BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

gairahku bersama omku



 Aku baru menikah, karena suamiku belum punya rumah, kamu numpang di rumah om nya yang duda tanpa anak dan tinggal sendiri. Sebagai pengantin baru, tentunya aku dan suamiku lebih sering menghabiskan waktu di kamar. Sayangnya suamiku tidak perkasa kalo di ranjang. Sering ditengah permainan, saat aku sedang nikmat2nya suamiku keok duluan. Suatu sore, sepulang dari kantor, om lupa membawa kunci rumah.
Dia rupanya mengetok pintu cukup lama tetapi aku tidak mendengarnya karena aku sedang di kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, baru samar2 aku mendengar ketukan pintu. Siapa, pikirku sambil segera mengenakan kimono dari bahan handuk yang pendek, sekitar 15 cm diatas lutut. Aku membukakan pintu. Om ternganga melihat kondisi aku yang baru selesai mandi. Tinggi ku sekitar 167 cm. Rambutku tergerai sebahu. Wajah ku cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah, itu kata suamiku lo. Karena kimonoku pendek, maka paha dan betis ku tampak dengan jelas.. Kulitku kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dadaku belum sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan toketku yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilku membayang di kimonoku. Aku belum sempat mengenakan bra. Leherku jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhku. Dari samping toketku begitu menonjol dari balik kimonoku. Om berjalan mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak tubuhku dari belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakiku.

"Sori Sin, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya", katanya. "Udah selesai kok om", jawabku. Dia duduk di meja makan. Aku mengambilkan teh untuknya dan kemudian masuk ke kamar. Tak lama kemudian aku keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, tonjolan toketku membusung. Aku tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di dasterku. Aku mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakanginya, pasti dia menatap tubuhku dari belakang. Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. Dia menatapku dari dekat tanpa rasa risih. Aku tidak menyadari bahwa belahan daster di dadaku mempertontonkan toketku yang montok kala agak merunduk. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. "Sin, kamu gak puas ya sama suami kamu", kataku to the point. Aku tertunduk malu, mukaku semu kemerahan. "Kok om tau sih", jawabku lirih. "Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet ngecretnya ya", katanya lagi. "Iya om, cepet banget keluarnya. Sintia baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Sintia cuma jadi pemuas napsunya aja", aku mulai curhat. Dia hanya mendengarkan curhatanku saja. "Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Sintia nyiapin makan dulu ya", kataku mengakhiri pembicaraan seru. "Kirain Sintia nawarin mau mandiin", godanya. "Ih si om, genit", jawabku tersipu. "Kalo Sintia mau, om gak keberatan lo", jawabnya lagi. Aku tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu dia masuk kamarnya dan mandi. Selesai mandi, dia hanya memakai celana pendek dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena kontolnya yang ternyata ngaceng berat kelihatan jelas tercetak di celana pendeknya. Aku diam saja melihat ngacengnya kontolku dari luar celana pendeknya. Rupanya om terangsang ketika ngobrol seru sebelum dia mandi itu. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, aku berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Tetapi om masih diabawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan2 mau menelanjangiku.

Selesai makan, aku membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, aku terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika aku membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan ku membentur rak kayu. "Aduh", aku mengerang kesakitan. Dia segera menolongnya. Punggung dan pinggulku diraihnya. Dia membopong ku kekamarku. Dia meletakkan aku di ranjang. Belahan dasterku terbuka lebih lebar sehingga dia dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketku. Aku berusaha meraih betisku yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis ku. Dia pun berusaha membantuku. Diraihnya betisku seraya diraba dan diurut bagian betis yang memar tersebut. "Pelan om, sakit", erangku lagi. Sambil terus memijit betisku, dia memandang wajahku. Mataku akhirnya terpejam. Nafasku jadi teratur. Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah.

Mendadak aku terbangun karena om membuka dasterku. "Om, Sintia mau diapain", kataku lirih. Dia terkejut dan segera menghentikan aksinya. Dia memandangi tubuh mulusku tanpa daster yang menghalanginya. Tubuh molekku sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilku berdiri tegak. Rupanya selama aku tertidur, dia menggerayangi sekujur tubuhku sehingga naspunya tak terbendung lagi. Dia sudah bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolku yang begitu besar dan panjang (dibandingkan dengan kontol suamiku) dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat kontolku, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo kontol besar itu menggesek keluar masuk nonokku.

"Sin, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak", katanya perlahan sambil mencium toket ku yang montok. Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya. "Om...", rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga. Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dientot, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama. Sambil terus menggumuli toketku dengan bibir, lidah, dan wajahnya, dia terus menggesek-gesekkan kontol di kulit pahaku yang halus dan licin. Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolku pindah ke betisku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.

Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. kontolku yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol digesek-gesekkan di toketku yang montok itu. Sambil mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala kontolku terus digesekkan di toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk. kontolku dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur kontolku di cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala kontolku terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolku tersembunyi di jepitan toketku. Lama-lama gerak maju-mundur kontolku bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin keras dengan telapak tangannya agar jepitan di kontolku semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh... ah..."

kontolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku. Gerakan maju-mundur kontolku di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadaku yang menjepit kontolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontolku di dalam jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan dari kontolku tersebut dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontolku dengan toketku. "Hih... hhh... ... Luar biasa enaknya...," dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku, "Ngh... ngh... hhh... heh... eh... ngh..." Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolku di jepitan toketku semakin cepat. kontolku semakin tegang dan keras. "Enak sekali, Sin", erangnya tak tertahankan. Dia menggerakkan kontolku maju-mundur di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu.

Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kulit toketku yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolku digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku. Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi agar kontolnya dapat mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki nonokku.

Kini seluruh kepala kontolnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. Kontolnya semakin tegang. Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan kontolnya ke dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam nonokku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya. Dia terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap kali kontolnya menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan, "Sssh...sssh... hhh... hhh... ssh... sssh..." Dia terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit. Kembali ditariknya kontolnya dari nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya tertanam dalam nonokku. Sementara kontol dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat

Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pada dinding mulut nonokku, "Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..." Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis, "Sin... nonokmu luar biasa... nikmatnya..."

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Tiba-tiba dicopotnya kontol dari nonokku. Segera dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar kontolnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untuk menjepit kontolnya yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontolnya dapat terjepit dengan enaknya, dia agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi kontolnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kontolnya dan kulit toketku. "Oh...hangatnya... Sssh... nikmatnya...Tubuhmu luarrr biasa...", dia merintih-rintih keenakan. Akus juga mendesis-desis keenakan, "Sssh.. sssh... sssh..." Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah. Dia mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat kontolnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya. "Sin..!" pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya. Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas
belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar biasa...Sin, nikmat sekali tubuhmu...," dia bergumam. "Kok gak dikeluarin di dalem aja om", kataku lirih. "Gak apa kalo om ngecret didalem Sin", jawabnya. "Gak apa om, Sintia pengen ngerasain esemprot peju anget. Tapi Sintia ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Sintia ngerasain kenikmatan seperti ini", kataku lagi. "Ini baru ronde pertama Sin, mau lagi kan ronde kedua", katanya. "Mau om, tapi ngecretnya didalem ya", jawabku. "Kok tadi kamu diem aja Sin", katanya lagi. "Bingung om, tapi nikmat", jawabku sambil tersenyum. "Engh..." aku menggeliatkan badanku. Dia segera mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Beberapa lembar tissue diambil untuk mengelap peju yang berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang sudah terlajur jatuh di rambut ku. "Mo kemana om", tanyaku. "Mo ambil minum dulu", jawabnya. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", kataku. Aku sudah pengen dia menggelutiku sekali lagi.

Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe habis. Dia keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

"Sin...," desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pada dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketku yang membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya lagi. Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya. "Ah... geli... geli...," desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri.
Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah... ah... om...geli...," aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku. "Om... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu...ngilu..." Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. "Ah...om... terus... hzzz...
ngilu... ngilu..." aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. "Om.. kontolnya besar ya", ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama. Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang ke kiri-kanan. "Ah... om... ngilu... terus om... terus... ah... geli... geli...terus... hhh... enak... enaknya... enak...," aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri. "Sin.. enak sekali Sin... sssh... luar biasa... enak sekali...," diapun mendesis-desis keenakan. "Om keenakan ya? kontol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Sintia. Wow... kontol om terasa hangat di kulit perut Sintia. Tangan om nakal sekali ... ngilu,...," rintihku. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja... geli... remas seluruhnya saja..." aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya. Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku. "Om.. remasannya kuat sekali... Tangan om nakal sekali..Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak... kontol om ... besar sekali... kuat sekali..."

Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari nonokku. Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. "Om kontolnya besar dan keras sekali" kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.

"Om... teruskan masuk... Sssh... enak... jangan berhenti sampai situ saja...," aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. "Sssh... sssh...enak... enak... geli... geli, om. Geli... Terus masuk, om.." Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan... satu... dua... tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit om... " kataku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya. "Bagaimana Sin, sakit?" tanyaku. "Sekarang sudah enggak om...ssh... enak sekali... enak sekali... kontol om besar dan panjang sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok Sintia..," jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toketku yang menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat.

Dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok nonokku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah... om, geli... geli... ... Ngilu om, ngilu... Sssh... sssh... terus om, terus.... kontol om membuat nonok Sintia merasa enak sekali... Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di dalam saja... " Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di nonokku. "Ah-ah-ah... bener, om. Bener... yang cepat...Terus om, terus... " Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku. Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh... sssh... Sin... enak sekali... enak sekali nonokmu... enak sekali nonokmu..." "Ya om, Sintia juga merasa enak sekali... terusss...terus om, terusss..." Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. "Om... sssh... sssh... Terus... terus... Sintia hampir nyampe...sedikit lagi... sama-sama ya om...," aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya. "Om... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar om... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya. Di dalam nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali: "...keluarrr...!" Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang.

