Kisah ini terjadi beberapa tahun
yang lalu. Sudah lebih dari 15 tahun usia perkawinanku dengan adit, tapi sudah
menghasilkan tiga momongan, saat itu aku menderita sakit dan suamikupun
mencarikan dokter,Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di
ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata kami
mendapat nomer paling akhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya
Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh
suster, aku masuk ke ruangan dokter oyos sendirian, sementara suamiku harus
menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejutnya aku dibuatnya
karena tanpa diduga ternyata dokter oyos adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA,
kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke
rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3
menjelang ujian akhir, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai
jagoan basket tentu banyak teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya,
tapi ternyata pilihan jatuh kepadaku.
Hubungan kami tidak berlangsung lama
karena setelah selesai SMA dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata
sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di
dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian menikahlah aku dengan Hendra saat
usiaku masih ingin menikmati masa muda dan remajaku.
“reny !!!” teriak dokter oyos
“oyos !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
“oyos !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak
banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari 10 tahun, oyos yang aku kenal
masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa
asing diantara kami.
“ren, gimana kabarmu selama ini,
kemana aja kamu” Tanya oyos
Aku malu karena akulah yang
meninggalkan dia untuk menikah dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan
aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu
karena merasa bersalah dan sepertinya dia tau perasaanku.
“Sudahlah ren, semuanya sudah
berlalu dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata
Andri, terdengar nada kepedihan di perkataannya.
“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya
oyos sudah berganti menjadi dokter oyos.
Kemudian aku menjelaskan
permasalahanku yang tak juga kunjung reda penyakitku, malu juga sebenarnya
menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya
jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang
cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar aku
periksa” kata dokter oyos
Aku menuruti saja perkataanya,
kemudian dokter oyosi mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar
ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter oyos
begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal
ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa
canggung.
Dokter oyos memintaku melepas celana
dalamku karena dia mau USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi
kakiku mekangkang di tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter oyos tepat
diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa melihat
alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku nggak
tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di layar
monitor alat itu gambaran rahimku. Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG
dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan
diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi dengan
dokter oyos, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter oyos, aku tak
punya kekuatan ketika dokter oyos mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya
berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti
diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium bibirnya dan
dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama kami berciuman melepas
rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang. Setelah kami
tersadar, oyos melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama
dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di
luar.
“aku ingin kenalan dengan suamimu,
kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perintahnya pada suster.
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perintahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika
susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di
sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak
tahu apa yang dimaui Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri anda
perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan
beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin lebih, atau
Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke
arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya
dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu depan
antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.
“oke silahkan tunggu diluar ” kata oyos
sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi di
tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau
meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya,
dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke pantatku dan
menyingkap rokku, meremas pantatku yang telanjang karena aku memang belum
mengenakan kembali celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir oyos sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat oyos mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir oyos sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat oyos mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Antara kesadaran sebagai seorang
istri dan rasa kangen serta ingin menebus kesalahan masa lalu saling muncul
silih berganti, tapi akhirnya menghilang saat dokter oyos mulai membuka
resluiting bajuku dan dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika
tinggal bra ungu yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga
melorot kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup
celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu juga aku
telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhku, baru kali
ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan suamiku. oyos langsung menyerbu
kedua bukit di dadaku yang masih tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit
itu dengan gemas, sesaat kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.
“kamu ternyata makin montok saja,
dan buah dadamu makin indah dan terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih
sexy” katanya sambil memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung
membenamkan kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak lama, tapi
karena kami sudah berteman sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah
saling meraba dan melihat, hanya sebatas itu, paling banter peting.
oyos sudah mendaratkan lidahnya ke
puncak bukitku, dia mempermainkan lidahnya di putingku, secara bergantian dari
kiri ke kanan dan seterusnya sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah
seakan tak ingin kehilangan diriku lagi.
Kurasakan kenikmatan yang tak
terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang, kugigit
bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut
ketahuan.
oyos mendudukkanku di meja
prakteknya, dengan hati hati disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi
samping supaya tak menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu
di luar. Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini
kepala oyos langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya diantara
kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya. Kuremas
rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan
menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan
birahiku, dengan indahnya oyos mempermainkan irama jilatannya di daerah yang
benar benar peka, sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica
vaginaku, dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan,
jilatannya sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang
tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan
kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.
Hampir saja aku menjerit kalau saja oyos
tidak segera menghentikan permainan lidahnya.
“please yos, jangan goda aku,
sekarang please” desahku pelan takut terdengar suamiku yang menunggu di luar,
entah dia dengar atau tidak.
