Sudah hampir setahun Andi tinggal di
tempat kost bu Yanti. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak
sengaja ketemu bu Yanti di pasar. Waktu itu bu Yanti kecopetan, trus teriak dan
kebetulan Andi yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu
Yanti. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Andi lagi cari tempat kost yang baru
dan bu Yanti mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah
bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Yanti.
Bu Yanti lumayan baik terhadap Andi,
kelewat baik malah, karena sampai saat ini Andi sudah telat bayar kontrak rumah
3 bulan, dan bu Yanti masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan
waktu itu. Tapi justru Andi yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi
seret. akhirnya Andi lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu
Yanti.
Sampai satu hari…… waktu itu masih
sore jam 4. Andi masih dengan malasnya di kamarnya. Tempat kost itu berupa
kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok…
tok..tok..tok.. lalu suara bu Yanti yang manggil,”Ndi…Andi… ada di dalem gak?”
Sontak Andi bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir
Andi. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu
Yanti pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu
Yanti,” Andi lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Andi menyahut sedikit
teriak,” lagi mandi bu….”
Sesaat tidak ada sahutan, tapi
kemudian suara ibu yanti jadi dekat ya udah mandi aja dulu Ndi, ibu tunggu di sini ya…” eh
ternyata masuk ke kamar, Andi tadi gak mengunci pintu. “busyet dah, terpaksa
bener-bener harus mandi nie,”pikir Andi.
Sekitar lima belas menit Andi di
kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Yanti
bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Yanti
sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Andi dari kamar mandi, dengan
hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum
tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.
Bu Yanti tersenyum manis melihat
Andi yang salah tingkah,”lama juga kamu mandi ya Ndi…” bu Yanti membuka
pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Yanti sambil sejenak
melirik dada bidang Andi. “ah ibu bisa aja… biasa aja kok bu.., oia ada apa ya
bu..?” jawab Andi sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat
tidur. Bu Yanti mendekat dan duduk di samping Andi, “Cuma mau ngingetin aja,
uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho… trus mau ngobrol-ngobrol aja sama
kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu…”ucap bu Yanti. Andi jadi
kikuk,”wahduh… kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya
lagi seret nie…” jawab Andi dengan sedikit memohon.
Bu Yanti terlihat sedikit
berpikir…”mmmm… boleh deh, tapi jangan lama-lama ya… emang uangmu di pakai
untuk apa sie?” terlihat bu Yanti sedikit menyelidik. “hmmm… pasti buat cewe mu
ya…”dia terlihat kurang senang.
“ah nggak juga kok bu….. saya emang
lagi ada keperluan,” jawab Andi hati-hati melihat raut wajah bu Yanti yang
kurang senang.
“huh…laki-laki sama aja, kalo lagi
ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh…
sama aja dengan suamiku….”keluh bu Yanti dengan nada kesal.
Waduh nampaknya bu Yanti lagi
marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Andi.
Dengan cepat Andi menjawab,”tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok…”
“hhhhh….”bu Yanti menghela
nafas,”udahlah Ndi, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga
masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni
terus… aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda
ya.”
sedikit penjelasan bahwa bu Yanti
ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan
sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi
bersama bu Marni dan bu Yanti tampaknya udah mulai kesepian nie
“wah kalo masalah keluarga sie aku
kurang paham bu…. “jawab Andi kikuk
“gak apa-apa Ndi, ibu hanya mau
curhat aja sama kamu… boleh kan Ndi?” suara bu Yanti sendu. Agak lama terdiam,
terdengar tarikan nafas bu Yanti terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh
lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Andi.
“udah bu jangan terlalu dipikirkan,
nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu
Marni,”Andi bermaksud menghibur.
“ah kamu Ndi… emang ibu masih cantik
menurutmu?” bu Yanti menatap sendu ke arah Andi, terlihat dua butir air mata
mengalir di pipinya. Uhh…. ingin rasanya Andi menghapus air mata itu, pak Kardi
emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba
Andi bisa berbuat sesuatu… busyet… Andi memaki dalam hati… “kenapa otak gwa
jadi kotor gini.”