Dia pun menghentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku tidak tercabut.

"Om... luar biasa... rasanya seperti ke langit ke tujuh," kataku dengan mimik wajah penuh kepuasan. Kontolnya masih tegang di dalam nonokku. Kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontolnya. Namun sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang lalu. "Ahhh...om... langsung mulai lagi... Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok Sintia.. Sssh...," aku mulai mendesis-desis lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di nonokku. "Sssh... sssh... sssh... enak om, enak... Terus...teruss... terusss...," desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di dalam nonokku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, "Om... ah... "

Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahanya bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku, kontolnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di nonokku. Remasan dinding nonokku pada kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir nonokku yang mengulum kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini aku mendesah, "Hhh..." Dia terus menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku: "Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..." "Sin... Enak sekali Sin... nonokmu enak sekali... nonokmu hangat sekali... jepitan nonokmu enak sekali..." "Om... terus om...," rintihku, "enak om... enaaak... Ak! Hhh..." Diapun mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Sin... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Om, Ines... mau nyampe lagi... Ak-ak-ak... aku nyam..."

Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dengan pekikanku, "...nyampee...!" Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak. "Sin...!" dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. Kontolnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam nonokku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot om

selingkuhanku pemilik toko



Harapanku untuk menjadi istri yang baik dan setia pupuslah sudah. Semua ini akibat aku tak mampu untuk menangkis rayuan dan pujian dari teman suamiku yang bernama Andre (28 tahun). Namaku Any (26 tahun) adalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Aku sudah 3 tahun menikah dengan Mas Haris (30 tahun) namun belum memiliki momongan. Perkenalanku dengan Andre sebenarnya melalui suamiku. Dia memang memiliki usaha toko yang menjual pulsa dan HP dan pada saat itu dia mencari karyawan untuk menjaga tokonya yang kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah kontrakanku. Karena dia kenal dengan suamiku dia meminta bantuan dicarikan karyawan yang rumahnya dekat dengan toko. Singkat cerita suamiku menawariku untuk kerja disana, karena memang sejak menikah aku menanggur karena ikut merantau bersama suami di Semarang. Aku langsung menerima tawaran itu dan akhirnya mulai kenal dengan Andre.
Sejak pertama kerja aku mulai akrab dengan Andre, aku merasa dia sangat enak untuk di ajak ngobrol dan sangat perhatian sehingga aku sering menceritakan setiap masalah yang aku hadapi kepada dia. Entah mengapa setiap jawaban dan sarannya selalu membuatku merasa nyaman dan tenang dalam menghadapi masalah. Bukan hanya itu saja, dia sering membuat hatiku merasa tersanjung dengan memuji kecantikanku, saat itu aku tak sadar telah melakukan kekeliruan sehingga lama-lama aku dan dia merasa tak canggung untuk saling memanggil Sayang. Setiap menjelang tidur dan bangun pagi dia tak pernah lupa sms sayang dan kata-kata rayuan untukku.
Disinilah perselingkuhanku dimulai, api asmara yang awalnya kecil kini telah membesar dan mulai membakar diriku. Aku seperti terbius oleh candu asmara dari Andre sehingga aku tak mampu menolak setiap kali Andre memeluk dan menciumku sebelum pulang kerja. Sejak saat itu perilaku Dia semakin lama semakin berani, bila kondisi toko sepi dia sering mengajakku bercumbu di dalam toko, karena di sudut ruang dalamnya memang yang di skat untuk meletakkan meja kasir dan tempat servis HP sehingga orang di luar tidak bisa melihat aksi kami.

