun aku tidak boleh memasukan penisku ke memeknya. Dia masih
perawan!!.
Ketika kutanyakan mengapa dengan aku, bukan dengan Roy?. Jawabnya adalah : Dia
tidak yakin Roy mampu menahan penisnya masuk ke memeknya. Komitmen itu aku
pegang teguh.
Ternyata dugaanku dan dugaan dia benar. Nancy sangat mudah terbakar. Ketika aku
cium, bibirnya seolah magnet. langsung terpaut dengan bibirku, Tak mau lepas.
Seolah kami sudah mengenal sejak lama, kami langsung melepaskan seluruh pakaian
. Ketika aku akan melepaskan CDnya, kulihat bulatan basah sudah terpampang
diCDnya.
Kujilati seluruh tubuhnya, dia hanya bisa mendesah dan merintih. Kujilati pula
clirotisnya, kujelajahi seluruh lekukan memeknya dengan lidahku. Kutempelkan
kepala penis ku ke lubang memeknya, ke clirotisnya.
Ku usap-usap clirotisnya dengan kepala penisku. Ku lihat ia beberapa kali
orgasme. Hari itu aku berpesta dengan tubuhnya. Tapi aku tidak memasukan
penisku ke memeknya!!!.
Spermaku keluar dengan cara di kocok dengan tangan atau payudaranya. Bulan
Maret 2010 kemarin Nancy sudah berani mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya.
Dia berjanji jika sudah menikah, kami akan selalu bertemu untuk menuntaskan rasa
yang tertunda.