Wahyu, 44 th, adalah teman akrab suamiku
yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 38 th. Mereka sering bermain
bersama, entah mengapa setiap Wahyu datang kerumah aku dan ngobrol dengan
suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang
dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai
daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh
tubuhku.
Aku benar benar dibuat risih oleh
perlakuannya, sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, walaupun
aku telah menikah cukup lama dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran
dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Wahyu. Suatu hari suamiku pergi
keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Wahyu datang kerumah maksud hati
ingin mengajak suamiku pergi, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan
memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.
Ketika kubuka pintu untuknya ia
terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana
pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam
itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam
terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut
mukanya, tiba-tiba ia berkata “..Reni mau tidak gantiin suamimu, jalan dengan
saya..” Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar
dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar
ajakannya, dimataku Wahyu merupakan figure yang cukup ‘gentleman’.
Sementara aku masih ragu-ragu
tiba tiba dengan yakin ia berkata “..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini..”
Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk
sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku termangu hatiku
dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin
kupilih baju baju ku lalu ketemukan pakaian yang cocok buatkue’ setelah itu
kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai
sepatu lalu cepat cepat aku temui Wahyu didepan pintu “..Ayo yu aku sudah
siap..” Wahyu hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.
Singkat kata aku bermain dengannya
dengan penuh ceria, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku,
ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat
ini.
Saking hotnya aku bermain tanpa
kuduga aku jatuh terkilir, Wahyu menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba
di rumah, kuajak Wahyu untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Wahyu
memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja
kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Wahyu mengambilkan minuman dan
kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat
betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan
sweaterku sekarang tinggal memakai blous “you can see” longgar yang membuat
ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga
menarik rok yang ku pakai hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk
menggoda matanya.
Tampak sekali ia menahan diri dan
mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang “gentleman” pria
ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang
tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami.
Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya
tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser posisiku
mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Wahyu terkejut,
namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku
beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah
tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku
merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.
Kami saling menghisap bibir
beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. “wahyuu..”
kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata
akhirnya memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir
berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan
mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang
memulai, aku dan Wahyu saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah
panas dan bergairah.
Ciuman dan hisapan berlanjut
terus, sementara tangan Wahyu mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan
membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah
bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin
kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang
memancing gairah ini. Kembali Wahyu yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun
kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya
masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi
duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya,
sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.
Wahyu mengambil inisiatif mencium
bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin
saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari
pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang
masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.
“Mmhh.. Wahyuuu..sudah terlalu
jauh yu..” desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan
kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas
dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan
puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya
semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai
berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan
lidahku.
Permainannya yang lembut dan tak
tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai
akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali
menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah
tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah
bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang
dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan
untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.
Diciumi buah dadaku sementara
tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali
tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu
lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi.
“Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu..” desahku langsung terlontar tak tertahankan
begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat
peka.
Wahyu menjilati dan menghisap
dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati
gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,
“..Oooh wahyuu suuddhaah.. yuu.. stoop..!!” tetapi Wahyu terus saja
merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia
benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang,
karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis
suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat
dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah
berlanjut sedemikian jauh.
Wahyu melepas putingku lalu
bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan
badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar
menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap
sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan
jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir
vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan
gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku
masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.
Akhirnya, dengan menyibakkan
celana dalamku, Wahyu mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah
begitu basah penuh lendir birahi. “ggaahh.. Wahyu..stoop..ohh..” bagaikan
terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan
saat lidah Wahyu melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh
klitorisku.
Kini kami sama-sama telanjang
bulat. Tubuh kekar berotot Wahyu berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa
panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar
kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul
luar biasa nafsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu
terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar
dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan
disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora nafsu birahiku terus
mengelegak.
Kupasrahkan diriku ketika Wahyu
membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Wahyu menurunkan pantatnya
dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala
penis Wahyu menembus vaginaku.”Hngk! Besaar..sekalii..yuu..” Walau telah basah
berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret
memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku
menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.
Tanpa terburu-buru, Wahyu kembali
menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang
menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya,
lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh
kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut
menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan,
memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh
di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang
kenikmatanku tahap demi tahap.
Lidahnya yang kasar dan basah
berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa
semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu
birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku
kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah
rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan
sahabat suamiku ini lebih dalam.
“Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss..
heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. yuuu..!! Baru kali
ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku,
yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan
yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan
begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan
besaar..!
Akhirnya seluruh batang
kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku,
memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang,
mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Wahyu mulai
memaju-mundurkan pantatnya perlahan, “..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!” aku pun
tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan
pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan
akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh
kenikmatan.
“hh.. sshh.. hh.. Wahyuuu.. oohh
..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh..” Wahyu membalas dengan pertanyaan “Ohh.. renii
nikmatan mana dengan penis suamimu..?” otakku benar benar terhipnotis oleh
kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku “Ohh ssh
Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Wahyu makin gencar
melontarkan pertanyaan aneh aneh, “..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama
kontolnya Heru..?” aku bingung menjawabnya, “Bilang lagi dientot..!” Wahyu
memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian
birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya “hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi
dientot sayaang..”
Terus menerus kami saling memberi
kenikmatan, sementara lidah Wahyu kembali menari di putingku yang memang gatal
memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil
meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin
menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku
hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga
terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar
menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram
erat.
Hisapan dan jilatannya pada
putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai
akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus
bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar
tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh
tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku
semakin vulgar. “Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis
memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!” Ooohh.. Wahyu.. bukan maiin..
eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!” mendengar celotehanku, Wahyu yang kalem
berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku
benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah
kudapatkan seperti ini dari suamiku.
Aku benar benar sudah lupa siapa
diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang
melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah
kurasakan dengan suamiku. Wahyu mengombang ambingkan diriku di lautan
kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.