Dengan sedikit gugup Andi
menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku
yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa
kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut… gerutu Andi dalam hati. Andi
jadi panik, jangan-jangan bu Yanti marah dengan ucapan Andi. Tapi ternyata Andi
salah, karena bu Yanti tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih
dan rapi,”ih Andi bisa aja menghibur…. Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja
tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona
wajah bu Yanti berubah sedih lagi,”kalo menurutmu Ndi, apa ibu emang gak
menarik lagi…?” sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Andi
minta penilaian. Terang aja Andi makin kikuk,”wah aku mau ngomong apa ya bu…?
Takutnya nanti di bilang lancang lho… tapi kalo mau jujur…. Ibu cantik banget,
seperti masih 20an deh.”
Bu Yanti tampaknya senang dengan
pujian itu,”hmmm.. kamu ada-ada aja saja… ibu udah 33 lho.. emang Andi liat
dari mananya bisa bilang begitu?”
Andi jadi cengar cengir,” ….itu
penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.”
Bu Yanti kembali duduk mendekat,
sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Andi sambil berkata,” ah.. gak
perlu malu…. Bilang aja…”
Nafas Andi terasa sesak, badan nya
terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Yanti, matanya indah dengan bulu mata
yang lentik, sesaat kemudian Andi mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Yanti
mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Andi memperhatikan bahwa bu Yanti
memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan
diikat simpul di bahunya. Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali
baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Andi beralih ke
bagian depan uupss… terlihat belahan dada yang hmmm… sepertinya buah dada itu
lumayan besar. Sentuhan lembut tangan bu Yanti di paha Andi yang masih
dibungkus handuk cepat menyadarkan Andi. Dengan penuh selidik bu Yanti bertanya,”lho…
kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an…”
Andi sedikit tergagap karena merasa
ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Yanti,”mmm… eeemm.. ibu benar-benar
masih cantik, kulitnya masih kencang… masih sangat menggoda…”
Tidak ada jawaban dari mulut bu
Yanti, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk
beberapa saat… dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Yanti makin mendekat,
dengan bibir yang semakin merekah. Andi pun seakan terbawa suasana, dan tanpa
komando lagi, Andi menyambut bibir merah bu Yanti, desahan nafas mulai terasa
berat hhhh…hhhh…ciuman terus bertambah dahsyat, bu Yanti menjulurkan lidahnya
masuk menerobos ke mulut Andi, dan dibalas dengan lilitan lidah Andi sehingga
lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.
Dengan naluri yang alami, tangan
Andi merambat naik ke bahu bu Yanti, dengan sekali tarik, terlepas tali
pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Andi meraba bahu bu Yanti
sampai ke lehernya…. Kemudian turun ke arah dada ,dengan remasan lembut Andy
meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. “hhhhh…hhhh” nafas bu Yanti
mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik
bu Yanti tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Andi… melingkari
pinggang Andi, mencari lipatan handuk, hendak membukanya…
Uupps…. Andi tersentak dan
sadar….,”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Andi tertunduk tak
berani menatap bu Yanti sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian
dengan sedikit takut melihat ke arah bu Yanti.
Terlihat bu Yanti pun agak
tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas
yang hanya tertutup bh itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan.
“napa Ndi… kita sudah memulainya… dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah
ibu yang lama terpendam… kamu harus menyelesaikannya Ndi…” tatapan bu Yanti
terlihat semakin sendu…
“mmm… ibu gak marah..? gimana nanti
kalo ada yang lihat bu… bisa gawat dong… pak Kardi juga bisa marah besar bu…”
jawab Andi.
Tanpa menjawab bu Yanti bangkit
berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang
dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Andi terpana melihat tubuh indah itu, sedikit
berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu
Yanti. Kemudian dengan tenang bu Yanti melangkah ke arah pintu kamar dan
menguncinya. Saat berjalan membelakangi Andi itu nampak gerakan bokong bu Yanti
naik turun, dan perasaan Andi semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak
tertahankan, demikian juga saat bu Yanti berbalik dan melangkah kembali menuju
tempat tidur, Andi tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Yanti. Sampai bu
Yanti berdiri dekat di depan Andi dan berkata,”kamarnya udah di kunci Ndi, dan
gak ada yang akan mengganggu….”