Mengerti akan permintaanku, oyos
mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi
terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan mempesona
apalagi kalau lagi bernafsu seperti ini” katanya sambil melepas baju dan
celananya, tangannya mengatur penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman, tanganku
memegang penisnya dan mengocoknya.
“sepertinya lebih besar daripada
dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika kubimbing
penis itu ke vaginaku yang sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku,
ternyata oyos tidak mau menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk
penisnya ke vaginaku yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama
makin masuk ke dalam, hingga semua batang penis oyos terbenam ke vaginaku
didiamkannya sejenak.
Ini adalah penis kedua yang
menikmati hangatnya vaginaku selain suamiku, karena aku memang tidak pernah
berselingkuh dengan laki laki lain. Sebenarnya ukuran penis oyos boleh dibilang
sama dengan punya Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan
sensasi yang berbeda antara oyos dan suamiku.
“pelan pelan, yos” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku
mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
oyos menarik keluar secara perlahan
dan kembali memasukkan secara perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi
halus dan tidak liar. Sungguh indah permainan oyos, dengan penuh perasaan dan
penuh kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan
meremas buah dadaku.
Aku telentang di meja, diangkatnya
kakiku ke pundaknya, tangannya meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap
teratur seakan dia menikmati setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan
matanya tak pernah lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya.
Dirabanya seluruh tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari
jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan seperti
ini, selama hampir tiga tahun pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat
seperti ini” katanya tanpa menghentikan gerakannya
“yos, please jangan ungkit itu lagi”
kataku pelan disela sela kenikmatan
oyos lalu membalikkan tubuhku, kini
aku tengkurap di meja kerjanya, dengan perlahan oyos kembali memasukkan
senjatanya ke vaginaku, kali ini dari belakang. Kembali aku merasakan
kenikmatan yang datang silih berganti antara sodokan, elusan dan ciuman di
punggung serta remasan di dadaku, aku merasakan bercinta dengan seorang good
lover yang romantis, yang tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya
tahu persis yang bisa membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan
kocokan yang penuh kemesraan dan perasaan.
Lalu oyos menarik tanganku, kini aku
setengah berdiri dengan tanganku dipegangi dari belakang sama oyos, dikocoknya
dengan tiada henti, ingin rasanya teriak atau mendesah merasakan kenikmatan
ini, tapi suamiku masih menunggu diluar sementara oyos mengocokku dari belakang
makin lama makin keras, iramanya kini berubah liar dan tidak beraturan,
meskipun agak kaget dengan perubahan iramanya tapi aku menikmati juga variasi
ini.
Kini aku dihadapkan ke di tembok,
tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku, kaki kananku diangkat oyos dan
dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di balik tembok
ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar sana dan aku
yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah dalam
kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah oyos
tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku
sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila yos” ucapku pelan dan
hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang
tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu
petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak oyos sedikit
panik
“kita masuk tempat periksa, bawa
bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup
gordennya.
Bukannya berhenti, oyos malah
kembali mendorongku hingga aku berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa
mempedulikan protesku dia kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai jawaban
sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan
kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau
dokter tidak memerlukan saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster
dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong
panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya
“apa apaan ini” protesku kembali
dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku takkan
terjadi apa apa” katanya dan kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat
pada buah dadaku yang menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku,
kugigit bibirku kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya dok, sudah selesai ?” kudengar
suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar
lagi ya, mungkin 15 menit lagi, sudah hampir selesai koq” jawab oyos tenang,
tak setenang kocokannya di vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah
napasku, tegang dan nikmat bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan pacarku
sementara suamiku hanya terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku
merasakan ketegangan yang hebat, tapi diluar dugaanku justru menambah erotis
dan sensasi dari dalam diriku.
“iya pa, nggak tahu dokter oyos,
maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi erotis sambil meremas sandaran
kursi menahan desah karena kocokan oyos.
“nggak apa Pak Hendra, ini sudah
biasa koq, dari pada nggak kelar” kembali oyos menimpali sambil meremas kedua
buah dadaku dengan makin keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku
diluar sana, kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu buru,
diselesaikan saja dok, yang penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan
pikirin aku diluar, ikuti saja kata dokter oyos” jawab suamiku dari balik
gordin, lalu kudengar pintu tertutup.
“tuh kan suamimu sendiri bilang
nggak usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata oyos
menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan segala rindu dan dendam
yang terpendam bertahun tahun.
Kini aku ditelantangkan di tempat
tidur pasien, tubuhnya lalu naik di atasku, kini kami telanjang dan kembali
berpelukan dan berciuman di ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia
memasukkan penisnya ke vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi
ketika digoyang, oyos pindah ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.
