BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

ku tukar istriku dengan orang lain

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota
masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7
minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya,
tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara
psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks
dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan
kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan
diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.



Karena penerbangan yang kuambil adalah abscessed jam 6 dari Surabaya,
maka masih abscessed pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu
setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah
menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas
tidak macet karena ini hari Minggu.



Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada
di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja.
Aku dan istriku ,pembantu laki-laki 42, dan pembantu wanita 34. Oh ya,
setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin
menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum
ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini
bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.



Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci.
Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia
pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke
kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama.
Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar
dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman
hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong
kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu
kira-kira mencapai 25 meter.



Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin
isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini.
Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan
dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu
sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu absolutist pula,
rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami
tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya
adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun
kualitasnya.



Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku
memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang.
Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat
pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak
keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana
dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur
barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan
lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di
atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada
sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya
kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di backbone kamar tidur kami berada.



Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya
seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar
spesial kami. Apakah lagi lelap dengan affectation yang aduhai. Ataukah
lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.



Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat
keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu
sosoknya adalah isteriku, backbone mungkin aku pangling. Dia lagi
mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar
kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit
kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang
berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun
dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang
pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka
berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.



Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan
makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah
kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton
film hot terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah
kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti
bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai
tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku
mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis
sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang
dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.



“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.



Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas
adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan
menengadahkan kepalanya berkali-kali.



“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.



Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria.
Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku
agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku
disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja
persetubuhan itu.



“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”



Semakin bifold kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah
berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah
sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.



“Ahh…”



Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin
masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku
diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah
tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara
fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek
isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang
kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang
mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang.
Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang
kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin
menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan
dihujami oleh benda sebesar itu.



Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.



“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.



Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai
menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan
si batang besar itu.



“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”



Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat
sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam
menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila,
dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit
diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.



Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek
isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang
maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan
hasratku.



“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”



Pompaan Mr. Karmin semakin absolutist dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.



“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”



Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri,
Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke
lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip.
Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir
ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.



“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”



“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”



“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”



Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar
yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol
juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali
menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali.
Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin
menuntaskan hasratku.



Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami
saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika
mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya.
Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak
di rumah.



“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.



“Maafkan isteriku yah”



Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia
tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul
hatinya.



“Ayo ke kamarmu Mbok.”



Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk
dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus
gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia
duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini
sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus
isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak
terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia
selalu memakai kebaya dan kain.



Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun
dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki.
Kubiarkan meskipun dibarengi balm bumbu dapur. Tapi tidak terlalu
menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade
menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju
ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian.
Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku.
Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku
sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya
kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia
mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan.
Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya.
Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.



“Ehhmm.. Eehhf..”



Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.



“Ehh.. Ehhshs..”



Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.



“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.



Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.



“Oohh.. Paakk.. Oohh..”



Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku
menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan
kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami.
Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek
wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.



“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.



Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan
keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan
berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan
keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali
dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi
sejak tadi langsung kugumul



Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening,
leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran
sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku
memutari labia mayoranya.



“Oohh.. Paakk.. Ohh..”



Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki
klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang
menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.



“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”



Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas
pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah
banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting
bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing
kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang
ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.



“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”



Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami
memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring
(kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup
sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan
pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya
yang rimbun itu.



“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.



Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan
masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai
tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking
tidak tertampungya semprotan maniku.



Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku
jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya.
Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih
mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk
membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.



****



Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs.
Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah
setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh
dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.



Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku
cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami
seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex
affair berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih
merasa risih kalau rame-rame begitu.