Akhirnya aku tidak bisa lagi
menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya
menggulung diriku “Ngghh.. nghh .. nghh.. Wahyu.. Akku mau keluaar..!!” pekikanku
meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba
menahan kenikmatan dalam tubuhku, Wahyu mengendalikan gerakannya yang tadinya
cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam
dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu
mengeras habis digencetnya. “..aacchh.. Wahyu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss..
itilkuu..!!”
Ledakan kenikmatan orgasmeku
terasa seperti ‘forever’ menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk
tubuh Wahyu erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya
sementara Wahyu terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat
perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan
suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa
kulontarkan dengan kata kata.
Beberapa detik kenikmatan yang
terasa seperti ‘forever’ itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai
lemas dengan penis Wahyu masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di
luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Wahyu mengecup bibir, pipi dan leherku
dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku
dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat
disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan
keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang
terengah-engah.
Setelah aku kembali “sadar” dari
ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas
ciumannya, memancing Wahyu untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan
menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi
bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak
semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku
perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan
pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang
memang tampaknya makin liar saja.
Genjotan penisnya pada vaginaku
mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang
lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas
sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Wahyu memberiku pengalaman baru walau
sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati
rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat,
semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi
bertubi-tubi dari dalam vaginaku.
Lalu Wahyu memintaku untuk
berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi “doggy style” dengan gaya nungging
aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku
akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku
berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya
sayu sambil memelas “..Yeess..yuu..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang
memekku..” Wahyu pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh
seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana
bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah
mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah
tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.
Sambil memegang batang penisnya
disodokannya ketempat yang dituju â€Bleess..”
..Ooohh.. Wahyu.. teruss.. yuu.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan
betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek
rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging
ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya ‘doggy style’
ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap ‘menanjak’ suamiku sudah terlalu
cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.
Tetapi Wahyu sudah lebih dari 15
menit menggarapku dengan gaya ‘doggy style’ ini tanpa ada tanda tanda
mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku,
aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan
pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang
kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar
dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku
bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah berada di awang-awang di puncak
gunung kenikmatan yang tertinggi.
“Hngk.. ngghh.. Wahyu..akuu mau
keluaar lagii.. aargghh..!!” aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang
kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras
sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku,
sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya
untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.
Setelah mengejang beberapa detik
diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih
tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan
segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat
bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan
yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.
Wahyu memeluk tubuhku dan mengecup
pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. renii aku belum keluar
sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!” Aku benar benar terkejut aku
sudah dua kali klimaks tapi Wahyu belum juga keluar, bukan main perkasanya.
biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah
tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.
Merasa aku telah diberi kepuasan
yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya
kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Wahyu
menggeliat geliat kenikmatan, “..Ohh yess renn.. nikmat sekalii.. teruss renn..
lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. renii.. saayaangg..!!” Wahyu
mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang
kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak
dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan
pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat
gerakan erotisku Wahyu makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak
kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Wahyu untuk bisa cepat
ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa
berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.
Ohh.. beginikah multiple orgasme
yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang
besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat
sekali, Wahyu menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap
kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas
penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang
kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu.
Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.
“..Ooohh..renii..kau sungguuh
seksxyy.. masuukin kontolku..!!” Wahyu memujiku setinggi langit melihat begitu
antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku
begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan
yang sangat perkasa ini. “..Yess.. Wahyu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang
perkasa ini..!” kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat
pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu
melesak dalaam sekali..
“..aachh.. renii.. putaar..
habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!” giliran Wahyu merintih mengerang
bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya
perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di
dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan
memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang
berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku
dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.
Batang kemaluannya kugenjot dan
kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis
yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam
liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Wahyu
bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya
sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku
darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih
keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah
menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung
keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit
kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, “..Ooohh..
aachh.. yeess.. reenn.. yeess..!!”
Wahyu membelalakan matanya sama
sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi
tubuhnya, lalu Wahyu bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku…
aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. “..selomot..
pentilku.. dua. duanya.. yuu..yeess..!! …sshh.. …oohh..!! mataku menjadi
berkunang kunang, “..Ooohh.. renniiy.. nikmatnya bukan main posisi ini..!
batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!” Wahyu
mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap
saat akan meletup, “..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar..
bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! “..yess..renn..aku¦
keluarkan diluar apa didalam..?”. “..Ohh.. Wahyu kontoolmu.. jaangaahhn..
dicabuut.. keluarin.. didalaam..!!
Tiba tiba bagaikan disetrum
jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang
ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, “..aachh. jepiit
kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu reniii..!!” Wahyu
memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak
sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan “..Nggkkh.. sshh..
uugghh.. Wahyu.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!!
gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak
kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa
terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas.
Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya
pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.
Seluruh tetes air maninya kuperas
dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku.
aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Wahyu aku kuatir akan
ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan
kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas
sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku
di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku
terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku
untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.
Wahyu telah menaklukan diriku
luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Wahyu melihat
jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui
seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak
berdaya.
Sepeninggal Wahyu dari
rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak
terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan
seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati
kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah
mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain
pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Wahyu melakukannya lagi
terhadapku.
Hati dan akal sehat terpecah dan
menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku
limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Wahyu. Setelah beberapa
minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba
melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan
tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup
sayup terdengar suaranya memanggilku ’sayang’. Wahyu sering bertugas keluar
kota. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia sedang sibuk keluar kota.
Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih
terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia
tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Wahyu padaku. Aku masih merindukan
dan menginginkan sentuhan tangan kekar Wahyu
Setelah kejadian
itu aku dan wahyu setiap ada kesempatan selalu menumpahkan hasrat birahi
kami,tanpa orang lain ketahui termasuk suamiku sendiri,bila mana di rumahku
lagi sepi aku langsung menghubungi wahyu untuk menuntaskan birahi kami.