Aku segera mengatur posisiku
dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk mengikuti kata oyos. Kini ganti
aku yang mengocok oyos posisi ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih lama
lagi, segera kugoyang dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk aduk oyos.
Tak mau kalah, oyos meremas buah
dadaku dan mengulum kedua putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa
bertahan lebih lama lagi, maka sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi,
orgasme pertama yang kualami selain dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk
menahan jeritan orgasmeku supaya tak terdengar dari tempat suamiku menunggu.
“udah oyos, keluarin please” pintaku
setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda oyos
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda oyos
Tak tahan dipermainkan lebih lama,
dengan sisa tenaga yang ada, aku goyang makin liar dan cepat, oyos membenamkan
kepalanya di antara buah dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin
keras sedotan di putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya ren”
pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku
“gila kalau hamil gimana” protesku
“berarti terapinya sukses” jawabnya
sambil kembali meremas dan menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan
pelukan oyos tapi terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras
dari penis oyos mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu
hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan oyos.
Aku terkulai lemas, kusandarkan
kepalaku dipundak oyos, dia membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut aku
dalam belaiannya dan pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup
jantung oyos, keringat kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat
aku melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.
Beberapa saat kemudian kami tersadar
dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku dan merapikan make up di
wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, oyos memanggil suamiku untuk masuk.
“Pak Hendra, istri anda memang
hebat, dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter oyos sambil
melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja
mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada rahim
istri anda, dengan kondisi seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan dia
akan sangat kesakitan” jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa
kedokteran yang bagi kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan
saja.
“saya akan melakukan therapy dua
kali seminggu kalau bisa senin disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah
supaya bisa lebih lama” jelas oyos sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi awal,
sementara ini harap jangan berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu
minggu datang lagi ke sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa
berhubungan besoknya” lanjut oyos kembali melirikku pertanda dia merencanakan
sesuatu.
“saya ikut apa kata dokter saja,
mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita
sudah sepakat, sampai senin di tempat praktek saya di rumah, harap reservasi
dulu senin pagi supaya tidak terlalu lama menunggu” kata oyos sambil
menyerahkan kartu namanya ke suamiku.
Selama percakapan ini, kurasakan
sperma oyos menetes keluar dari vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung
di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika lonceng
pukul 11 malam berbunyi, berarti aku sudah bersama oyos paling tidak selama dua
jam, dan lebih dari satu jam melakukan sex dengan dia, oyos mengantar kami
hingga pintu, sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.
“jangan lupa senin untuk reservasi
dulu” katanya terus menghilang dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus
pembayaran, aku ke toilet untuk membersihkan sisa sperma oyos yang menetes di
pahaku.
“Dokter oyos orangnya masih muda,
ganteng lagi, pantesan banyak pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata
suamiku ketika dalam perjalanan pulang
“cara dia menangani pasien begitu
tenang, cool gitu, sehingga kita seperti berhadapan dengan seorang teman bukan
seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh, lebih
sore biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku
tanpa prasangka
Hari Senin setelah reservasi pagi
hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi, diminta datang pukul 7 malam
di tempat praktek oyos.
Tempatnya di lingkungan perumahan
yang elit dan asri, suasananya begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata oyos
membuka praktek di paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah
sampai di tempat praktek, ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata masih
muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari satu jam
dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami
masuk.
Di depan kami berdua oyos begitu
berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa anda
mengikuti petunjuk saya untuk tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis depan
?” Tanya dokter oyos
“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin
berhasil kita ikutin anjuran dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah,
sebenarnya nggak tega juga aku melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama yang
pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar”
kata Andri
“saya tunggu di luar, tempatnya
sejuk dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“banyak alasan, pertama, biar tidak
terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju, sebagai upaya pembatasan
pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai praktek jam
12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si istri
sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah periksa
istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di suami, baru
saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya” jawab oyos
“oke dok, aku tunggu di luar saja”
kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.
Sepeninggal suamiku, oyos langsung
menarikku di pangkuannya, kami berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke
dadaku diremasnya dengan penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan ketika
ciumannya sampai di leherku.
“jangan mendesah disini sayang, ntar
suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
Tangan oyos dengan terampil membuka
resliting di belakang hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja
pakai pakaian rok terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya
dengan membuka bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan
sendirinya rok-ku melorot ke lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam
berenda setelan dengan celana dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan
menggoda di depan oyos, dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke
arahku, menikmati setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.
“kamu sungguh cantik dan sexy”
komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.