Andi tidak langsung menjawab,
menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan
suara yang ada di ruangan. Bu Yanti kembali duduk di pinggiran tempat tidur,
dan membuka bra yang digunakannya. Andi mendekat dan duduk di samping bu Yanti…
hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Andi langsung melahap
dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Yanti yang memulai gerakan dengan
melingkarkan lengannya ke leher Andi, menarik wajah dan langsung melumat bibir
Andi dengan nafsu yang membara. Andi membalas dengan tidak kalah sengit, sambil
meladeni serangan bibir dan lidah bu Yanti, tangan Andi meremas payudara montok
milik bu Yanti. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan
musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Yanti mendorong lembut badan
Andi, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Andi
mendorong lembut tubuh bu Yanti, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai
di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan
menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Andi
melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara,
melingkari dan menuju puncak puting. Dengan gemas Andi menyedot dan memainkan
puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya ………………… “hhhh…. Ahhh….mmmh….”suara
bu Yanti mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin
menggairahkan. Andi melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara
menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Yanti yang menggelinjang
kegelian.
Andi menghentikan penjelajahan
lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Yanti, melepaskan dan
membuang ke lantai. Dengan spontan bu Yanti mengangkat kaki ke atas tempat
tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut
yang tertata rapi. Andi mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu
Yanti yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina
yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Andi menyapu
cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang
bibir vagina bu Yanti dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang
membuat bu Yanti mengerang kenikmatan,”ahhhh…. Mmmmh… hhh… ndi….uhh…”desahan
birahi yang memuncak dari bu Yanti membuat Andi semakin bersemangat dan
sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti
pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit Andi
mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Yanti tidak sabar lagi
menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”Ndi…. Ayo sayang… masukkin Ndi…
hhhh…mmmmh.” Suara bu Yanti ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Andi menyudahi
penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik
lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan
bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Yanti semakin membuka lebar pahanya,
besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Andi naik ke tempat tidur
dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Yanti yang dengan sigap
lansung meraih dan meremas batang kemaluan Andi dan membantu mengarahkannya
tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis Andi
amblas sampai setengahnya. Andi menahan gerakan sebentar menikmati prosesi
masuknya penis yang disambut desahan bu Yanti,” ahhh….teruskan ndi….ahhh.”
kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya. Setelah
dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Andi memompa
menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang
terasa semakin menggebu dan hot.
Andi bertumpu pada kedua siku lengan
sedangkan bu Yanti mencengkam punggung Andi, meresapi dorongan dan tarikan
penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk
dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,”ah..ah..ah..mmh…mhh…hhhh.”
tak hentinya desahan meluncur dari bibir Andi dan bu Yanti. Sesaat Andi
menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Yanti memeluk Andi
dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang
vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Yanti memompa dan
menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali bu Yanti
memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Andi lebih dalam. Andi
tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan
menarik-narik puting susu bu Yanti. Suasana makin membara dengan peluh yang
bercucuran, sampai saat bu Yanti seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena
birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Andi membalikkan
posisi, bu Yanti kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan
Andi meneruskan pertempuran. “Ndi…ahh..ah..ah..uh… terus ndi…. Ahhh…ahh ibu
sampai…ndi….ahhhhhhhh… mmmmmhhh.” Setelah teriakan tertahan bu yanti mengatup
bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar. Andi merasa
vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.Andi
menikmatinya dengan memutar –mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi
batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya,
semakin besar dan sesaat Andi kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat
terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas
perut bu Yanti…. Yang dengan cepat meraih penis Andi dan mengocoknya sampai air
mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Yanti mengusap penis yang mulai
turun ketegangannya. Andi membaringkan tubuhnya disamping bu Yanti. Terdiam
untuk beberapa saat.
Bu Yanti bangkit duduk meraih kain
di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian
dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Andi. “makasih ya sayang… ini rahasia
kita berdua… I love u Ndi,” bisik mesra bu Yanti di telinga Andi.
“mmm…baik bu…”belum sempat Andi
menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Yanti menempel di bibirnya, “kalo
lagi berdua gini jangan pangil ibu dong…”ucap bu Yanti manja.
“iya sayang….” Balas Andi, senyum
manis merekah di bibir seksi bu Yanti.
Setelah itu dengan cepat Andi dan bu
Yanti merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Andi, bu Yanti berbisik
mesra,”sayang… tar malem suamiku gak ada di rumah….. aku tunggu di kamar ya…
berapa ronde pun dilakoni buat Andi sayang.” Sambil berpelukan mesra, Andi
menyanggupi ajakan bu Yanti.