Di dalam ruang yang berukuran 1x2 meter inilah "noda" mulai membaluri tubuhku. Aku yang tengah dimabuk asmara hanya pasrah saja Ketika Andre menyingkap rok yang ku pakai dan memainkan jari-jarinya di selangkanganku, sementara itu bagian atas tubuhku yang sudah terbuka penutupnya menjadi sasaran empuk bibir Andre yang nakal. Payudaraku yang montok terus di sedot-sedot olehnya bibirnya dan birahikupun semakin bergelora, aku semakin tak mampu mengendalikan diri dan hanya bisa pasrah dengan cumbuan Andre hingga tanpa kusadari dia sudah melucuti celananya.
Saat tengah asik mendesah aku merasakan ada benda tumpul menggosok-gosok belahan pantatku dan saat kulihat ternyata Kontol andre yang besar dan panjang telah berdiri tegak siap menerobos memekku yang basah karena terangsang. Andre kemudian memelukku dengan erat lalu berbisik di telingaku, "yang... aku sudah nggak tahan nih..... di masukin aja ya kontolku...." aku pun mempersilahkannya, "terserah kamu yang.... aku juga sudah horny....." lalu Blesss Clep.... Kontol Andre berhasil menerobos memekku, dalam posisi nungging dan berpegangan pada meja komputer aku hanya bisa mendesah menikmati setiap goyangan Andre. Ahhh... ahh.. ouh... ohh.. ohh.. desahan kami saling bersautan sampai akhirnya kami sama-sama puas.
Sejak peristiwa itu aku dan Andre semakin mesra dan kami hampir tiap hari ngentot di dalam toko bahkan terkadang hingga dua kali kami melakukannya. Walaupun aku tahu itu salah dan berdosa tetapi setiap Andre mengajak ngentot aku tak bisa menolak.
Semakin lama aku semakin gila dalam birahi, karena bukan hanya di toko aku berselingkuh. Kami juga melakukannya di rumah kontrakanku ketika suamiku sedang mandi. waktu itu memang toko libur tiga hari karena ada acara pernikahan di rumah sebelahnya. Tentunya selama tiga hari itu Andre tidak bisa ngentoti aku sehingga dia jadi kelimpungan, akhirnya di hari ketiga dia nekat datang kerumahku sekitar jam 4 sore. Saat itu aku dan suami sedang asik nonton TV sehingga Andre tak bisa berbuat apa-apa dan kami hanya bisa ngobrol sana-sini tidak jelas. Namun kesempatan itu akhirnya datang 1 jam kemudian ketika suamiku berpamitan untuk pergi mandi.
Setelah suamiku masuk kamar mandi Andre langsung merengkuh tubuhku dari belakang, "yang... aku sudah kangen banget sama kamu, tiga hari nggak ngentoti kamu seperti setahun nggak makan...." aku langsung menghindar "yang kamu jangan gila.... ini kan di rumahku, apalagi suamiku ada di balik pintu itu kalo dia tahu gimana..... bisa bahaya..." Andre langsung melepaskan tangannya dan berdri di depanku. " yang aku tahu cara yang aman...." Dia kemudian memintaku berdiri dan mengajakku ke dekat sumur yang bersebelahan dengan kamar mandi. "kamu mau ngapain ngajak kesini" "udah diam aja... sekarang naikkan rok kamu keatas" sungguh edan ternyata Andre mau ngentoti aku di pinggir sumur bersebelahan dengan kamar mandi yang sedang dipakai suamiku. "yang ini cuma sebentar aja kok, suamimu ngak akan tahu kalau kita disini karena dia di balik tembok ini, selain itu kita bisa tau kalo suamimu sudah selesai mandi karena kita bisa dengar suaranya.
Akhirnya aku menurut saja, dan langsung kusingkap rokku ke atas dan kupelorotkan CDku ke bawah. Andre juga membuka celananya dan dipelorotkan kebawah. Dengan posisi nungging di samping sumur aku dientoti oleh Andre. Dia sangat bernafsu dan langsung menancapkan kontolnya. Dengan bersemangat Andre menggoyangkan kontolnya maju mundur, Slepp... sleppp.... slepp, rasanya sangat nikmat. Sambil bergoyang tangan Andre juga tak henti-hentinya meremas toketku yang berukuran 34. Kami terus berpacu dengan waktu agar cepat mencapai orgasme dan akhirnya kami sama-sama puas, Sperma menyembur kuat membanjiri memekku, karena jumlahnya sangat banyak samapai ada yang keluar mengalir diantara jembutku dan buah pelor Andre.
Setelah semua selesai kami langsung membersihkan kemaluan dan kembali merapikan pakaian lalu kembali menonton TV agar suamiku tidak curiga. Sesaat kemudian suamiku selesai mandi, dan kami bertingkah seperti tidak ada masalah sehingga suamiku tidak tau kalo kami baru saja ngentot disamping dia.
Sejak saat itu kami menjalani hubungan gelap dalam perselingkuhan. Dalam menjalani ini semua kami sangat hati-hati sehingga aman-aman saja, dan terus berlanjut hingga sekarang.

Diperkosa nikmat Saat Hamil

Diperkosa nikmat Saat Hamil
Namaku Ratih, umurku 18 tahun. Tinggiku hanya 158cm tidak begitu tinggi dan cukup langsing. Menurut orang-orang sekitarku aku memiliki paras yang cantik dan menarik, selain itu dadaku cukup padat dan montok dengan ukuran 36A. Setahun yang lalu aku menikah dengan Deden, seorang buruh tani yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski demikian, aku sangat menyayangi Deden apa adanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, aku bekerja sebagai penjual jamu gendong keliling, di desa tempat tinggalku daerah Jawa Tengah. Aku tidak sampai hati memaksa Deden untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga seorang diri, sehingga dari pagi hingga sore aku bekerja tanpa mengenal lelah. Belum lagi tanggunganku terhadap Ibuku yang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan. Tapi apa mau dikata, semua ini demi keadaan yang lebih baik.

Saat ini aku sudah hamil 4 bulan, perutku sudah mulai membesar meski belum begitu terlihat. Deden pun semakin perhatian, ia sering berangkat bekerja lebih siang untuk membantuku membuat jamu yang akan kujual. Aku senang, meski begitu aku tetap menyuruh Deden bekerja tepat waktu karena aku tidak mau upahnya dipotong hanya karena terlambat. Kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup sulit.

Seperti biasa, pagi-pagi aku berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang gendong di punggungku. Sampai rumah aku racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aku masukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.“Wah, rajin sekali istriku.” Deden menyapaku dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku. Aku pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” Tanyaku. “ Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen.” Mungkin nanti aku tidak bisa mengantarmu sampai ujung jalan karena Pak Karjo akan marah jika aku sampai terlambat.” Jawab suamiku.“ Tidak apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita.” Aku meyakinkannya sambil mengelus pipinya.“Tapi nanti hati-hati Ratih, ingat kamu sedang hamil. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan anak kita.” Iya, suamiku.” Jawabku mengakhiri obrolan kami. Sebentar saja suamiku minta pamit padaku untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aku memberikan rantang berisi makanan yang tadi telah aku siapkan.

Setelah sedikit berbenah, akhirnya semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku. Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya aku mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aku siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut. Aku gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aku kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara dua payudaraku. Sehingga dadaku nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yang cukup berat yang membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaku. Setelah semuanya siap, aku segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aku mengunci pintu depan dan belakang rumah warisan ayah Deden. Setiap hari rute perjalananku tidaklah sama, aku selalu mencari jalan baru sehingga orang-orang tidak akan bosan dengan jamu buatanku. Karena setiap hari aku bertemu dengan orang yang berbeda. Kali ini aku berjalan melewati bagian selatan desaku. “ Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aku melewati rumah penduduk. “ Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.”Teriak seorang wanita.“Mau jamu apa mbak?” tanyaku. “ Kunir Asem satu gelas saja mbak.” Pintanya. Segera aku tuangkan segelas jamu kunir asem yang aku tambahkan sedikit gula merah. Setelah itu aku berkeliling menjajakan jamu kembali. Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aku tak peduli, toh penjualan hari ini cukup lumayan. Paling tidak sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yang kubeli.

Aku melangkah menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yang sudah mulai menguning. Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam. Aku melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang beristirahat karena sudah tengah hari. Belum sempat aku menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka sudah memanggil. ”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka. “Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.” Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.” Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka. Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya.Mereka semua ada bertiga, salah satu dari mereka sepertinya masih smp.

Aku duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku. “wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” Tanya Aji yang memiliki tubuh kekar dan hitam. “ kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya. “wah sama dengan dewo, dia juga rajin membantu orang tua.” Potong Abdul yang kurang lebih seumuran Aji, sedangkan dewo adalah yang paling muda diantara mereka. “Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” Jawabku lagi. “ Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya dewo. “Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.”Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” Jawab dewo lagi. Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Aji dan Abdul mereka berumur sekitar 20-an tahun, sedangkan dewo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.“ wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” Tanya Aji. “ wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” Jawabku sambil sedikit senyum. “Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” Jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh. “Asik kenapa to mas?” Tanyaku heran. “Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” Jawab aji sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku kemudian duduk di sampingku. Posisiku kini ada diantara Aji dan Abdul, sedangkan Dewo ada dibelakangku. Rupanya dewo diam-diam memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karena kaosku yang sedikit basah oleh keringat dan celana dalamku yang sedikit mengecap karena posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi aku tidak tahu akan hal ini. “wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu. Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aku pura-pura tidak melihat, dalam hati aku berpikir,”Dasar orang kampung tidak tahu malu.” Saat itu Panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yang semilir, tidak terasa aku pun mulai mengantuk. Mungkin karena tadi aku bangun pagi sekali sehingga aku belum sempat untuk beristirahat. Aji pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Dewo juga sama seperti Abdul, tiduran di lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aku menghela nafas, mengeluh karena panas tak juga usai. Bukannya aku tidak mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yang sedang hamil aku takut terjadi sesuatu dengan janinku.”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” Kata Abdul mengagetkanku.” A..anu mas saya cuma mikir kok panasnya tidak kunjung reda.” Jawabku.”Wah, memangnya kenapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tidak terik lagi.” Kata dewo dari belakangku. “Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tidak laku, aku bisa rugi mas.” Jawabku sambil mengamati langit yang sangat terik. “ Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” Hibur mas Aji. Tidak terasa aku semakin mengantuk. Semilir angin yang ditambah dengan suasana ladang sawah memang sangat nyaman. Tak terasa aku pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yang aku letakkan disampingku. Cukup lama aku ketiduran, hingga aku terbangun karena ada sesuatu yang menyentuh pantatku. “aaaaw apa-apaan ini!!?” Aku terbangun dan kaget ketika mengetahui tangan dan kaki sudah diikat menggunakan tali tambang kecil dan aku berada di dalam ruangan yang sepertinya ada di ruang peralatan tepat disamping gubuk tadi. Ternyata tangan dewo yang menggerayangi pantatku dan meremas-remasnya dengan kasar. “Sudah diam! Nanti aku beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aku minta jamu milikmu yang indah itu.” Kata Aji sambil meremas payudara sebelah kiri milikku dan tertawa cenge-ngesan. Aku meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi tenagaku tidak cukup untuk menolongku dari situasi ini.”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aku memelas dengan harapan mereka dapat berubah pikiran.”Oh, ternyata kamu sudah tidak perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” Bisik abdul sambil meniup telingaku. Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketakutan yang mendalam. Dalam hati aku berpikir,”bagaimana dengan Deden, aku takut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aku diperkosa.” Berbagai pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.“ JJangann mass, jangan, aku sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aku mencoba untuk mengelabui mereka. Setelah itu mereka bertiga berhenti menggerayangiku dan saling memandang satu sama lain. “Yang bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aku hari ini!” Jawab Abdul kesal. “ iiya mas, sudah dua hari ini aku haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aku pergi.” Aku memohon pada mereka.“ Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” Kata Aji. Namun Dewo yang masih berumur 14 tahun ini tidak memperdulikan ucapanku, dia cukup senang meremas-remas pantatku. “ Sudah wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” Kata Aji pada dewo. Dewo tetap tidak menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin kebawah menuju selangkanganku. Posisiku yang sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana dalam putihku terlihat. Dewo yang saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tidak menyia-nyiakan hal ini, dibukanya rokku semakin keatas, “ Mana? Tidak ada darah kok.” Kata Dewo. Sontak ucapan dewo mendapat perhatian dari Aji dan Abdul. “ Mana woo, jangan bohong kamu.” Kata mereka serempak. Kemudian Aji mengangkat rok dan menyentuh celana dalamku. “Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku. “Aaa Ampun mass, ampunn, Aku sedang hamil mass.” Aku semakin memelas dan ketakutan. “Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aku hanya mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut. Aji melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku. “Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Dewo menantangku, dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat. Aku tersentak dan kaget, juga kulihat penis dewo yang sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas celana dalamnya. Aku merangkak menuju sudut ruangan itu, aku menggedor-gedornya dengan harapan ada seseorang yang mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera menikmati tubuhku. “Mau kemana kamu, disini tidak ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.” Aji senang sekali melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yang sedikit tersingkap. “ mass ampunn, aku sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aku berteriak minta tolong. “wahaha, aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja! Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” Kata abdul sambil mendekatiku. Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rok ku dan melemparnya ke arah Dewo. “Itu wo, buat kenang-kenangan.” Kata abdul. “ haha, iya mas, nanti aku pajang di rumah.” Kata dewo cengar-cengir. Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku. “Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul. Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak, tanganku di pegang abdul dan diangkatnya keatas. Abdul semakin liar menjilati dadaku yang masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku. “ aaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.” Aku tidak dapat berbohong kalau kelakuan Abdul membuat birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit lemas.


Dengan sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aku sudah tidak bisa lari dari mereka, kini yang ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aku menyadari semakin aku melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku. Aku terdiam, tak melakukan perlawanan, bahkan berteriak pun tidak. Air mata mulai menetes membasahi pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara takut dan pasrah menjadi satu. Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan Paha dan Payudaraku yang sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Aji juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul. Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Dewo yang sudah siap dari tadi telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaku sedangkan kepalanya terus memburu bibirku. “mmpff… mmpff.” Dewo menciumku dengan ganas, aku hampir tidak bisa bernapas dibuatnya. Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke penisnya yang sudah membesar. Dituntunnya aku untuk meremas-remas buah pelirnya yang kini ia berganti posisi dengan sedikit nungging. Aku pun menurut saja, aku remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yang masih tertutup celana dalam yang sudah usang. Tidak berapa lama Aji sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaku diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan penisnya yang besar dan berotot menggesek-gesek pada pahaku yang mulus. Tangan Aji mulai bermain di dadaku, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku. “nggghhh uaa mppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku. “ngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuakui meski dari rohani aku menolak, tapi tubuhku tidak dapat menolaknya dan aku rasakan vaginaku mulai basah oleh lendir kewanitaanku. “Heh! Minggir-Minggir!” Biar aku yang pertama merasakan tubuhnya.” Teriak Abdul. “Aku kan yang mendapatkan ide ini, jadi aku yang berhak untuk memulainya, awas-awas.” Tambahnya. Aji dan Dewo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini penisnya yang sudah tidak dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku. “Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” Kata Abdul di depan mukaku. “Yang tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.” Ia semakin mendekat di wajahku. Seketika itu agus melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan. “nggg ahhh, aah, ah.” nafasku semakin tidak teratur. Dewo yang tidak bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya lagi, lalu menyuruhku untuk mengocok-ocoknya. Aji pun tidak mau kalah, dari sisi yang lain ia memintaku untuk melakukan seperti apa yang kulakukan pada dewo.

Wajah dewo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi vaginaku yang masih dilapisi celana dalam sambil tangannya memainkan putingku. Aku semakin bernafsu, tanpa kusadari aku mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada vaginaku lebih terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aku sudah sangat terangsang. Segera ia melepas celana dalamku yang sudah banjir oleh lendir dari vaginaku. Disibakkannya rambut kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati vaginaku dan sesekali menghisap klitorisku dan tangannya semakin liar bermain di kedua payudaraku. “ nggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.” Aku mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaku sehingga abdul lebih leluasa memainkan vaginaku. Aku benar-benar serasa melayang, dihadapanku kini ada 3 orang yang secara beringas memperkosaku. Aku sangat malu pada diriku, kenapa aku justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa mereka. “mass ahhh, terus mass, enn enak.” Aku terus meracau tak karuan yang membuat mereka bertiga semakin bernafsu. Lidah Abdul Semakin liar menghisap-hisap vaginaku diiringi kocokanku pada batang kemaluan Dewo dan Aji. “ ahhhh ahhh, mass. lebih cepat mass.” Aacchh nikmaaatt  …masss   teruusss,……aku mengerang dan ketika itu juga aku mengalami orgasme. Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aku menggelinjang kekanan dan kekiri. Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaku untuk menjilati ketiga penis mereka. Aku seperti dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yang siap menjejali mulutku. Tanpa menunggu lama, aku masukkan penis mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,”oohh.” Aji melenguh keenakan. Sekitar 15 menit aku memainkan penis mereka sambil terus mengocoknya.

Abdul yang sudah sangat terangsang mendorong tubuhku dan mulai memasukkan penisnya yang besar itu. “mmass.” aku menahan sakit saat penis Abdul menghujam vaginaku. Dengan sekejap seluruh batang milik Abdul masuk kedalam liang kewanitaanku. Tanpa basa-basi, Abdul mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Sedangkan Aji dan Dewo menjilat-jilat dan menghisap payudaraku. Aku dikeroyok oleh 3 orang. Libidoku pun semakin meningkat setelah tadi aku mengalami orgasme. Aku memegangi kepala Aji dan Dewo sambil terus melenguh keenakan.“ Uhhh ahhh, umm. ahh.” Kata-kata itu yang terus muncul dari mulutku melihat perlakuan mereka terhadapku. Sekitar 10 menit kami melakukan posisi ini sambil bergantian Aji dan Dewo menciumi bibirku.

Abdul belum juga keluar, ia cukup kuat untuk ukuran lelaki seperti dia. Kini ia menyuruhku untuk nungging. Aku hanya menuruti perkataannya. “ Dul, gantian aku yang naikin dia.” Tanpa basa-basi Dewo mengarahkan penisnya ke arah vaginaku, kini posisiku berganti menjadi menungging sambil di genjot oleh penis Dewo. Penis Dewo tidak terlalu besar, bahkan hanya setengah milik Aji dan Abdul. Mungkin ini pertama kali baginya untuk merasakan liang vagina. Karena kulihat ia cukup lama sebelum seluruh batangnya masuk ke dalam vaginaku. “Uoogghh, uenakk tenann” Kata Dewo. Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur mengikuti irama pantatku. Dewo cepat beradaptasi, Meski penisnya kecil, tapi gerakkannya sangat cepat, berbeda dengan Abdul yang menikmatiku dengan pelan. Aji berganti posisi, kini ia di depanku dan mengarahkan penisnya ke mulutku, kemudian ia memaju mundurkannya beriringan dengan genjotan Dewo. Abdul yang tadi menggenjotku kini asik bermain dengan putingku yang lumayan besar. Kami terus melakukan tarian kenikmatan ini, Dewo semakin cepat menggerakkan penisnya maju mundur,” Ahhh, masss, aaa, aku keluaaarr.” Nikkmmmaaattt….masss….terusss…..genjooott…massss….aaacchh……..ummm, mmp.” Aku keluar untuk kedua kalinya. Begitu juga dengan Dewo, ia yang masih belum berpengalaman mengeluarkannya di dalam vaginaku, seketika itu juga ia langsung lemas. “ Wah, wo, parah kamu, masa kamu keluarin di dalem, kan jadi kotor,” kata Aji.” Aku saja belum sempat merasakannya sudah kotor sama peju kamu.” Tambahnya. “maaf mas Aji, aku kelepasan.” Ucap dewo. tampaknya dewo sudah lelah, ia kemudian berbaring dan sepertinya akan tidur. “Wah, dasar anak ini, habis enak langsung minggat.” Ucap Abdul.

Abdul kemudian menggantikan posisi Aji dengan memasukkan penisnya ke mulutku. Sedangkan Aji kini berada tepat dibelakangku dengan posisiku yang masih tetap menungging. “Tahan ya, sakit sedikit tapi enak kok..” Seringainya padaku. Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku, tidak begitu lama ternyata ada sesuatu yang mencoba masuk melalui anusku. “ Nggghhh masss, sakitt, aa ampun mas.” Aku merasa kesakitan saat penis Aji yang besar mencoba menerobos anusku. “Ahhh, aaaw ashh, nnnhh.accchh…. maass  ennnaak….massss terussss…..ach,,,” Aku semakin tidak karuan merasakannya. Dengan sekuat tenaga meski sempat beberapa kali bengkok akhirnya penis Aji masuk ke dalam anusku,” nggg ahhh.” rasa sakitku pelan-pelan menjadi kenikmatan yang baru bagiku, karena baru kali ini anusku di jejali penis. “ hmmff Sempit banget , uahh.” Ucap aji keenakan, ia juga tidak kalah keenakan daripada aku. Aji sudah mulai terbiasa dengan ini, sesekali ia meludahi anusku agar lebih mudah menggerakkan penisnya. “Akkkkhh, uuahhhh.” Aji mendesah keenakan saat ia mencapai puncak kenikmatan, spermanya mengisi penuh seluruh isi anusku hingga meleleh keluar. Tidak berapa lama Abdul yang sudah dari tadi memaju mundurkan penisnya di mulutku juga merasakan hal yang sama, “ ouughhh teleennnn, sseeemuaa.” Ia meracau sambil tangannya menekan kepalaku pada penisnya. Seketika itu juga cairan spermanya menyemprot di dalam rongga mulutku dan mau tidak mau harus aku telan.

Harus kuakui mereka bertiga cukup hebat, namun tetap saja tidak bisa mengalahkan mas Deden, Mereka bertiga hanya sanggup membuatku keluar 2 kali, tapi mas Deden mungkin bisa lebih, bahkan Hingga aku tidak mampu lagi untuk berdiri.
Mereka bertiga duduk di dalam ruangan sambil beristirahat karena mereka sangat lelah. Aku pun masih terbaring di lantai tanpa sehelai benangpun. Abdul mengeluarkan 2 lembar lima puluh ribuan. “itu untuk ongkos jamu dan tubuh kamu.” Makasih ya mba atas jamuannya..kami bener-bener puas mba,ma,af ya kalau tadi kami agak kasar…habis nafsu banget sih…lihat tubuh mba yang montok,Sekarang mba pergi dari sini!” Ucapnya sedikit loyo. “bagaimana dengan pakaianku?” tanyaku. “ Pikir saja sendiri” Balas abdul ketus. Kemudian aku memakai BH dan celana dalamku. Aku gunakan selendang yang kupakai untuk mengangkat keranjang tadi, Aku lilitkan untuk menutupi tubuhku dan untunglah cukup. Aku bergegas meninggalkan mereka sambil membawa kerangjangku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. “Mas Deden pasti sudah pulang ini.” Ucapku dalam hati sambil mengusap air mata di pipiku.


Sesampainya di rumah ternyata benar, Mas Deden sudah menungguku pulang. Aku ceritakan semua kejadian ini padanya bagaimanapun aku tetap mencoba untuk terbuka padanya karena dialah satu-satunya orang yang kumiliki. Reaksi Mas Deden sungguh membuatku kaget, Ia justru memelukku dengan erat, dan mengelus perutku memberikan kasih sayang pada si Jabang Bayi. Aku terharu dengan Mas Deden. Meski sempat ia akan bergerak mengumpulkan warga untuk memberi pelajaran pada orang-orang yang memperkosaku, namun aku dapat meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, dan semoga saja janinnya juga tidak terjadi apa-apa. Aku bangga dengan Mas Deden, ia tidak panik saat mendapatiku mengalami kejadian seperti ini, Selamanya aku tetap mencintainya. Setelah kejadian ini aku sudah tidak berjualan jamu lagi. Kali ini aku menjadi pendamping setia Mas Deden, dengan menemaninya pergi ke ladang setiap hari. Meski keadaan ekonomi kami semakin sulit, tapi kebahagiaan kami seolah menutup dalam-dalam semua keadaan ini dan kejadian masa lalu. Kini anakku sudah besar, peristiwa itu tidak membuat kondisinya saat lahir menjadi cacat mental atau sejenisnya. Ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan kami beri nama Mentari, yang tetap bersinar sesulit apapun keadaan yang kami alami saat ini, esok, dan seterusnya.