Aku memutar tubuhku seperti layaknya
seorang model pakaian dalam, kemudian memulai gerakan erotic seperti penari
streaptease, oyos duduk kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku sambil
meremas remas penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan
menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu menariknya kembali. Perlahan
kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti melepas bra dari tubuhku dan kulemparkan
ke wajah oyos, tampaklah buah dada kebanggaanku menggantung indah menantang
terpampang di depannya.
oyos menelan ludah, dia berusaha
menarikku ke pelukannya tapi aku menghindar menggoda, semakin dia terbakar
birahi semakin baik bagiku, aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di
diriku makin naik mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease di depan oyos
yang hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan istri oyos ada di
ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang
menggairahkan.
oyos sepertinya makin terbakar
birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan meremas remas penis-nya
sambil menikmati tarian erotisku.
Celana dalam satu satunya penutup
tubuhku masih menempel indah, tapi oyos sepertinya sudah tidak tahan lagi
dengan dorongan birahinya, dia lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku
dinaikkan ke kursi, dari celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati
vaginaku yang sudah basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan lidah oyos tak terlalu
lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama telanjang. oyos
meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga bibir
vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus dari oyos,
cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai macam gerakan
lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa menggigit bibir
bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong lebih dalam ke vaginaku.
Aku duduk di kursi dokter, kepala oyos
kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini begitu
juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan
suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan
siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi oyos, dia menikmati siksaanku ini,
dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat
orgasme.
Setelah puas menikmati vaginaku, oyos
lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum memasukkan penisnya ke
vaginaku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta oyos berdiri berganti
posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi penisnya,
dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di
batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan penisnya kemulutku.
Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku, dengan sliding aku
mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena takut ketahuan, baik
oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak tahan,
lalu tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek
dia. Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih,
dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih
dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa
sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena
terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien,
kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu
?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton
TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun” oyos merebahkuan tubuhku di ranjang,
dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih
tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku
sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang
aku alami.
“yoss, fuck me please nooooowwwwww”
pintaku sambil mengocok penis oyos
Tanpa membuang waktu lebih lama, oyos
segera memasukkan penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah
basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku,
masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan oyos,
masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang berbeda
dengan suamiku.
Kupeluk erat tubuh oyos seolah tubuh
kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan
dan berciuman, oyos mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di
atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan
supaya bisa masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”.
trussss yoss” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku
mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan
aku di atas kadang dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi ini,
tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya
tubuh kami dalam lautan kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan oyos,
begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang
berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya
menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku
tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya sepasang
kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan
dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan
kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika oyos
mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama oyos
dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan oyos, kujepit tubuhnya dengan kedua
kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat oyos
lebih dalam menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak mungkin
kenikmatan dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, oyos mengangkat tubuhnya
hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku terbuka lebat,
kocokan oyos semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa
saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh
peluh kenikmatan, wajah oyos menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu,
lebih matang.
Cukup lama kami bercinta dengan
posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu permintaannya,
segera aku jongkok di atas penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua
penis oyos masuk ke vaginaku semua.
Penis oyos terasa menyetuh dinding
terdalam dari vaginaku, kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu
seterusnya hingga aku bisa mengocokkan penisnya ke vaginaku. oyos meraba dan
meremas kedua buah dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah
terbakar dalam birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber
hula-hop, vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis oyos yang masih keras itu,
sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya sehingga oyos
kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku, pancaran kenikmatan kutangkap
dari sorot matanya.
Aku melakukan variasi gerakan dengan
posisi di atas aku yang pegang peranan, kombinasi antara hula hop lalu maju
mundur kemudian naik turun kembali lagi ber hula hop membuat oyos seakan
terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis oyos sepertinya
menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata oyos tak mau kalah, dia
ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku menurunkan
tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga vaginaku tersodok
dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi apa yang dilakukan suamiku
di luar ruangan ini yang masih setia menunggu istrinya sedang bercinta dengan
mantan pacarnya.
“yoss, aku mau keluar sayang” kataku
tak tahan menghadapi perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak dalam
posisi seperti ini” jawabnya sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan
aku dalam pangkuannya.
Goyanganku semakin cepat, oyos sudah
membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku, mulutnya mempermainkan
putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan yang hebat antara kocokan
di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku. Gerakanku makin cepat dan
tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai puncak
kenikmatan yang indah.
“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?”
yessss?” yessssssss” desahku dalam orgasme sambil meremas rambut oyos yang
masih larut dalam keindahan permainan kami, sedotan di putingku makin kencang
ketika orgasme kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan
sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. oyos
membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme, tapi dia
tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku sementara
kepalaku sudah terkulai di pundaknya.
Penis Andri di vaginaku masih
menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes sehabis orgasme setelah
tiga hari tanpa sex. Dia menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian
digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu oyos naik di atasku,
dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan.
Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia
melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.
Tangannya mengelus punggungku lalu
tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi
seperti ini, belum pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini
pengalaman pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan
yang baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa
kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari
kepasrahanku, oyos makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya pinggangnya ke
arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya
sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang kadang kadang
dikulumnya.
“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh”
hanya desah itulah yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang
jelas bukan doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting
aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan denyutan
keras dari penis oyos menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan
demi semprotan kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan
itu hingga mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku
benar benar lemas tak bertenaga. oyos terkulai diatas punggungku setelah
menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling berbaring di
sebelahku.
“Ternyata kamu lebih hebat dari yang
aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku lebih
setengah jam.
“Tak kusangka bercinta dengan kamu
bisa senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah suamiku,
dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” oyos menimpali
sambil tangannya mengelus punggungku
“aku juga beruntung bisa mendapat
kesempatan seperti ini, bisa merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan
yang berbeda pula” kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan saja
perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda?”
“maksudmu ?” kataku nggak ngerti
“sekarang kamu main dengan suamimu
disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila yos, setelah aku dengan
kamu, lalu kamu minta aku dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian
aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak “, soal
lainnya serahkan aku, percaya deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini”
jelas oyos meyakinkanku.
Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu
ragu juga, kupikir kembali untung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada
ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti biasa,
kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti
layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu sebentar
untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami
kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan
suamiku masuk. “Pak Hendra, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda,
hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana
pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata oyos ketika aku dan suamiku
menghadapnya sebagai seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku nggak
ngerti
“saya ingin anda berhubungan,
sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda
setelah berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ” di sini dok ?” suamiku
bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak
disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu
sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan
menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami
pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan
tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya”
katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki kamar
itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang
sudah rapi.
Agak canggung juga suamiku
memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana
dalamku, ternyata sperma oyos banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk
membersihkan vaginaku dari sperma oyos, aku nggak mau suamiku curiga pada
cairan di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung
berlutut di depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah
sexualnya.
oyos benar, kurasakan sensasi yang
berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama membuat penis suamiku menegang
karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu
kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke vaginaku
untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan oyos. Tapi tiba tiba pintu
diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku masih
memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya, ternyata
dokter oyos.
“maaf mengganggu, aku lupa pesan
kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter oyos dengan sorot
mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir
ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung
berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur
posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah
menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga
kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan
sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar.
Sekali lagi oyos benar, aku
merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok vaginaku. Meski
irama kocokannya tak seindah oyos, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh
dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan
yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan
menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya
suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan,
suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena
sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku
sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan
memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya oyos tadi, denyutannya begitu
keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak
ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan
aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium
keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter oyos
di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak
lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar
tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata
oyos sambil mempersilahkan aku
kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua
laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya,
entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya
yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo
kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara
berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir
dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi
untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau seandainya
bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film
biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena
suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain.
Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah oyos.
“gimana ren, kamu harus berterima
kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat, begitu
erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat, pasti
kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu malu
aku langsung membelakangi oyos membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku
hingga tampaklah pantatku yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi yos agar
tuntas” pintaku.
Dengan segera dia membuka resliting
celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya penisnya yang sudah menegang
kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua kalinya
aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena tak tahu
dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang masih di
vaginaku ketika oyos mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli. Kembali
kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari oyos dan suamiku, karena memang
birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun mendapatkan orgasme untuk
kesekian kalinya dari oyos, tanpa dia mengalami orgasme lalu Andri memasukkan
kembali penisnya ke celananya.
“Aku sudah memeriksa alat reproduksi
suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas dengan punya suamimu, Cuma
karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit berpengaruh pada semprotannya
dan karena gede dan panjang aku perkirakan berpengaruh pada rahimmu ketika dia
mengocok dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang praktek,
suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya
kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut terus
setiap Senin Kamis dengan cara “therapy” yang sama, yaitu gantian antara
suamiku dan oyos sambil dia melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan
suamiku.
Lebih dari setahun kami melakukan
konsultasi dengan dokter oyos ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke
dokter lain karena tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Antara kecewa dan bersukur karena
kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku atau oyos.
Meski begitu aku masih berhubungan dengan oyos diluar praktek dia sebagai pelampiasan
cinta yang terputus.
Itulah awal bagaimana aku akhirnya
berpetualang dengan banyak laki laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa
petualanganku untuk melakukan hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai.